Title : 'Cause, I'm Gengfans
Genre : Friendship, Family, Love, Romance (maybe)
Genre : Friendship, Family, Love, Romance (maybe)
Main Cast : Xi Luhan EXO, Wu Fi Fan (Kris) EXO, Kim JoonMyun (SuHo) EXO, Oh SeHun EXO, Park ChanYeol EXO, Zang YiXing (Lay) EXO, Cho RiHyun (OC), Tan HanGeng, Lee SungMin, Cho KyuHyun
Support Cast : Lee HyunBi (OC), All member of SuperJunior & EXO
Author : RistaManiaLength : Series
Rating : PG-15 (?)
Disclaimer : All casts in this ff are belong to God, but this story (ff) is mine
----
“Panas sekali hari ini.” Keluhan
itu meluncur dari bibir seorang perempuan yang tengah berjalan keluar dari sebuah
ruangan yang menjadi ruang kelasnya.
Perempuan itu membuka kancing paling
atas dari kemeja yang ia kenakan sekarang itu. Perempuan berambut pendek tak
menyentuh pundak itu berada di sebuah negara yang terkenal akan pulau Bali-nya
itu. Sebuah negara tropis yang memiliki bendera berwarna merah-putih. Sebuah
negara bernama Indonesia.
“Kenapa kau keluar, Rista?”.
Sebuah suara terdengar di kedua kupingnya. Perempuan itu menengok saat merasa
salah satu nama yang ia miiki itu disebut.
“Yack, panggil aku RiHyun!”.
Perempuan itu-RiHyun-membalikan badannya, menghadap teman perempuannya yang
langsung mempoutkan bibirnya mendengar RiHyun meninggikan suaranya itu.
“Kenapa aku harus memanggilmu
RiHyun, eoh? Sekarang kita berada di
Indonesia, dan kau pun memiliki nama Indonesia. RiHyun itu hanya nama Koreamu”
jawab perempuan yang rambutnya dikuncir kuda itu.
PLAK. RiHyun mendaratkan sebuah
jitakan di kepala perempuan itu membuatnya mendengar sebuah rintihan kecil.
RiHyun melipat kedua tangan. “HyunBi, aku ini bukan orang Korea…”.
“Tapi, ayahmu orang Indonesia,
bukan?”. Perempuan yang dipanggil HyunBi itu langsung memotong ucapan RiHyun
yang belum selesai itu. “Dan, HyunBi itu nama Koreaku. Panggil aku dengan nama
asliku, Emi.”
“Okay, Emi” jawab RiHyun. Dia memajukan kepalanya dengan menatap Emi
serius. “Lalu, panggil aku dengan nama asliku, Cho RiHyun. Rista hanya nama yang
aku gunakan untuk belajar di sini. Itu pun paksaan dari appa-ku.”
Emi yang mendengar celotehan
RiHyun itu pun hanya dapat mempoutkan bibirnya. “Terserah.”
“Aku bosan.” RiHyun bersuara
seraya berjalan mendekati bangku panjang yang berada di depan kelasnya. Ia
duduk di sana, diikuti oleh Emi yang kini sudah duduk di sampingnya.
“Nyalakan saja notebook-mu!” usul Emi. “Biasanya juga
begitu, bukan?”.
“Apa yang harus aku lihat?”.
RiHyun melontarkan pertanyaan pada Emi seraya menengok ke perempuan yang
umurnya lebih muda darinya itu. “Aku tidak membawa flashdisk-ku.”
“Loh, bukankah video-video-mu ada di notebook-mu?
Kau tidak memindahkannya kemana-mana, aku rasa.” Emi bersuara. Namun, perempuan
itu lebih terdengar berbicara sendiri dari pada berbicara dengan RiHyun. “Bukankah
tadi kita melihat EXO bersama-sama di notebook-mu?”.
“Hah.” RiHyun tidak mengucapkan
sepatah kata pun. Ia hanya menghela napasnya mendengar Emi bersuara seperti itu,
atau karena mungkin mendengar nama boyband
baru itu disebutkan. Ia menerawang jauh ke depan. Tidak mempedulikan Emi yang
terus bersuara, menceritakan semua tentang boyband
yang terdiri atas 3 huruf itu.
----
“Hyung, aku rasa kita butuh seorang manager lagi” ujar seorang namja
yang mendekati namja lainnya yang
tengah duduk di sebuah sofa.
Siapa pun yang melihat perawakan
kedua namja itu pun tau bahwa mereka
berdua adalah orang Korea. Dan, itu memang benar. Kedua namja itu memang orang Korea, atau lebih tepatnya Korea Selatan.
Kini mereka berdua atau lebih tepatnya bersama keempat teman mereka lainnya
sedang berada di ruang tunggu, mereka menunggu giliran mereka tampil. Memang
mereka adalah seorang artist, atau
lebih tepatnya boyband rookie. Sebuah
boyband yang diberi nama EXO. Dan,
mereka berenam adalah member dari
salah satu sub-group boyband tersebut. EXO-K.
“Memang kenapa?” tanya namja yang dipanggil ‘hyung’ tadi yang memiliki nama panggung
SuHo itu. Namja itu menengok ke arah namja yang menjadi magnae dari sub-group
mereka sekaligus magnae dari EXO
juga.
Magnae yang memiliki nama lengkap Oh Sehun itu menggaruk-garuk belakang
kepalanya yang tidak gatal itu. “Mollayo,
aku merasa butuh saja. Bisakah hyung
menyampaikannya ke Soo Man seonsaengnim?”.
SuHo terdiam. Dia memutar matanya
bingung. Dia bingung harus menjawab apa, karena alasan yang diberikan oleh
SeHun tidak masuk di akal.
“Aku juga merasa kita butuh manager lagi, hyung.” Salah satu dari empat member
lainnya yang dari tadi sibuk dengan kesibukannya masing-masing itu kini ikut
dalam pembicaraan antara leader dan magnae itu. Seorang namja dengan nama panggung D.O itu berjalan mendekati leader dan magnae yang menatapnya itu. Ia duduk di samping sang leader. “Aku dengar manager hyung ingin meminta
cuti, hyung.”
“Kalau begitu Soo Man seonsaengnim pun pasti akan mencari
penggantinya, bukan? Kita tidak perlu memintanya sendiri, pasti akan dikasih”
ujar SuHo yang membuat D.O atau pun SeHun memutar otaknya kembali.
“Manager hyung akan cuti? Berarti kita akan kedatangan manager baru?”. Tampaknya pembicaraan
tentang manager itu juga terdengar oleh
tiga member lainnya. Dan, namja paling tinggi itu bersuara. Namja bernama lengkap Park ChanYeol itu
menjadi pusat perhatian kelima member
lainnya.
Setelah menerawang cukup lama, ChanYeol
menatap member lainnya satu per satu.
Kemudian, ia tersenyum lebar, setelah itu bersuara. “Mungkin akan enak, jika manager kita itu adalah antis kita, eoh?”. Sontak kelima member
lainnya membelalakan kedua mata mereka mendengar apa yang diucapkan oleh tiang
listrik itu.
----
Malam sudah tiba, namun perempuan
itu belum menghentikan aktifitasnya dari tadi. Perempuan yang tidak lain adalah
RiHyun itu terus menerus menatap layar notebook-nya
yang berada di depannya. Kini dia berada di dalam kamarnya. Ia memang masih
tinggal bersama orang tuanya, meski ia sudah kuliah. Namun, rumah ini hanya
ditempati olehnya sendiri. Karena, kedua orang tuanya itu tengah berada di luar
kota. Sementara kakaknya, dia tidak tau kakaknya berada di mana. Yang ia tau
tentang kakaknya hanya satu, yaitu kakaknya sedang kuliah entah di mana. Dia
tidak tau, dan dia tidak mau tau.
Kini perempuan yang hanya ingin
dipanggil nama Koreanya itu tengah membaca kembali artikel yang terpampang di layar
kaca notebook-nya entah untuk
keberapa kalinya. Mungkin sudah seratus kali, dia membaca artikel yang sama. Ia
masih memastikan bahwa artikel yang ia baca itu memang benar.
“YACK!!!”. RiHyun berteriak sekencang-kencangnya.
Ia duduk dari tempat tidurnya. Ia melepaskan dengan kasar earphone yang ia pakai, melemparnya asal di atas tempat tidur. Lalu,
ia menghempaskan tubuhnya dengan kasar di atas tempat tidurnya itu.
“YACK!!!”. Kembali, perempuan itu
berteriak seraya mengacak-acak rambutnya.
RiHyun terus berteriak dan
mengacak-acak rambutnya tanpa henti. Namun, setelah beberapa menit ia melakukan
hal yang sama, ia pun berhenti. Ia segera bangkit ke depan notebook-nya lagi. Kembali, ia membaca artikel yang sama. Dan, kali
ini hanya sekali. Tidak diulang seperti tadi lagi.
“Hah.” RiHyun menghela napasnya
berat. Kemudian, ia kembali menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidurnya
lagi. Ia menutupi kedua matanya dengan tangan kanannya. Memberikan warna hitam kepada
matanya tanpa perlu memejamkan matanya.
“Aku tidak boleh menjadi fans-nya. Aku membenci mereka. Aku
membenci mereka. Ya, aku membenci mereka. Aku hanya mencintai gege-ku saja. Bukan mereka” gumam RiHyun
tanpa sadar.
Hening. RiHyun tidak bersuara
sama sekali, setelah gumaman itu. Tidak. Ia tidak tidur. Ia tetap terjaga
dengan warna gelap menghiasi kedua matanya yang cantik itu. Namun, keheningan
itu musnah saat ia merasakan iPhone-nya
yang berada di dekatnya itu bergetar. Segera ia mengambilnya, membaca pesan
masuk itu.
“YACK, ABEOJI, APA YANG BERADA DI OTAKMU, HAH?”.
“YACK, JINJA, ABEOJI TUA, KAU
RESE!!!.”
“YACK, ABEOJI BAU TANAH, KENAPA KAU SEENAKNYA MENYURUHKU?”.
Dan, malam itu pun dilewati
RiHyun dengan berteriak, mengutuki seseorang yang ia panggil ‘abeoji’ itu.
----