Sabtu, 25 Agustus 2012

'Cause, I'm Gengfans -Teaser-


Title : 'Cause, I'm Gengfans
Genre : Friendship, Family, Love, Romance (maybe)
Main Cast : Xi Luhan EXO, Wu Fi Fan (Kris) EXO, Kim JoonMyun (SuHo) EXO, Oh SeHun EXO, Park ChanYeol EXO, Zang YiXing (Lay) EXO, Cho RiHyun (OC), Tan HanGeng, Lee SungMin, Cho KyuHyun
Support Cast : Lee HyunBi (OC), All member of SuperJunior & EXO
Author : RistaMania
Length : Series
Rating : PG-15 (?)
Disclaimer : All casts in this ff are belong to God, but this story (ff) is mine

----

“Panas sekali hari ini.” Keluhan itu meluncur dari bibir seorang perempuan yang tengah berjalan keluar dari sebuah ruangan yang menjadi ruang kelasnya.

Perempuan itu membuka kancing paling atas dari kemeja yang ia kenakan sekarang itu. Perempuan berambut pendek tak menyentuh pundak itu berada di sebuah negara yang terkenal akan pulau Bali-nya itu. Sebuah negara tropis yang memiliki bendera berwarna merah-putih. Sebuah negara bernama Indonesia.

“Kenapa kau keluar, Rista?”. Sebuah suara terdengar di kedua kupingnya. Perempuan itu menengok saat merasa salah satu nama yang ia miiki itu disebut.

“Yack, panggil aku RiHyun!”. Perempuan itu-RiHyun-membalikan badannya, menghadap teman perempuannya yang langsung mempoutkan bibirnya mendengar RiHyun meninggikan suaranya itu.

“Kenapa aku harus memanggilmu RiHyun, eoh? Sekarang kita berada di Indonesia, dan kau pun memiliki nama Indonesia. RiHyun itu hanya nama Koreamu” jawab perempuan yang rambutnya dikuncir kuda itu.

PLAK. RiHyun mendaratkan sebuah jitakan di kepala perempuan itu membuatnya mendengar sebuah rintihan kecil. RiHyun melipat kedua tangan. “HyunBi, aku ini bukan orang Korea…”.

“Tapi, ayahmu orang Indonesia, bukan?”. Perempuan yang dipanggil HyunBi itu langsung memotong ucapan RiHyun yang belum selesai itu. “Dan, HyunBi itu nama Koreaku. Panggil aku dengan nama asliku, Emi.”

Okay, Emi” jawab RiHyun. Dia memajukan kepalanya dengan menatap Emi serius. “Lalu, panggil aku dengan nama asliku, Cho RiHyun. Rista hanya nama yang aku gunakan untuk belajar di sini. Itu pun paksaan dari appa-ku.”

Emi yang mendengar celotehan RiHyun itu pun hanya dapat mempoutkan bibirnya. “Terserah.”

“Aku bosan.” RiHyun bersuara seraya berjalan mendekati bangku panjang yang berada di depan kelasnya. Ia duduk di sana, diikuti oleh Emi yang kini sudah duduk di sampingnya.

“Nyalakan saja notebook-mu!” usul Emi. “Biasanya juga begitu, bukan?”.

“Apa yang harus aku lihat?”. RiHyun melontarkan pertanyaan pada Emi seraya menengok ke perempuan yang umurnya lebih muda darinya itu. “Aku tidak membawa flashdisk-ku.”

“Loh, bukankah video-video-mu ada di notebook-mu? Kau tidak memindahkannya kemana-mana, aku rasa.” Emi bersuara. Namun, perempuan itu lebih terdengar berbicara sendiri dari pada berbicara dengan RiHyun. “Bukankah tadi kita melihat EXO bersama-sama di notebook-mu?”.

“Hah.” RiHyun tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya menghela napasnya mendengar Emi bersuara seperti itu, atau karena mungkin mendengar nama boyband baru itu disebutkan. Ia menerawang jauh ke depan. Tidak mempedulikan Emi yang terus bersuara, menceritakan semua tentang boyband yang terdiri atas 3 huruf itu.

----

Hyung, aku rasa kita butuh seorang manager lagi” ujar seorang namja yang mendekati namja lainnya yang tengah duduk di sebuah sofa.

Siapa pun yang melihat perawakan kedua namja itu pun tau bahwa mereka berdua adalah orang Korea. Dan, itu memang benar. Kedua namja itu memang orang Korea, atau lebih tepatnya Korea Selatan. Kini mereka berdua atau lebih tepatnya bersama keempat teman mereka lainnya sedang berada di ruang tunggu, mereka menunggu giliran mereka tampil. Memang mereka adalah seorang artist, atau lebih tepatnya boyband rookie. Sebuah boyband yang diberi nama EXO. Dan, mereka berenam adalah member dari salah satu sub-group boyband tersebut. EXO-K.

“Memang kenapa?” tanya namja yang dipanggil ‘hyung’ tadi yang memiliki nama panggung SuHo itu. Namja itu menengok ke arah namja yang menjadi magnae dari sub-group mereka sekaligus magnae dari EXO juga.

Magnae yang memiliki nama lengkap Oh Sehun itu menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal itu. “Mollayo, aku merasa butuh saja. Bisakah hyung menyampaikannya ke Soo Man seonsaengnim?”.

SuHo terdiam. Dia memutar matanya bingung. Dia bingung harus menjawab apa, karena alasan yang diberikan oleh SeHun tidak masuk di akal.

“Aku juga merasa kita butuh manager lagi, hyung.” Salah satu dari empat member lainnya yang dari tadi sibuk dengan kesibukannya masing-masing itu kini ikut dalam pembicaraan antara leader dan magnae itu. Seorang namja dengan nama panggung D.O itu berjalan mendekati leader dan magnae yang menatapnya itu. Ia duduk di samping sang leader. “Aku dengar manager hyung ingin meminta cuti, hyung.”

“Kalau begitu Soo Man seonsaengnim pun pasti akan mencari penggantinya, bukan? Kita tidak perlu memintanya sendiri, pasti akan dikasih” ujar SuHo yang membuat D.O atau pun SeHun memutar otaknya kembali.

Manager hyung akan cuti? Berarti kita akan kedatangan manager baru?”. Tampaknya pembicaraan tentang manager itu juga terdengar oleh tiga member lainnya. Dan, namja paling tinggi itu bersuara. Namja bernama lengkap Park ChanYeol itu menjadi pusat perhatian kelima member lainnya.

Setelah menerawang cukup lama, ChanYeol menatap member lainnya satu per satu. Kemudian, ia tersenyum lebar, setelah itu bersuara. “Mungkin akan enak, jika manager kita itu adalah antis kita, eoh?”. Sontak kelima member lainnya membelalakan kedua mata mereka mendengar apa yang diucapkan oleh tiang listrik itu.

----

Malam sudah tiba, namun perempuan itu belum menghentikan aktifitasnya dari tadi. Perempuan yang tidak lain adalah RiHyun itu terus menerus menatap layar notebook-nya yang berada di depannya. Kini dia berada di dalam kamarnya. Ia memang masih tinggal bersama orang tuanya, meski ia sudah kuliah. Namun, rumah ini hanya ditempati olehnya sendiri. Karena, kedua orang tuanya itu tengah berada di luar kota. Sementara kakaknya, dia tidak tau kakaknya berada di mana. Yang ia tau tentang kakaknya hanya satu, yaitu kakaknya sedang kuliah entah di mana. Dia tidak tau, dan dia tidak mau tau.

Kini perempuan yang hanya ingin dipanggil nama Koreanya itu tengah membaca kembali artikel yang terpampang di layar kaca notebook-nya entah untuk keberapa kalinya. Mungkin sudah seratus kali, dia membaca artikel yang sama. Ia masih memastikan bahwa artikel yang ia baca itu memang benar.

“YACK!!!”. RiHyun berteriak sekencang-kencangnya. Ia duduk dari tempat tidurnya. Ia melepaskan dengan kasar earphone yang ia pakai, melemparnya asal di atas tempat tidur. Lalu, ia menghempaskan tubuhnya dengan kasar di atas tempat tidurnya itu.

“YACK!!!”. Kembali, perempuan itu berteriak seraya mengacak-acak rambutnya.

RiHyun terus berteriak dan mengacak-acak rambutnya tanpa henti. Namun, setelah beberapa menit ia melakukan hal yang sama, ia pun berhenti. Ia segera bangkit ke depan notebook-nya lagi. Kembali, ia membaca artikel yang sama. Dan, kali ini hanya sekali. Tidak diulang seperti tadi lagi.

“Hah.” RiHyun menghela napasnya berat. Kemudian, ia kembali menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidurnya lagi. Ia menutupi kedua matanya dengan tangan kanannya. Memberikan warna hitam kepada matanya tanpa perlu memejamkan matanya.

“Aku tidak boleh menjadi fans-nya. Aku membenci mereka. Aku membenci mereka. Ya, aku membenci mereka. Aku hanya mencintai gege-ku saja. Bukan mereka” gumam RiHyun tanpa sadar.

Hening. RiHyun tidak bersuara sama sekali, setelah gumaman itu. Tidak. Ia tidak tidur. Ia tetap terjaga dengan warna gelap menghiasi kedua matanya yang cantik itu. Namun, keheningan itu musnah saat ia merasakan iPhone-nya yang berada di dekatnya itu bergetar. Segera ia mengambilnya, membaca pesan masuk itu.

“YACK, ABEOJI, APA YANG BERADA DI OTAKMU, HAH?”.
“YACK, JINJA, ABEOJI TUA, KAU RESE!!!.”
“YACK, ABEOJI BAU TANAH, KENAPA KAU SEENAKNYA MENYURUHKU?”.

Dan, malam itu pun dilewati RiHyun dengan berteriak, mengutuki seseorang yang ia panggil ‘abeoji’ itu.

----

I'm Not Cry, 'Cause Too Sad Part 2-End



Title : I’m Not Cry, ‘Cause Too Sad
Genre : Love, Friendship, Family, Romance (maybe)
Main Cast : Kim HeeChul, Tan HanGeng, Kim HeeYun (OC), Cho RiHyun (OC)
Support Cast : Cho KyuHyun, Cho HeeSun (OC)
Author : RistaMania
Length : TwoShot (5.367 words)
Rating : PG-15 (?)
Disclaimer : All casts in this ff are belong to God, but this story (ff) is mine
----
HeeChul POV

Kini aku berdiri di balkon kamarku. Aku menutup kedua mataku, menarik napasku lembut. Dan, hal itu membuatku tenang. Entah kenapa, udara yang baru aku hirup itu terasa sangat segar.

“Hey, jangan melamun!”. Aku mendengar sebuah suara yang tidak asing untukku. Aku membuka kedua mataku dan meliriknya tajam. Aku tau dan sadar bahwa sedari tadi namja berwarga negara China ini sudah berdiri di sampingku. Seorang namja yang sudah menjadi sahabatku sejak lama. Seorang sahabat yang selalu menjadi tempatku bertukar cerita. Seseorang yang memiliki nama lengkap Tan HanGeng.

Waeyo? Itu hakku, kau tidak berhak melarangku” jawabku dingin seraya memalingkan wajahku darinya. Ada sedikit rasa kesal, karena dia mengganggu suasana tenangku tadi.

Ckckck, kau mau tau sesuatu yang penting tentang HeeYun-sshi, eoh?” tanya HanGeng yang membuat aku menoleh ke arahnya. “Seonbae-ku ternyata adalah dokter kandung HeeYun-sshi selama ini. Namun, dia meninggal beberapa minggu lalu, dan kini aku menggantikan seonbae-ku itu.”

MWO? Jinjayo?”. Aku tidak percaya dengan apa yang HanGeng utarakan tadi. Lalu, aku menggelengkan kepalaku pelan. “Tidak aku sangka dunia begitu sempit. Terbukti dari dokter HeeYun adalah seonbae-mu dulu dan kini adalah kau.”

PLAK. HanGeng menjitak kepalaku dan itu membuatku menggerutu kesal. “Justru akulah yang harusnya bingung, karena kau sangat aneh. Aku baru mengetahui bahwa kau adalah orang yang sangat baik. Mencintai seorang yeoja yang tengah hamil, lalu memaksa ahjumma dan ahjussi untuk merestui hubungan kalian berdua.” Aku terkekeh pelan mendengar pengakuannya itu. Aku menerawang jauh ke depan.

Apa yang diucapkan HanGeng tadi memang benar. Aku memang memaksa kedua orang tuaku untuk merestui hubunganku dengan HeeYun jauh sebelum akhirnya aku mengetahui bahwa HeeYun membalas perasaanku. Bahkan, dapat disebut bahwa aku bukan memaksa mereka, tetapi mengancam kedua orang tuaku. Aku mengancam mereka bahwa jika mereka tidak merestui hubunganku dengan HeeYun, aku akan keluar dari rumah dan tidak akan menjadi penerus perusahaan abeoji. Hingga kini hubungan kita berdua pun berjalan baik. Dan, dengan restu orang tuaku itu, kita akan segera menikah, setelah HeeYun melahirkan anaknya itu.

“Kau mau tau sesuatu lagi?” tawar HanGeng yang membuatku tersadar dari lamunanku. “Mwo?”.

“Keadaan kandungan HeeYun-sshi kini baik-baik saja. Namun, suruh dia makan teratur. Sepertinya dia jarang makan akhir-akhir ini. Aku takut itu akan berdampak buruk, cepat atau lambat.” Aku menghela napasku pelan mendengar penjelasan HanGeng itu.

“Aku tau itu. Dia hanya akan makan teratur, jika aku berada di sisinya” jawabku.

“Kalau begitu kau harus terus berada di sisinya” celetuknya.

PLAK. Aku menjitak kepala sahabatku ini. “Mana mungkin aku terus menerus berada di sisinya! Abeoji menyuruhku untuk mulai belajar menjadi penerusnya.”

“Kenapa tidak minta ahjumma untuk menjaga HeeYun-sshi?” usul HanGeng. “Meski anak HeeYun-sshi nanti bukanlah keponakan kandungnya, tapi nanti tetaplah menjadi keponakannya.”

Arraseo, nanti aku akan meminta eomma melakukannya” jawabku.

“Lalu, apakah kau sudah mempersiapkan nama untuk calon anakmu itu, eoh?” tanya HanGeng yang membuatku tersenyum sipul.

----

HanGeng POV

“YACK, KIM HEECHUL…???!!!”.

Aku berteriak saat melihat sahabatku yang aneh ini dengan santainya mendengarkan lagu dari earphone-nya dengan posisi tubuh tiduran di atas kasurnya. HeeChul hanya melirikku sekilas, lalu kembali menekuni aktifitasnya tanpa mempedulikan keberadaanku. Aku berdiri berkacak pinggang melihatnya seperti ini.

“HeeYun-sshi, bisakah kau menyuruhnya untuk segera bersiap-siap?” pintaku sambil menoleh ke arah HeeYun yang berdiri di sampingku. Aku melihatnya tersenyum sipul menjawab pertanyaanku. “Jebbal, aku harus segera pulang, aku tidak mau membuat RiHyun sendirian mengurus anakku yang sedang sakit itu.”

HeeYun menengok ke arahku dan menatapku. Dia terlihat kaget mendengar ucapanku tadi. Dan, hal itu membuatku hanya dapat tersenyum lebar, menunjukan deretan gigi putihku ini. Aku memang bukan tipe yang suka membicarakan kehidupan pribadi, bahkan cenderung menutupinya. Dan, itu berlaku kepada siapa saja, meski itu sahabatku sendiri. Aku memang sudah menikah dengan yeoja bernama Cho RiHyun yang kini marga ‘Cho’-nya itu berganti menjadi ‘Tan’. Aku pun telah mempunyai seorang anak perempuan cantik bernama Tan HanRi. Kini HanRi yang berumur 1 tahun itu memang sedang sakit dan aku tidak mau, jika RiHyun merawatnya sendirian. Bisa saja aku kabur ke rumahku dan membantu merawat HanRi, tapi aku tidak bisa melakukannya, karena sahabatku ini memintaku untuk menemaninya ke bandara.

PLAK. Aku merasakan sebuah kepalan tangan mendarat mulus di kepalaku. Aku pun menoleh, karenanya. Entah sejak kapan, HeeChul sudah berdiri di sampingku. Dan, tentu dia adalah pelakunya. Aku kesal menanggapi perilakunya tadi. Aku mendengar kekehan kecil dari HeeYun dan aku melihat HeeChul berdiri berkacak pinggang.

Dia menggelengkan kepalanya pelan. Heran, maybe. “Kau ini sahabatku atau bukan, eoh? Kau menikah dan sudah punya anak, tapi kau tidak memberitahuku sama sekali? Kau benar-benar jahat, HanGeng-ah!”.

Aku hanya dapat tersenyum lebar mendengar omelannyanya itu. Aku tau aku jahat, karena tidak memberitahukan kabar baik ini kepada sahabatku. Bahkan, yang mengetahui hal ini hanya keluargaku dan keluarga RiHyun. Selain itu, tidak ada yang tau sama sekali. Tetapi, aku yakini berita ini sebentar lagi akan menyebar kemana-mana. Karena, sang master, Kim HeeChul, sudah mengetahui kenyataannya.

“Sudahlah, lebih baik aku bersiap-siap” ujar HeeChul yang memecahkan kesunyian yang sempat menyelimuti kami bertiga.

Aku tersenyum mendengarnya. HeeChul langsung berdiri di samping HeeYun dan merangkulnya. HeeChul dan HeeYun berjalan mendahuluiku dan aku mengikuti mereka dari belakang. Aku memandang pasangan ini dengan pandangan yang sebenarnya aku sendiri tidak tau. Aku langsung menggelengkan kepalaku saat sebuah pikiran aneh masuk ke dalam pikiranku. Entah atas landasan apa, tiba-tiba aku memikirkan bahwa HeeChul akan meninggalkan HeeYun.

“Hey, HanGeng-ah, jangan melamun saja.”

Aku menengok ke sumber suara. Aku menghela pelan napasku saat menyadari kebodohanku yang membuat aku melamun hingga tidak sadar bahwa kini kami bertiga sudah sampai di bandara dan aku adalah orang yang menjadi supir.

A, ne, lebih baik kita turun sekarang” ujarku seraya keluar dari mobil ini. HeeYun dan HeeChul pun mengikutiku dan kembali aku hanya mengikuti mereka dari belakang. Entahlah, aku terus melamun dan memikirkan hal-hal aneh itu.

Langkahku berhenti tepat di samping HeeYun. Kini posisinya adalah HeeYun berdiri di sampingku dengan HeeChul berdiri di depannya menghadap ke arahnya. Aku melihat tatapan mereka berdua yang bertemu itu. Tatapan mereka berdua itu menggambarkan perasaan mereka yang sama-sama murni dan tulus. Seulas senyum sipul nan kecil terbentuk di bibirku saat melihat HeeChul mengecup lembut kening HeeYun. HeeYun tersenyum menanggapi tingkah laku HeeChul itu. Dia sendiri dan aku tau bahwa HeeChul sebenarnya tidak mau pergi jauh dari HeeYun. Namun, ini demi orang tuanya dan kehidupannya kelak. Jadi, dia pun mau tidak mau harus pergi ke Amerika untuk belajar di sana, sesuai dengan keinginan abeoji-nya.

“Jaga kesehatanmu, eoh?” ujar HeeChul dengan nada suara yang terdengar jelas menyiratkan bahwa dirinya sangat khawatir. HeeYun tidak menjawab dengan ucapan, dia hanya menjawab dengan anggukan kecil kepalanya itu. “Aku tidak tau nanti saat kau akan melahirkan aku sudah pulang atau belum, jeongmal mianhae.” Kembali HeeChul bersuara. Dan, kali ini kalimatnya itu membuatku mengalihkan pandanganku dari pasangan ini. “Kau bisa minta tolong abeoji atau eomma.”

“Aku hanya perlu HanGeng oppa, aku tidak ingin merepotkan ahjumma dan ahjussi, oppa” jawab HeeYun. Aku hanya tersenyum sipul mendengarnya. HeeYun memang tipe yeoja yang tidak mau merepotkan orang berlebihan. Dan, memang benar, yang dia butuhkan hanya aku seorang, karena aku adalah dokter kandungannya.

Ne.” Entahlah, aku mendengar suara HeeChul itu semakin lemah. “Boleh aku meminta sesuatu sebelum aku pergi keluar negeri?”.

Aku melirik ke arah mereka. ‘Sudah saatnya’ batinku. Aku tau apa yang HeeChul minta, sesuatu yang berkaitan dengan calon bayi itu.

“Tolong, jangan beri nama anak ini dengan marga Kim, beri dia marga aslinya, Cho” ujar HeeChul dan itu membuat HeeYun kaget. Terlihat jelas dari ekspresi wajahnya yang berubah drastis.

----

HeeYun POV

Tolong, jangan beri nama anak ini dengan marga Kim, beri dia marga aslinya, Cho.’

Kalimat itu terus terdengar di kedua kupingku, meski itu sudah lewat dari sebulan diucapkan oleh namja-ku. Aku memandang keluar jendela kamar apartment-ku ini.

Klek. Aku mengalihkan pandanganku ke arah pintu yang terbuka, terlihat seorang yeoja yang umurnya lebih tua dariku. Tan RiHyun. Memang sejak HeeChul pindah keluar negeri, istri dari dokter kandungku bernama HanGeng itu disuruh oleh suaminya sendiri untuk menemaniku. Semulanya aku menolak, namun HanGeng terus memaksaku dan mengatas namakan permintaan dari HeeChul pun berhasil membuatku terdiam.

“HeeYun-sshi, kajja, kita makan malam dulu!” ujarnya dengan senyumnya yang khas.

Aku membalas senyumannya. Kemudian, aku melangkah mendekatinya. Kini kami berdiri berhadapan.

“Apa yang sedang kau pikirkan?” tanyanya yang membuatku mengeryitkan keningku, namun tidak berselang lama aku tersenyum sipul.

“Tidak ada yang aku pikirankan. I only miss HeeChul oppa” jawabku yang membuatnya tersenyum lemah.

“Jangan berbohong! Kau tidak cocok menjadi seorang pembohong, HeeYun-sshi. Your acting is so bad!” ujarnya yang membuat aku terkekeh pelan. Aku sudah dapat menebak bahwa RiHyun tidak akan termakan dengan kebohonganku. “Kau sedang memikirkan permintaan HeeChul-sshi di bandara waktu itu, eoh?”.

Aku terdiam mendengar ucapannya barusan. Kemudian, aku memilih untuk keluar dari kamarku menuju meja makan tanpa menghiraukan ekspresi RiHyun yang mungkin menganggapku tidak sopan. Aku duduk di salah satu kursi meja makan ini dan mulai memakan makanan yang sudah dihidangkan oleh RiHyun.

“Kau tidak dapat berbohong kepadaku. Terlihat jelas di keningmu bahwa kau memikirkan hal itu” ujar RiHyun yang membuatku melirik ke arahnya dan tersenyum sipul.

Aku memilih untuk tetap diam dan memakan makanan ini. Sepertinya RiHyun mengetahui keinginanku itu, dia pun hanya diam di kursinya yang berhadapan denganku. Dia tidak ikut makan denganku, dia hanya melihatku yang dengan lahap dan pelan mengunyah makanannya ini.

“Bagaimana keadaan HanRi?” tanyaku, setelah menghabiskan seluruh makanan yang berada di atas meja ini.

RiHyun tersenyum sipul mendengar pertanyaanku itu. “Dia baik-baik saja, yang harusnya bertanya seperti itu adalah aku. Bagaimana keadaanmu? Jangan berpikiran yang tidak-tidak! Kau sedang mengandung, HeeYun-sshi.”

Gamsahabnida, eonni” ucapku pelan, namun aku yakin dia dapat mendengarnya.

“Jangan beri nama anak ini dengan marga Kim, beri dia marga aslinya, Cho.” Aku tersenyum sinis melihat RiHyun berusaha meniru gelagat tubuh dan ucapan HeeChul sebulan yang lalu saat di bandara. “Aku dengar dari HanGeng gege bahwa HeeChul-sshi meminta seperti itu kepadamu, eoh?”. Aku mengangguk pelan menjawab pertanyaan. “Lalu, apa yang kau pikirkan? Bukankah itu menunjukan sikapnya yang bertanggung jawab? Tapi, itu sih menurutku.”

It’s your opinion, we have different opinions, eonni” jawabku yang membuatnya tersenyum sipul dan menunjukan sebuah ekspresi yang mengatakan bahwa dia ingin mengetahui pendapatku. “Aku justru berpendapat bahwa HeeChul oppa tidak menganggap anak ini adalah anaknya. Memang benar bahwa anak ini bukanlah anaknya, appa kandungnya sudah meninggal dan seluruh keluarga kandungnya tidak ada yang menganggapnya ada. Hanya aku, eomma-nya, yang menganggapnya ada. Aku hanya takut, jika anak ini tidak akan mendapat perhatian dari sesosok appa.”

Entah untuk keberapa kalinya, RiHyun tersenyum. “Kau dan HanGeng gege sama saja, kalian sama-sama berpikiran yang tidak-tidak. Bukankah sudah aku bilang bahwa kau jangan berpikiran yang tidak-tidak, kau sedang mengandung, HeeYun-sshi.”

“Kau tidak mengerti bagaimana rasanya seperti ini, eonni. Kau tidak pernah berada di posisiku” ujarku yang aku sadari bahwa ujaranku itu terdengar sangat putus asa.

Ne, aku memang tidak tau bagaimana rasanya berada di posisimu, karena aku tidak pernah berada di posisi seperti itu. Tapi, kelak, jika anak itu benar-benar tidak mendapat sesuatu yang harusnya dia dapatkan, aku akan menolongmu. Meski itu harus berarti berbagi seseorang yang aku cintai.”

----

HeeChul POV

Aku membuka kacamata hitam yang aku pakai. Kini aku menginjakan kedua kakiku kembali ke Negara dimana aku lahir. Korea Selatan. Dengan nekat, aku memilih pulang. Bukan untuk berlibur, melainkan untuk menemani seseorang yang aku cintai melewati masa-masa sulitnya, yaitu membawa seseorang yang tidak berdaya ke dalam dunia kehidupan ini. Waktunya sudah tiba untuknya melahirkan bayi imut yang sudah aku tau sebuah nama yang akan terus melekat didalam dirinya. Cho HeeSun. Aku senang saat mendengar nama yang diberikan oleh HeeYun untuk anaknya kelak, karena dia memenuhi permintaanku, yaitu memakai marga Cho bukan Kim.

“Kemana, agasshi?”.

Kini aku sudah berada di dalam taxi, aku langsung menyebutkan alamat apartment HeeYun. Taxi ini pun melaju menuju tempat yang alamat yang sebutkan itu.

----

Author POV

Seorang yeoja manis sedang berjalan mengelilingi ruangan di mana menjadi tempat ia menikah dengan namja-nya. Yeoja itu memakai gaun pengantin serba putih dengan rambut terurai bebas dan mahkota putih cantik menghiasi kepalanya. Kepalanya dengan sopan terus mengangguk menyapa seluruh tamu yang datang di acara pernikahannya itu. Langkahnya berhenti tepat di depan seorang yeoja yang umurnya lebih tua darinya itu. Pengantin wanita yang akrab dipanggil HeeYun itu memang sedari tadi mencari yeoja yang bernama RiHyun itu. RiHyun pun tersenyum menyadari bahwa kini dia berdiri berhadapan dengan seseorang yang mungkin tidak tau apa yang dia rasakan sekarang ini.

“Bagaimana keadaan HeeSun dan HanRi?” tanya HeeYun.

RiHyun tetap dengan senyum sipulnya itu menatap tepat kedua mata HeeYun dengan sebuah tatapan yang tidak akan pernah dapat dipahami oleh siapa pun, kecuali oleh sang pemiliknya sendiri. “Mereka sedang tertidur di ruang ganti. Tenang saja di sana ada eomma-ku.”

“HeeYun-ah.” Belum sempat HeeYun berterimakasih kepada RiHyun, seseorang atau lebih tepatnya dua orang berjalan mendekatinya dan salah satu di antara mereka berdua memanggil HeeYun. RiHyun mengangguk sopan kepada tiga orang yang berdiri di depannya itu seraya berpamit undur diri dari pesta ini. Tanpa menunggu respon dari HeeYun atau pun dua orang lainnya, RiHyun langsung melangkah menjauh.

Jeongmal gamsahamnida, HeeYun-ah” ujar seorang wanita yang tidak asing untuk HeeYun. Wanita itu menggenggam erat tangan suaminya yang berdiri di sampingnya itu.

----

HeeYun POV

‘Jeongmal gamsahamnida, HeeYun-ah’.

Aku tersenyum pedih mendengar ucapan yang meluncur dari mulut seorang wanita yang beberapa jam lalu berdiri di hadapanku bersama suaminya. Berdiri berdua tanpa sosok anaknya. Kini aku berada di balkon kamar baruku. Aku tidak keluar dari apartment-ku, aku tetap tinggal di sana. Namun, untuk beberap bulan ke depan, ada sesuatu yang mengharuskan aku untuk tinggal di rumah HanGeng dan RiHyun ini. Aku merapatkan jaket yang aku pakai ini.

“Tidak baik berdiri di balkon sendirian saat malam, HeeYun-ah.”

Aku tersenyum mendengar sebuah suara yang tidak asing untukku. Bersamaan mendengar suara itu, aku menghirup aroma teh ginseng yang khas di hidungku. Aku melirik ke arah namja yang kini telah menjadi suamiku itu. Kini aku memang tidak sendirian lagi, aku telah memiliki keluarga kecil. Keluarga kecil yang memiliki sepasang suami istri yang baru saja menikah tadi pagi dan seorang bayi kecil perempuan yang baru saja lahir beberapa bulan yang lalu.

“Kau mau?” tawarnya.

Aku menggelengkan kepalaku menjawab tawarannya itu. Dia hanya mengangkat kedua bahunya mengetahui penolakanku itu, kemudian dia menyuprut tehnya itu. Aku mengalihkan pandanganku lurus ke depan, bukan ke langit hitam yang hanya ditemani sang purnama.

Oppa, jeongmal gamsahamnida” ucapku pelan namun aku tau bahwa namja di sampingku ini dapat mendengarnya. “Jika tidak ada oppa, aku tidak tau harus bagaimana.”

“Tenanglah, aku sudah menganggapmu sebagai yeodongsaeng-ku. Dan, aku melakukan ini, karena RiHyun. Aku akan memberikan sesuatu yang seharusnya didapatkan HeeSun, kau bisa mempercayaiku” jelas namja China bernama Tan HanGeng ini yang membuatku menengok ke arahnya.

Aku memang menikah dengan HanGeng, bukan dengan HeeChul, meski aku hanya mencintai HeeChul. Tapi, aku menikah dengan HanGeng, karena aku ingin membuktikan betapa besarnya cintaku untuk HeeChul, meski aku sendiri menyadari bahwa HeeChul tidak akan merespon bahkan melihat bukti cintaku ini.

Flash Back : On-HanGeng POV-

“Bagaimana keadaan mereka, gege?” tanya RiHyun sesaat aku keluar dari ruangan di mana menjadi tempat HeeYun melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik.

Aku tersenyum menjawab pertanyaan RiHyun barusan. “Mereka berdua baik-baik saja, bayinya cantik dan sehat. Tenanglah! Aku justru menghawatirkan keadaanmu. Bagaimana keadaanmu? Apa punggungmu baik-baik saja?”.

“Hah.” Aku menghela napasku, setelah melihat RiHyun kembali menunjukan senyum sipulnya itu. “Sepertinya aku salah bertanya. Seharusnya aku bertanya, bagaimana keadaan ginjalmu itu? Aku tidak bisa membiarkan kau menderita dua hal yang tidak bisa dianggap kecil, dan semua itu karena aku.”

“Bisakah gege diam” ujarnya yang berdiri dengan melipat kedua tangannya. “Aku capai terus mengucapkan hal yang sama, gege. Tenanglah! Punggungku baik-baik saja. Dan, masalah ginjal, jangan terus menyalahkan dirimu, gege. Aku memberikannya, karena aku memang ingin memberikannya. Bukan, karena terpaksa. Aku pun sudah dapat menerima apa pun yang akan aku rasakan nantinya.”

Aku berusaha membuat seulas senyum kecil untuknya, seseorang yang sangat aku cintai. Seseorang yang menguasai wushu dan menjadi seorang guru sekaligus atlit wushu yang sangat aktif. Dan, seseorang yang kini hanya mempunyai satu ginjal, karena satunya lagi diberikan kepadaku. Aku tau bahwa dia menahan rasa sakit yang terus menghinggapi tubuhnya. Ginjalnya dan cedera lama pada punggungnya yang aku tau bahwa akan terasa kelak di masa yang akan datang, karena aku juga seorang atlit wushu yang berpindah profesi menjadi dokter.

“Sudah, ayo duduk, gege!”. RiHyun menarikku untuk duduk di bangku terdekat. “Lalu, bagaimana dengan HeeChul-sshi, ekh, maksudku HeeChul oppa?”.

Aku tersenyum mendengar dia belum terbiasa memanggil HeeChul dengan sebutan ‘oppa’. “Mollayo, aku tidak dapat menghubunginya.”

DAP.DAP.DAP. Aku mendengar suara langkah kaki yang terburu-buru. Itu sudah menjadi suara yang tidak asing untukku, karena aku sudah terbiasa dengan suasana rumah sakit seperti ini. Apalagi aku bekerja di rumah sakit ternama. Namun, entah kenapa, kini dadaku berdetak tidak karuan mendengar derap langkah kaki yang terburu-buru ini. Sekelompok suster dengan seorang dokter sedang mendorong sebuah tempat tidur di mana seorang namja yang sepertinya korban kecelakaan mobil itu lewat di depanku. Kedua mataku membelalak melihat gantungan HP yang di pegang oleh namja itu. Aku langsung berdiri dari tempatku dan berlari mengikuti namja itu. Aku berusaha melihat wajah namja itu, memastikan bahwa namja itu bukanlah dia. Langkahku memelan, sebelum berhenti tepat di depan pintu ruang ICU. Aku menyandarkan punggungku di dinding rumah sakit ini seraya memejamkan kedua mataku dan menggigit bibir bawahku menahan isak tangisku.

Gege, waeyo? Kau mengagetkanku, gege.” Aku membuka kedua mataku saat mendengar suara istriku itu. Dan, hal itu membuat setetes airmata menerobos dan mulai menghiasi pipiku.

Aku tersenyum miris menatapnya. “Namja yang lewat di depan kita tadi adalah HeeChul. Dia mengalami kecelakaan, RiHyun.”

Jawabanku barusan membuat kedua mata RiHyun melebar. Aku tersenyum miris melihat ekspresi RiHyun itu, aku sudah menduga bahwa dia pasti akan berekspresi seperti itu. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa pasangan ini akan mengalami masalah seperti ini. HeeYun baru saja melahirkan bayi cantik, tetapi HeeChul yang baru saja sampai di Korea Selatan harus mengalami sebuah kecelakaan. Aku kembali menutup kedua mataku, memanjatkan sebuah doa dalam hati. Berdoa agar tidak ada sesuatu yang buruk yang menimpa pasangan ini.

Gege, aku sudah menelpon ahjussi dan ahjumma. Aku memberitahukan mereka bahwa HeeChul berada di sini. Mereka dalam perjalan ke sini, gege” jelas RiHyun yang memberikanku sekaleng minum. Aku menerimanya, membukanya dan meneguk isi kaleng itu. RiHyun melangkah mendekatiku, menyisakan satu langkah kaki anak-anak sebagai jarak yang memisahkan kita berdua. RiHyun memegang salah satu tanganku kuat. “Gege, aku memiliki perasaan buruk akan keadaan HeeChul oppa.” Aku mengeryitkan keningku tidak menyangka bahwa RiHyun akan berpikiran yang tidak-tidak seperti ini. RiHyun yang menyadari ekspresiku akan respon dari ucapannya barusan pun mengangkat kepalanya. “Aku ingin gege menikah dengan HeeYun, jika sesuatu yang buruk menimpa HeeChul oppa. Membuatnya tidak dapat menggantikan sosok Kyuhyun-sshi untuk HeeSun.”

Aku membelalakan kedua mataku mendengar permintaan RiHyun barusan. Tanpa sadar, aku menjatuhkan kaleng minuman yang tadi aku pegang membuat lantai bersih ini terkotori olehku. Kedua tanganku memegang kedua bahu RiHyun kuat-kuat, menatapnya tajam yang membuat RiHyun menundukan kepalanya ketakutan.

“Jangan bodoh, RiHyun! Aku hanya mencintaimu. Bagaimana mungkin kau memintaku untuk menikah dengan orang lain, eoh?” bentakku. “Aku hanya mencintaimu, RiHyun. Percayalah bahwa HeeChul akan baik-baik saja! Jangan berpikiran yang tidak-tidak!”.

“Aku mohon, gege.” Suara yang aku sukai itu terdengar mengecilkan volume-nya. Hal itu membuatku menjauhkan kedua tanganku dari pundaknya dan terjatuh di kedua sisi tubuhku lemas. RiHyun mengangkat wajahnya, menatap kedua mataku dan dari kedua mataku ini aku dapat melihat gurat kekhawatiran dan keyakinan di wajah cantiknya. “Aku benar-benar merasakannya, gege. Aku takut HeeChul oppa kenapa-kenapa. Aku tidak mau melihat HeeYun sedih, aku tidak mau melihat HeeSun tidak mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan dari sosok appa. Aku mohon, gege.”

Tidak ada yang berbicara satu pun, meski itu hanya sebuah helaan napas. Suasana sunyi menyelimuti kita berdua hingga kedua orang tua HeeChul datang dan berdiri di dekatku serta menanyakan keadaan anaknya itu.

“Aku belum tau apa-apa, ahjumma, ahjussi” jawabku. “Tadi pun aku tidak sengaja mengetahui bahwa namja yang lewat di depanku dan RiHyun itu adalah HeeChul.”

“HeeChul-ah, bagaimana bisa dia mengalami hal ini?” ujar Ahjumma yang langsung dirangkul oleh suaminya yang berniat menenangkan istrinya. Meski aku tau bahwa Ahjussi pun sangat menghawatirkan keadaan anaknya itu.

“Lebih baik kita berdoa saja untuk HeeChul oppa, ahjumma, ahjussi” ujar RiHyun bijak yang tersenyum sipul ke arah sepasang suami istri ini yang dibalas anggukan kepala oleh keduanya.

Sudah beberapa hari, semenjak HeeChul mengalami kecelakaan. Namun, hingga kini HeeChul pun belum siuman dan tidak ada satu orang pun yang memberitahukan keadaan HeeChul sebenarnya kepada HeeYun. Kami masih menutupinya, karena tidak ingin membuat HeeYun khawatir.

Gege, HeeChul oppa sudah siuman” bisik RiHyun tepat di salah satu kupingku. Kedua mataku melebar dan langsung menengok ke arahnya yang berdiri tepat di sampingku. Dia mengangguk memberitahukan kepadaku bahwa dia tidak main-main dengan bisikannya tadi.

“Hey, ada apa dengan kalian berdua, eoh?” ujar HeeYun tiba-tiba yang menyadarkanku bahwa kini aku dan RiHyun berada di dalam kamar di mana HeeYun dirawat. Aku dan RiHyun pun sontak menengok ke arah HeeYun yang mengendong bayinya dengan penuh kasih sayang.

“HeeYun, aku ingin berbicara denganmu” ucapku saat RiHyun meminta izin HeeYun untuk mengendong HeeSun. Dan, HeeSun pun sudah berpindah ke dalam gendongan RiHyun. “Kau harus ikut denganku. Apa kau kuat jalan?”.

Aku yakin HeeYun tidak mengerti dengan pembicaraanku ini. Namun, dia tetap menganggukan kepalanya. Aku pun menyuruhnya untuk mengikutiku menuju kamar di mana HeeChul dirawat. Dalam perjalanan, aku menceritakan kepada HeeYun keadaan HeeChul yang sebenarnya. Entah alasannya apa, aku mengira bahwa HeeYun akan menangis, namun HeeYun tidak menangis. Dia hanya tersenyum sipul dan memintaku untuk tetap bercerita yang sebenarnya dan tidak membohonginya lagi tentang keadaan HeeChul.

Klek. Aku membuka pintu kamar tempat di mana HeeChul dirawat. Aku, HeeYun dan RiHyun yang masih menggendong HeeSun pun masuk dan langsung menjadi pusat perhatian tiga orang yang berada di dalam kamar ini. HeeChul dan kedua orang tuanya. Aku tersenyum sipul melihat HeeChul tersenyum lebar melihatku.

“Kau lama sekali menjengukku, eoh, HanGeng?” ujarnya yang langsung membuatku terkekeh.

“RiHyun-ah, apa suamimu itu selingkuh, eoh? Kenapa kau bersama dua wanita cantik, HanGeng-ah?”.

Dua pertanyaan yang meluncur dari mulut HeeChul barusan membuatku benar-benar terkejut. Aku langsung menengok ke arah Ahjumma dan Ahjussi, meminta mereka mengatakan bahwa ini hanya candaan HeeChul yang kelewat batas. Namun, Ahjumma dan Ahjussi hanya menggeleng pelan, memberitahukan kepadaku bahwa ini bukanlah sebuah candaan HeeChul seperti biasanya. Aku mengepalkan kedua tanganku kuat-kuat.

Annyeonghaseyo, joneun Kim HeeChul imnida. Kau siapa? Terimakasih sudah menjengukku” ujar HeeChul tanpa sebuah nada bersalah atau pun berdosa memperkenalkan dirinya sendiri kepada calon istrinya ini.

Annyeonghaseyo, joneun Kim HeeYun imnida.”

Seperti mendengar sebuah petir besar menyambar di siang hari ini. Aku pun langsung menengok ke arah HeeYun yang berdiri di sampingku. Dia berdiri dengan tenang seraya memperkenalkan dirinya sendiri kepada HeeChul.

“Ini bukan apa-apa. Aku juga pasien di rumah sakit ini, dan hari ini aku akan keluar dari rumah sakit ini. Maaf, aku tidak membawa apa-apa untukmu. Semoga cepat sembuh. Maaf, aku tidak bisa lama-lama di sini, aku harus segera bersiap-siap untuk pulang.” Aku benar-benar tidak percaya mendengar HeeYun berbicara panjang lebar seperti itu dengan bahasa formal seolah-olah tidak kenal dengan lawan bicaranya yang jelas-jelas adalah calon suaminya itu.

Klek. HeeYun keluar dari kamar ini sendirian, setelah HeeChul mengangguk sopan dan HeeYun membungkukan badannya. Aku menggelengkan kepalaku pelan melihat tingkah laku HeeChul dan HeeYun itu. Aku langsung melangkah mendekati Ahjumma dan Ahjussi. RiHyun pun berusaha untuk mengalihkan pandangan HeeChul dari kita bertiga dengan mengajak HeeChul bermain bersama HeeSun yang masih berada di dalam gendongannya itu.
Mianhae, HanGeng-ah” ucap Ahjussi. “Kami pun juga kaget saat mengetahui bahwa HeeChul mengalami setengah amnesia, dia mengingat kita semua. Namun, dia sama sekali tidak mengingat HeeYun. Saat kami bertanya bagaimana rencananya untuk menikahi HeeYun, bukannya menjawab pertanyaan kami justru HeeChul bertanya siapa HeeYun. Bahkan, tadi kau bisa melihatnya sendiri saat HeeYun dan HeeChul berbicara. HeeChul benar-benar tidak mengenali HeeYun.”

Flash Back : Off-HanGeng POV-

----

RiHyun POV

Aku tersenyum sipul melihat HanGeng yang bermain bersama HeeSun dan HanRi. Entah kenapa, aku merasa kesal melihatnya. Tetapi, aku tidak dapat melarang HanGeng untuk bermain dengan HeeSun, karena kini HeeSun pun anaknya, meski bukan kandung. Dan, itu pun juga permintaanku kepada HanGeng untuk menikahi HeeYun.

Flash Back : On-HeeYun POV-

“HeeYun-ah, sini biar aku yang menjaga HeeSun hingga tidur.” Tiba-tiba, HanGeng mendatangiku yang berada di dalam kamarku. Dan, ia langsung mengambil HeeSun dari gendonganku. “Eomma-nya HeeChul datang, ahjumma ingin bertemu denganmu.” Aku mengeryitkan kening mendengarnya. Tentu aku bingung. ‘Untuk apa ahjumma datang?’. ‘Bukankah HeeChul tidak mengenaliku lagi?’. Dan, tentu berbagai pertanyaan lain muncul di benakku.

“Cepat, jangan membuatnya menunggu!”. Sahutan HanGeng itu membuatku tersadar dari lamunanku. Aku pun langsung berlari keluar dari kamarku menuju ruang tamu, di mana aku yakini di sana sudah ada ahjumma dan RiHyun.

Memang tadi pagi, RiHyun, HanGeng dan HanRi berkunjung ke apartment-ku dengan alasan ingin menengok HeeSun. Namun, tiba-tiba ahjumma datang dan beralasan ingin bertemu denganku. Hal itu membuatku berpikir bahwa mereka bertiga sudah merencanakan ini semua. Mereka sengaja datang ke apartment-ku dan menjadikan apartment-ku ini sebagai tempat untuk membicarakan sesuatu yang penting denganku.

Mianhae, ahjumma, mworago?” ujarku langsung saat duduk berhadapan dengan Ahjumma yang tersenyum lemah ke arahku.

“Aku tidak suka berbasa-basi, kau tau itu bukan, HeeYun-ah” jawab Ahjumma yang aku jawab dengan sebuah anggukan.

Mianhae, aku permisi” ujar RiHyun yang langsung berjalan menuju kamarku tanpa menunggu jawaban dariku atau pun Ahjumma.

“Aku akan langsung ke intinya. Jujur, sebenarnya, semulanya aku tidak merestui hubunganmu dan HeeChul. Tapi, HeeChul memaksa kami untuk merestui hubungannya itu.” Aku menundukan kepalaku dengan sebuah senyum lemah terbentuk di bibirku. Aku menyadari hal itu. Menyadari hal yang baru saja Ahjumma ungkapkan kepadaku. “Aku tidak merestuimu, karena aku takut itu akan menyakiti HeeSun dan dirimu sendiri. Namun, saat melihatmu dan mengetahui bahwa kau adalah orang baik yang memiliki nasib yang tidak sesuai dengan kepribadianmu, aku jatuh hati.” Aku mengangkat kepalaku, kemudian menunjukan senyum sipulku. “Tetapi, kini aku ingin anakku mendapatkan seseorang yang pantas untuknya.” Tetap. Sebuah senyum sipul tetap aku tunjukan kepada Ahjumma saat mendengar kalimat terakhirnya.

“Aku mengerti, ahjumma. Aku sudah memutuskan hubunganku dengan HeeChul oppa saat aku memperkenalkan diriku kemarin. Mungkin tidak secara lisan hanya lewat tatapan mataku. Ahjumma, tidak perlu khawatir” jelasku. Aku memang sudah memutuskan untuk tidak mengharapkan HeeChul lagi, meski itu harus membuatku merasakan hatiku tercabik-cabik.

Gamsahabnida.” Aku mengangguk sopan mendengarnya.

Hening. Tidak ada yang bersuara kembali, setelah aku mengangguk sopan mendengar Ahjumma berterimakasih kepadaku. Namun, tiba-tiba, aku merasakan sepasang tangan melingkar di leherku. Aku pun merasakan hembusan napas menerpa leherku.

Would you marry me? I’ll become a father of your child. I promise!”.

Flash Back : Off-HeeYun POV-
----

HeeYun POV

Aku memberikan tanda silang pada angka 15 di kalender di hadapanku ini dengan spidol merah. Aku melihat ke arah empat angka yang terpajang di paling atas kalender ini yang menunjukan tahun ini. Aku tersenyum sipul. Hari ini adalah hari ulang tahun HeeSun yang ke-13.

Klek

“HeeYun-ah, kenapa kau tidak menjemput, HeeSun, eoh?”.

Aku menengok ke arah pintu kamarku yang terbuka, memperlihatkan sosok RiHyun bersama HanRi. Aku tersenyum melihatnya.

Ne, ini aku juga ingin menjemputnya, eonni” jawabku.

Arraseo, aku akan membuatkan makanan untuk kalian berempat. Nanti malam aku tidak bisa ikut makan malam, karena aku harus mengajar wushu lagi.” Aku hanya dapat mengangguk mendengar penjelasan yang diberikan oleh RiHyun itu.

Semenjak aku menikah dengan HanGeng, RiHyun selalu membuat dirinya sibuk dengan pekerjaannya yang tidak akan lepas dari kata ‘wushu’. Dan, hubunganku dengan HanGeng pun hanya sebatas kakak dan adik, sementara kata ‘suami-istri’ itu hanya sebagai pajangan saja. Aku berjanji kepada diriku sendiri untuk tidak ‘melakukannya’ dengan HanGeng, karena dia adalah kakakku. Dan, HanGeng pun hanya mencintai RiHyun.

Lalu, tentang masa laluku yang terbilang suram pun tidak aku tutupi dari anakku, Cho HeeSun. Aku menceritakan semuanya kepada HeeSun. Aku memberitahukan semuanya kepadanya HeeSun. Aku memberitahukan bahwa HanGeng bukanlah ayah kandungnya. Aku memberitahukan siapa itu namja bernama Kim HeeChul. Aku memberitahukan siapa itu namja bernama Cho KyuHyun. Aku memberitahukan bagaimana HanGeng bisa menjadi appa-nya sekarang. Semuanya aku ceritakan, tanpa terkecuali.

Aku melihat ke lingkungan sekitarku. Kini aku sudah sampai di sekolah HeeSun. Dan, kini, aku pun harus mencarinya, karena dia tergolong anak yang aktif, selalu berkeliaran kemana pun dia mau.

EOMMA…???!!!”.

Aku menengok ke sumber suara dan aku mendapatkan sosok HeeSun yang berlari ke arahku. HeeSun langsung memelukku, tapi aku tidak membalas pelukannya. Aku pun tidak melihat ke arahnya sedikit pun, karena aku mendapatkan sosok lain yang mengikuti HeeSun. Kini dia berdiri berhadapan denganku.

Annyeong, agasshi.”

Aku hanya mengangguk membalas sapaan lelaki di hadapanku ini. Kemudian, aku membelai rambut panjang HeeSun yang dibiarkan terurai ini. “Sun-ya, kau dari mana saja, eoh?”.

Eomma, tadi aku bermain dengan ahjussi baik ini.” HeeSun menjawab pertanyaanku seraya melepaskan pelukannya, kemudian berlari menuju lelaki yang ia panggil ‘ahjussi’ itu. Setelah itu, ia memeluk salah satu tangan lelaki itu.

Kedua mataku yang tadi sempat melirik ke arah HeeSun, kini kembali menatap ke arah lelaki yang sudah aku kenali tanpa perlu ia perkenalkan dirinya. Aku tentu mengenali lelaki di hadapanku ini. Seorang lelaki yang sudah lama tidak aku temui. Seorang lelaki yang sudah lama tidak aku dengar kabarnya. Seorang lelaki bermarga Kim. Seorang lelaki yang memiliki nama lengkap Kim HeeChul. Sosok HeeChul yang kini berdiri tepat di hadapanku.

Aku melirik ke arah HeeSun. Aku menyadari bahwa kedua matanya berkaca-kaca. Aku tersenyum pedih melihat ekspresi anak itu. Aku tau bahwa dia menyadari lelaki yang tadi dia panggil dengan sebutan ‘ahjussi’ itu adalah calon ‘appa’-nya yang dulu berjanji akan menggantikan sosok ‘appa’ kandungnya yang telah meninggal-Kyuhyun. Namun, kini gelar ‘appa’ itu harus diatas namakan HanGeng.

‘I know, if he is Kim HeeChul, nae appa’. Itulah kalimat yang aku baca dari bibir HeeSun yang bergerak tanpa suara.

Joneun Kim HeeChul imnida. Tadi aku melihat HeeSun sendirian dan aku memutuskan untuk menemaninya. Tenang saja, aku orang baik.” Aku mendengar suara itu memperkenal dirinya yang membuat aku atau pun HeeSun menengok ke arahnya.

Aku mengganggukan kepalaku. “Ne, gamsahamnida, HeeChul-sshi. Joneun HeeYun imnida.”

A, ne, apa kau membawa mobil?” tanya HeeChul yang aku jawab dengan anggukan.

“Akh, padahal tadi aku ingin mengajak kalian makan bersama. Kebetulan hari ini aku tidak ada kerjaan di kantor. Dan, bukankah hari ini HeeSun ulang tahun? Tadi, HeeSun memberitahuku. Hitung-hitung aku ingin merayakannya, aku sudah merasa sangat akrab dengan HeeSun.” Aku hanya dapat tersenyum aneh mendengar penjelasannya itu.

Jeosonghamnida, aku dan HeeSun ada acara sendiri” ujarku menolaknya dengan halus.

Gwaenchanayo.”

HeeChul menengok ke arah HeeSun. Tangan nakalnya itu mengacak-acak kecil rambut HeeSun itu dengan penuh kasih. Kemudian, ia mengubah posisi berdiri HeeSun, agar berdiri menghadapnya. Lalu, ia berjongkok di hadapan anakku itu. Aku melihatnya tersenyum lebar nan manis itu. Sebuah senyum penuh kasih sayang itu ia tunjukan seraya bersuara. “HeeSun-ah, saengil chukkaeyo.” Aku tersenyum sipul mendengarnya memberi selamat kepada HeeSun. Lalu, aku melihat HeeSun tersenyum lebar kepada HeeChul yang membuat senyum lelaki itu semakin lebar. “Nanti kalau kita bertemu lagi, ahjussi janji akan mengajakmu makan bersama, lalu ahjussi akan membelikan semua yang kau mau. Arraseo?”. Aku melihat kedua mata HeeSun berbinar mendengar janji HeeChul itu. Lalu, anak itu mengangguk penuh semangat.

Beberapa menit kemudian, aku dan HeeSun pun sudah berada di dalam mobilku yang sudah aku lajukan menuju apartment-ku. Suasana di antara aku dan HeeSun sangat sunyi, tidak ada yang berbicara sama sekali. Dan, hal itu membuatku melirik ke arah HeeSun. Aku tersenyum pedih melihatnya menangis dalam diam, tanpa isak tangis. Melihat mutiara lembutnya itu membuatku melajukan mobil ini menuju bukit yang jauh dari keramaian kota. Aku memberhentikan mobil ini dan menarik tubuh anak ini ke dalam pelukanku.

EoEomEommama”.

HeeSun menumpahkan semuanya. Kini isak tangisnya itu mulai terdengar dan airmatanya pun semakin membasahi baju yang aku pakai. Aku hanya diam menunggu airmatanya kering seraya mengusap-usap punggungnya dan membelai lembut rambut panjangnya itu.

Tiga menit kemudian, HeeSun menarik dirinya dari dalam pelukanku. Aku duduk menghadapnya, begitu juga dengan HeeSun.

“Dia benar-benar appa, eomma?”.

Aku menggangguk mendengar suaranya yang bergetar itu. “Ne, dia Kim HeeChul. Dialah namja yang semulanya akan menggantikan appa kandungmu, Kyuhyun oppa.”

“Kenapa eomma tidak memberitahukan yang sebenarnya kepada appa? Kenapa eomma tidak menangis?” tanya HeeSun yang entah untuk ke berapa kalinya.

Eomma sudah mengatakannya berkali-kali, Sun-ya” jawabku. “Eomma terlalu mencintai HeeChul oppa, eomma ingin HeeChul oppa bahagia. Eomma ingin oppa mendapatkan yang lebih baik dari eomma. Sudah cukup eomma merepotkan HanGeng oppa dan RiHyun eonni. Eomma tidak ingin merepotkan HeeChul oppa.”

“Kenapa eomma tidak menangis?” tanya HeeSun. Ia melontarkan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh RiHyun dan HanGeng saat mereka melihat aku tidak menangis sama sekali saat mengetahui bahwa HeeChul telah melupakanku.

I’m not cry, ‘cause too sad. Sudah banyak yang eomma alami selama ini, dan semuanya adalah pengalaman yang pahit. Ini adalah pengalaman yang paling menyedihkan. Itulah alasan eomma tidak menangis, I’m not cry, ‘cause too sad. Saengil chukkae hamnida, Cho HeeSun.”

The End…