Senin, 20 Agustus 2012

Destiny Of My Love

Title : Destiny Of My Love
Genre : Friendship, Sad, Happy
Main Cast : Sung SaengNeul (OC), YoungSaeng SS501, ZhouMi, Kim JongWoon(YeSung), Kim KiBum(Key) SHINee, Lee TaeMin SHINee
Support Cast : Tan HanGeng, Mimi (OC)
Author : RistaMania
Length : OneShot (6.548 words)
Rating : PG-15 (?)
Disclaimer : All casts in this ff are belong to God, but this story (ff) is mine

----

Author POV

Matahari bersinar terang ditemani angin yang sedikit demi sedikit datang dan awan yang tidak terlalu memenuhi lautan biru, membuat siang itu benar-benar panas. Panas yang menyengat kulit. Panas yang dirasakan ZhouMi dan Sung SaengNeul itu tidak mereka gubris, mereka terus bermain basket. Membiarkan pakaian mereka yang melengket di tubuh mereka yang lengket akibat keringat mengucur. Membiarkan tubuh mereka yang entah sudah berapa kali terjatuh.

“SaengNeul.” Sebuah teriakan terdengar tepat saat bola yang dilempar SaengNeul masuk ke dalam ring.

Sontak permainan SaengNeul dan ZhouMi pun terhenti. Mereka berdua menengok ke sumber suara. Senyum sipul terpampang di wajah Sang Neul saat melihat siapa yang memanggilnya. Tapi, tidak dengan ZhouMi. Namja China itu mendengus kesal melihat siapa yang memanggil Sang Neul.

“Hay,” SaengNeul melambai sebentar kepada orang itu. Lalu, ia menengok ke arah ZhouMi.

ZhouMi yang sadar dipandang oleh SaengNeul pun juga menengok ke arah yeoja itu. “Mwo?”.

“Sampai sini saja ya.” ZhouMi mendengus kesal mendengar ucapan SaengNeul itu. Ia pun memalingkan wajahnya, berdiri berkacak pinggang, berakhir dengan merutuki orang yang mengganggu kebersamaannya dengan SaengNeul.

“Hey, waeyo?”. SaengNeul berjalan mendekati ZhouMi. Ia memeluk salah satu tangan ZhouMi, mendekatkan tubuhnya dengan tubuh ZhouMi yang basah seperti tubuhnya.

“Pergilah, kalau ingin pergi!”. ZhouMi bersuara tanpa melihat ke arah SaengNeul. “Pergilah, besok kita main lagi” ulang ZhouMi yang kali ini seraya melirik SaengNeul.

Arraseo”.

“Sudah sana!”. Kali ini salah satu tangan nakal ZhouMi beraksi, ia mengacak-acak kecil rambut SaengNeul yang dikuncir kuda rapih.

SaengNeul pun berlari mengambil tasnya yang diletakan di pinggir lapangan. Lalu, berlari ke arah orang yang tadi memanggilnya, tanpa menengok ke arah ZhouMi sedikit pun. SaengNeul pergi meninggalkan ZhouMi yang berdiri sendirian. Bola basket yang sedari tadi sudah berada di salah satu tangannya, ia lempar sembarangan.

“Terus saja seperti ini, kapan aku bisa mendapatkannya? Selalu saja ada yang mengganggu” rutuk ZhouMi tanpa sadar.

“Akh, SIALAN!!!”. ZhouMi berteriak sekencang mungkin sambil mengacak-acak rambutnya.

----

SaengNeul POV

Aku keluar dari kamar mandi. Aku benarkan posisi tas lempangku sambil terus berjalan menuju ke suatu tempat.

Mianhe, menunggu lama” ucapku saat aku sudah berada tepat di dekat namja bernama Key ini.

“Kau ganti baju atau mandi, eoh? Lama sekali!” ucapnya langsung. Aku pun mengerucutkan bibirku mendengarkan ucapannya itu. Padahal, tadi aku berusaha secepat mungkin mengganti pakaian, tapi justru dicerca seperti ini.

“Haha, kau jadi semakin imut tau” ucapnya dengan asyiknya mengacak-acak rambutku yang telah aku rapihkan.

“HYA, KEY…”. Aku berteriak sambil menjauhkan kepalaku dari Key. “Rambutku jadi acak-acakan lagi.”

“Haha, mianhe”, Key tersenyum menatapku. “Don't angry, baby”.

Jujur saja aku tidak tega, jika harus marah kepadanya. Apalagi kalau dia sudah tersenyum seperti ini. Aku pun menghela napasku dan mengangguk pelan. Lalu, aku berdiri di dekatnya lagi dan memeluk salah satu tangannya.

“Kita mau kemana?” tanyaku. Dialah yang mengajakku jalan-jalan. Jadi jangan salahkan aku, jika aku punya tempat tujuan. Dan, aku pun tidak suka jalan-jalan, tapi berhubung sahabat lamaku yang baru saja pulang dari Inggris yang mengajak, tentu saja aku menerima ajakannya.

“Selalu saja seperti ini. Sifatmu tidak pernah berubah, SaengNeul” ujarnya.

“Hehe.” Aku hanya dapat cengengesan mendengar ujarannya barusan. Dia memang sudah tidak asing dengan sifatku ini.

Aku dan Key pun berjalan-jalan mengeliling mall ini. Saat melewati sebuah toko, aku melihat barang yang menarik perhatianku. Sontak aku berhenti berjalan, tentu saja Key yang tangannya aku peluk pun ikut berhenti. Teringat sesuatu aku pun langsung tersenyum.

“Kita ke sini bentar ya” ucapku.

Tanpa menunggu jawaban dari Key, aku langsung menariknya masuk ke dalam toko itu. Langsung saja aku mengambil barang yang menarik perhatianku itu. Aku langsung memakainya di kepalaku. Memang sebuah topilah yang menarik perhatianku. Aku melihat bayanganku di depan cemin besar yang ada disini.

'Lumayan' batinku yang asyik sendiri dengan pikiranku.

“Topi itu cocok untukmu. Sangat cocok” ucap Key.

Aku sedikit kaget dengan ucapannya dan langsung menengok ke arahnya. Aku tersenyum melihatnya yang serius menilai penampilanku memakai topi ini. Aku langsung melepas topi ini dan menatap topi ini senang seraya menggeleng-gelengkan kepalaku pelan.

Waeyo? Aku benar, topi itu sangat cocok untukmu. Penilaianku tidak pernah salah. Jadi jangan khawatir” jelasnya langsung.

Aku sedikit terkekeh mendengar penjelasannya. Wajar kalau dia seperti itu. Dia masuk ke sekolah fashion di Inggris, dan menjadi murid yang lulus dengan nilai tertinggi. Aku tau telah terjadi kesalahpahaman.

“Ini bukan untukku, Key” jawabku sambil berjalan menuju kasir dan membayarnya. Aku meminta untuk dibungkus dengan kertas kado. Setelah selesai membayar, aku berjalan mendekati Key yang masih terpaku ditempatnya sambil melihatku bingung. Aku tau dia butuh penjelasanku sekarang.

“Ini untuk seseorang” jawabku sambil memeluk tas belanjaanku senang. “Aku membelinya, karena aku pikir dia lebih cakep, jika memakai topi, Key. Itu asli penilaianku, bukan penilaian orang lain. Aku tau kalau aku ini buta fashion, tapi kali ini benar, dia benar-benar cakep, jika memakai topi”.

“Hah.” Aku mendengar Key menghela napasnya berat. Helaan napasnya yang berat dan tiba-tiba itu membuat sebuah pertanyaan muncul di pikiranku. ‘Hey, ada apa dengannya?’.

Nugu? Namja ttoneun yeoja?” tanya Key menatapku lekat-lekat.

Aku tersenyum malu mendengar jawabannya. Aku memalingkan wajahku dan lebih mengeratkan pelukanku terhadap tas belanjaanku. “Namja”.

Do you love him?”. Key kembali bertanya dan pertanyaannya itu membuatku semakin malu. “Nugu?”.

I’m sorry, Key.” Kini aku beranikan untuk menatapnya yang masih menatapku lekat. Aku tersenyum malu. “It’s secret”.

For best friend too?” tanya Key lagi yang entah kenapa aku mendengar sebuah nada kekecewaan.

Aku mengangguk mantap. “Yes, it’s secret for best friend too. So, I’m sorry, Key”.

No problem”, aku lihat Key berjalan keluar dari toko. Aku pun tercenga dengan sikapnya itu. Mau tidak mau aku pun bertanya-tanya dalam benakku. ‘Ada apa dengan Key? Kenapa dia seperti itu? Apa ada yang denganku? Apa aku mengucapan sesuatu yang salah?’. Aku pun langsung berlari mengejarnya. Dan, meraih salah satu tangannya, membuatnya berhenti melangkah.

Mianhe, Key-ah. Jeongmal mianhe” ucapku. Aku tidak mau, jika Key marah denganku. Aku tidak mau ada jarak di antara kita berdua. Dia adalah sahabatku sejak kecil. Meski, sejak SMP dia pindah ke Inggris, aku tetap menganggapnya sahabat, sampai sekarang. Key menatapku lekat-lekat. Dia menatapku dengan tatapan yang jujur saja sulit untuk aku artikan. Aku benar-benar tidak mengerti. Dan, sekali lagi, aku bertanya sendiri di benakku. ‘Ada apa dengan Key sebenarnya? Ada apa dengannya?’.

“Ini benar-benar rahasia” jelasku dengan wajah yang aku tundukan. Aku sama sekali tidak mempunyai keberanian untuk melihatnya yang menatapku aneh ini. “Tidak ada yang tau sama sekali. Eomma dan appa pun sama sekali tidak tau. Aku benar-benar merahasiakannya. Aku tidak mau ada yang tau”.

Aku merasakan sebuah tangan menepuk kepalaku sekali, dan mulai mengacak-acak rambutku pelan. Aku angkat wajahku, melihat Key mengacak-acak rambutku. Dia tersenyum sipul.

Gwenchana” jawab Key. “Lebih baik kau rahasiakan, daripada aku mengetahuinya dan sesuatu terjadi denganku”.

Meski tidak mengerti sama sekali aku mengangguk. Aku tidak mau memikirkannya, asalkan aku dan Key tetap bersahabat seperti biasanya.

----

Author POV

Kini SaengNeul berjalan dengan santai di koridor sekolahnya ditemani dengan earphone yang mengalunkan lagu-lagu kesukaannya. Tangannya sibuk mengotak-atik iPhone-nya. Hingga tiba-tiba seseorang merebut earphone yang terpasang di kedua kuping SaengNeul dan iPhone dari tangannya, membuat SaengNeul kaget dan melihat ke samping. Seorang namja yang memakai seragam sama dengannya dan sebuah jaket hitam yang tersampir di pundaknya, bertubuh tinggi, berambut hitam legam yang hampir menyentuh pundaknya, sedang memegang earphone dan iPhone-nya.

“HYA, YESUNG OPPA!!!” teriak SaengNeul yang membuat namja bernama YeSung itu menutup kedua kupingnya.

“Kau teriak berapa oktaf, eoh?” ujar YeSung. “Suaramu itu tidak ada merdu-merdunya, SaengNeul. Suaramu sangat cempreng. Kau perlu tau itu, Sung SaengNeul.”

“AKH, OPPA, CEPAT KEMBALIKAN!!!” ujar SaengNeul mengejar YeSung yang telah berlari menjauhinya.

“Kejar aku kalau bisa” teriak YeSung.

Mereka berdua terus berlari, hingga mereka sampai di atap gedung sekolah. Sesampainya di dekat pagar, YeSung berhenti berlari. Ia tersenyum lembut melihat ke bawah gedung.

“HYA, OPPA, KEMBALIKAN!”. Terdengar teriakan SaengNeul dari belakang tubuh YeSung.

YeSung pun membalikan badannya. Ia tersenyum melihat SaengNeul yang berdiri tidak jauh darinya, dan sedang sibuk mengatur napasnya. Dan, YeSung pun tengah melakukan hal yang sama. YeSung tidak memberikan jawaban apa-apa. Justru, namja bermata sipit itu duduk dan menaruh earphone serta iPhone SaengNeul di samping. Kemudian, ia mengajak SaengNeul untuk dudup bersamanya. SaengNeul tidak menolaknya, segera ia berjalan mendekati namja itu dan duduk di sampingnya.

“Ini.” YeSung memberikan earphone dan iPhone SaengNeul kepada pemiliknya. “Kenapa kau mendengarkan suara orang lain? Sementara aku mempunyai suara yang lebih bagus dari mereka, aku bisa bernyanyi untukmu. Menyajikanmu sebuah lagu live. Kapan saja”.

SaengNeul mengeryitkan keningnya. Dia tidak terlalu mengerti dengan ucapan YeSung barusan. Namun, sedetik kemudian dia tersenyum sipul.

“Kau jangan terlalu percaya diri, oppa.” SaengNeul bersuara dengan santainya tanpa mempedulikan YeSung yang langsung menoleh ke arahnya saat ia bersuara. “Memang benar oppa memiliki suara yang sangat bagus. Bahkan, lebih bagus dari penyanyi yang lagunya aku simpan.” SaengNeul tersenyum seraya menoleh ke arah YeSung. “Tapi, tidak mungkin oppa terus bernyanyi saat aku tidur. Jujur, saat aku ingin tidur atau pun sudah tertidur, aku terus mendengarkan lagu.”

YeSung tersenyum lembut mendengarkannya. “Aku tidak peduli. Yang penting itu semua aku lakukan untukmu”.

SaengNeul menggelengkan kepalanya pelan. “Tapi, aku tidak mau oppa melakukan itu untukku. Karena, aku bukan siapa-siapa oppa. Oppa hanya seonbae-ku saja. Aku tidak mau oppa kehilangan suara emas oppa hanya karena keegoisanku, oppa. Karena, kita hanya sebatas oppa dan dongsaeng saja. Tidak lebih dari itu.”

YeSung seperti mendengar sebuah petir besar menyambar di dekatnya. Dia kaget mendengar penjelasan SaengNeul barusan. Penjelasan yang diutarakan dengan suara pelan, namun terdengar memekakan kedua telinganya dan menyayat hatinya.

Tiba-tiba saja YeSung memegang kedua tangan SaengNeul, membuat iPhone yang tengah SaengNeul pegang jatuh ke pangkuannya. SaengNeul terkejut dengan sikap YeSung yang tiba-tiba itu. “Kenapa kau hanya memikirkan kita sebatas oppa dan dongsaeng saja?”. YeSung bersuara dengan tetap memegang memegang kedua tangan SaengNeul dengan erat dan kencang, seakan tidak ingin yeoja itu pergi dari sisinya. “Aku ingin lebih dari itu. Aku benar-benar ingin lebih dari itu”.

SaengNeul yang mendengar semua ucapan YeSung barusan pun langsung berdigik ngeri. Baru kali ini dia mendengar YeSung berkata kepadanya dengan nada seperti itu. Sebuah nada dingin yang mengerikan. “Oppa, lepaskan tanganku!”. Baik SaengNeul atau pun YeSung, mereka dapat mendengar rintihan SaengNeul. Namun, YeSung tidak mengubrisnya. Dan, itu membuat SaengNeul harus bersabar dengan rasa sakit dari genggaman tangan YeSung itu. “Sakit oppa”.

“SaengNeul, saranghaeyo. Jebbal, jeongmal saranghaeyo.” Kata-kata cinta itu terlontar dari mulut YeSung. Sebuah kata cinta yang selama ini ia pendam akhirnya tersampaikan, meski seraya menyakiti yeoja yang ia cintai.

SaengNeul yang mendengarnya terkejut, karena tidak menyangka bahwa kata cinta itu akan terucap oleh YeSung untuknya. Selama ini ia hanya menganggap kedekatannya dengan YeSung itu hanya sebatas oppa dan dongsaeng. Tidak lebih dari itu. Dan, tidak akan pernah lebih.

Oppa, aku mohon lepaskan tanganku! Aku sama sekali tidak mencintai oppa. Aku hanya sayang terhadap oppa, dan itu hanya sebatas perasaan sayang dongsaeng terhadap oppa-nya. Tidak lebih dari itu. Dan, aku sama sekali tidak pernah berharap untuk lebih dari itu, oppa.” SaengNeul bersuara berusaha menjelaskan kepada namja yang masih menggenggam tangannya ini.

SaengNeul menjadi ketakutan dengan sikap YeSung ini. Ia tau jika YeSung sudah mencintai seorang yeoja, ia benar-benar harus mendapatkannya. Tidak boleh ada kata ‘tidak’. Dan, sifat YeSung yang keras kepala itu semakin membuat SaengNeul ketakutan. Ditamba, kini YeSung memegang kedua tangannya dengan sangat amat erat. Membuat SaengNeul benar-benar berdigik ngeri.

“Tapi, aku menginginkanmu, SaengNeul. Aku sangat menginginkanmu, Sung SaengNeul.” Kini suara YeSung menjadi semakin keras. Dan, jangan salahkan SaengNeul, jika yeoja itu menganggap itu sebuah bentakan.

“Akh, oppa, lepaskan!”

PLAK

Setelah berhasil melepaskan diri, SaengNeul langsung menampar YeSung saat namja itu nekat menciumnya. Lalu, SaengNeul pun segera berdiri menjauhi YeSung.

“Apa-apaan oppa ini” ujar SaengNeul. “Aku sudah bilang bahwa aku hanya menganggap kau sebagai oppa aku. Tidak lebih. Dan, tidak akan pernah lebih. Aku juga tidak pernah berharap lebih, karena akan lebih nyaman, jika kau hanya menjadi oppa-ku. Bukan menjadi namjachingu-ku, oppa.”

“Tapi, aku mencintaimu, SaengNeul. Jebbal. Jeongmal saranghaeyo. Aku hanya memintamu untuk mencintaiku, SaengNeul. Hanya itu.”

“Tapi, aku benar-benar tidak bisa mencintaimu, oppa. Jebbal, aku sama sekali tidak bisa mencintaimu.” Kini SaengNeul ikut-ikutan berteriak, sama seperti YeSung.

“Waeyo? Waeyo?”.

“Karena,” suara SaengNeul melemah. Ia menundukan kepalanya. Ia melihat ke arah cincin yang terpasang di jari kelingking kirinya itu. Terpasang cantik. “Karena, aku sudah ada yang punya”. SaengNeul mengucapkannya dengan mantap. Yeoja itu mengangkat kepalanya, menatap namja bermata sipit itu lekat-lekat, berusaha meyakinkan bahwa apa yang ia katakan barusan adalah sebuah kenyataan yang harus diterima.

Nugu?”. Kini suara YeSung ikut-ikutan melemah, sama seperti SaengNeul. “Jangan bilang kalau itu adalah ZhouMi.”

SaengNeul terkejut mendengar ucapan YeSung, tepatnya kalimat terakhir YeSung. Dia tidak menyangka bahwa ZhouMi-lah yang terpikirkan oleh YeSung. Belum sempat kekagetan SaengNeul hilang, seseorang telah merangkulnya terlebih dahulu. SaengNeul terkejut, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Orang itu menarik tubuhnya, agar lebih mendekat. SaengNeul tidak ingin melihat siapa orang itu. Ia hanya berharap orang itu adalah orang yang ia harapkan.

“Kalau itu memang aku kenapa? Mau protes!”.

Sayang termakan sayang, harapan SaengNeul tidak terwujud. Bukan orang yang ia inginkan yang datang, melainkan sahabat sejatinyalah yang datang. SaengNeul menengok untuk memastikannya. Dan, itu memang benar. Sahabat sejatinya yang datang. Seorang namja China yang biasa dipanggil ZhouMi-lah yang merangkulnya.

“SaengNeul memang milikku. Kau tidak bisa protes sekali pun, YeSung” ujar ZhouMi tajam.

“Hehe.” YeSung terkekeh mendengar ujaran ZhouMi barusan. “Kenapa sepertinya aku tidak dapat percaya dengan klaimanmu itu, ZhouMi? Aku merasa SaengNeul itu bukan milikmu. Dia benar-benar bukan milikmu, eoh?”. SaengNeul hanya dapat terdiam mendengar YeSung yang terus bersuara itu. Suaranya itu terdengar mengancam dan dingin. “Kau sama sekali tidak bisa membohongiku, ZhouMi.”

“Itu hanya perasaanmu saja. SaengNeul benar-benar milikku” ucap ZhouMi cepat.

Entah karena apa, tubuh SaengNeul menjadi semakin lemah. ZhouMi menyadari itu, ia pun segera mempererat rangkulannya, berusaha membuat SaengNeul, agar tidak ambruk sekarang.

Arraseo, akan aku ikuti permainanmu.” YeSung berdiri dari tempat duduknya. Ia berjalan menuju pintu ke bawah. Sesampainya di ambang pintu itu, ia melirik ke arah SaengNeul dan ZhouMi yang berdiri menghadapnya. “Tapi, jangan berharap kau akan baik-baik saja, jika aku mengetahui kenyataannya, ZhouMi.”

YeSung langsung pergi begitu saja tanpa menoleh ke belakang sedikit pun. Baik ZhouMi atau pun SaengNeul, mereka sama-sama mensyukuri hal itu, karena SaengNel langsung pingsan, setelah mendengar ancaman YeSung untuk ZhouMi itu. Satu hal yang SaengNeul lakukan, sebelum yeoja itu benar-benar pingsan adalah menyebutkan sebuah nama. ‘YoungSaeng’.

----

SaengNeul POV

Aku tidak dapat membuka kedua mataku. Mataku terasa sangat berat. Tapi, aku mendengar sebuah suara yang benar-benar ingin aku dengar. Sebuah suara seseorang yang telah membuatku menutup hatiku untuk orang lain. Aku paksakan mataku untuk terbuka, berusaha mengalahkan rasa berat ini.

KLEK

Tepat saat aku dapat membuka kedua mataku. Aku mendengar sebuah pintu tertutup. Aku bangun untuk duduk. Rasa pusing langsung menyerang kepalaku, aku pun langsung bersandar dikepala tempat tidur. Perlahan, aku melihat keadaan sekelilingku. Ini bukan kamarku, kamarku tidak berwarna putih dan tidak sesederhana ini. Aku pastikan bahwa diriku berada di rumah sakit. Mengingat sesuatu, aku langsung menengok ke arah pintu yang tertutup rapat.

“Hah.” Aku menghela napasku berat. Terlambat. Orang itu selalu datang di saat aku tidak menyadari keberadaannya, orang itu tidak pernah datang saat aku ingin menyadari keberadaannya. Fakta itu membuatku menggerutu tanpa sadar.

KLEK

Aku langsung menengok ke arah pintu saat mendengar pintu terbuka, berharap orang yang tengah aku gerutukan membuka pintu itu. Namun, sekali lagi, harapanku tidak terkabul. Orang yang membuka pintu itu adalah eomma. Beliau berjalan mendekatiku dengan serangkai bunga mawar putih di tangannya. Rangkaian bunga yang sangat cantik.

“Kau sudah siuman?” tanya Eomma tepat saat beliau sudah duduk disampingku. Aku mengangguk menjawabnya

“Kau ini benar-benar merepotkan ZhouMi. Asal kau tau, ZhouMi sangat panik saat kau tiba-tiba pingsan. Ternyata, anemiamu kambuh. ZhouMi sudah ketakutan setengah mati. Kau perlu tau itu, Sung SaengNeul” oceh beliau yang membuatku merasa malas seketika. Rasa kantuk pun seketika merasuki jiwaku. Namun, aku tidak dapat begitu saja tidur. Karena, ada dua alasan yang mencegahnya. Pertama, itu tidak sopan. Kedua, aku tidak mau menutup kedua mataku, karena aku tidak mau kedua mataku ini tidak memperhatikan rangkaian bunga mawar putih yang indah itu. Sontak aku pun menunjuk ke arah rangkaian bunga itu.

Mworago?”.

“Itu buat siapa? Dan, dari siapa?” tanyaku melihat ke arah Eomma. Berharap-harap cemas jawaban eomma seperti apa yang aku inginkan. Terlihat senyum manis di wajah eomma. Dia memberikannya kepadaku. Aku pun menerimanya dengan kedua mata yang terus menatap eomma, meminta  dua buah nama darinya. Dalam hati, aku terus berdoa, agar kali ini harapanku terwujud.

“Ini dari YoungSaeng, untukmu”.

Kedua mataku melebar mendengar jawaban yang diberikan oleh beliau. Aku bersyukur dalam hati, karena kali ini harapanku terwujud. Aku langsung menghirup bunga mawar putih ini. Masih segar dan harum.

“Dia langsung pulang begitu saja.” Aku langsung melirik ke arah eomma yang langsung bersuara kembali.

“Kenapa tidak menungguku siuman?” tanyaku dingin sambil meletakan rangkaian bunga mawar putih itu dimeja. Seketika, aku langsung merasa malas dengan rangkai bunga itu. Dan, hasilnya pun aku langsung meletakannya di atas meja yang berada di dekatku.

“Tadinya eomma menawarkan begitu, tapi dia bilang.” Eomma memberikan jeda pada jawabannya, membuatku menebak-nebak kelanjutannya. “Ada urusan yang lebih penting daripada aku harus menunggu babo yeoja itu.” Aku mendengus kesal melihat eomma yang terlihat serius memperagakan YoungSaeng saat mengucapkan kalimat itu.

Jinja, dasar babo namja. Siapa juga yang berharap dia menungguku sampai siuman. Aku tidak sudi sama sekali, jika babo namja itulah yang aku lihat pertama kali ketika aku siuman. Dasar, babo namja.” Aku langsung mengumpat dan itu membuat eomma tertawa ringan.

Setelah menarik napas pelan, aku langsung menyandarkan badanku ke kepala kasur. Melipat kedua tanganku dan melihat keluar jendela yang terbuka. Aku sadar bahwa kini sebuah senyuman telah terbuat di bibirku. Entahlah, aku memang kesal mendengar jawabannya barusan dari eomma, tapi aku tidak dapat memungkiri bahwa ada rasa senang mendengar bahwa dia menjengukku, meski tidak sampai aku siuman.

----

TaeMin POV

“TaeMin-ah, waeyo?”, aku mendengar suara lembut itu memanggilku.

Aku sadar bahwa kini aku telah menjadi babo namja. Selalu seperti itu, jika berada di dekatnya. Aku mengangkat kepalaku, melihat wajah cantik itu, wajah cantik yang alami tanpa polesan make-up sedikit pun. ‘Ayolah, TaeMin, kau harus berani. Ayo, TaeMin!’. Aku menyemangati diriku sendiri. Aku kepalkan kedua tanganku, berusaha mengatasi kegugupan ini.

Noona punya acara saat istirahat pertama?” tanyaku berusaha menghilangkan nada gugup di dalam suaraku.

“Tidak ada.” SaengNeul menggelengkan kepalanya pelan. “Jadwalku hari ini kosong, tak terisi. Tapi, kalau untuk nanti malam aku tidak janji, aku ada urusan keluarga.”

“Hah.” Aku menghela napasku lega. ‘Meski begitu kau harus melakukannya tepat dengan waktu yang sudah kau rencanakan, TaeMin. Kau harus menjalankan rencanamu’ batinku. Aku tersenyum manis seperti biasanya. “Kalau begitu bisakah noona datang ke ruang latihanku tepat istirahat pertama?”.

“Bisa. Tunggu aku ya!” Jawaban yang diberikan oleh SaengNeul itu membuatku senang. “Kalau begitu sampai jumpa, aku harus ke kelas dulu. Good bye, TaeMin-ah.” Setelah mengucapkannya, SaengNeul langsung berlari menuju kelasnya tanpa menoleh ke arahku.

“Hah.” Sekali lagi, aku menghela napasku lega. Aku pun mengelus dadaku legas.

Tidak berapa lama kemudian, aku mendengar bel berbunyi. Bukannya berlari ke kelas, justru kakiku ini berlari ke ruang latihanku. Aku ingin membolos kali ini saja, lagi pula kalau aku ingat-ingat jam pertama sampai istirahat pertama setauku gurunya tidak ada. Jadi aku bisa santai. Sesampainya di ruang latihan, aku berdiri di tengah-tengah ruangan. Aku baringkan diriku untuk tertidur di lantai. Aku pejamkan kedua mataku, mengumpulkan segala tenagaku untuk nanti istirahat pertama.

Tidak terasa istirahat pertama sudah datang, dan aku sudah siap dengan segalanya. Tape recorder sudah siap ditempatnya dan aku pun sudah menganti seragamku dengan pakaian santai yang aku bawa. Dan, SaengNeul pun telah berdiri di depanku. Saat lagu Replay terdengar, aku pun langsung menari. Menari tanpa menatap kemana pun, kecuali menatap kedua matanya itu. Kedua mata yang sangat aku sukai. Menyimak lekuk wajah yang aku sukai. Memandang dirinya yang aku sukai. Memang aku sangat menyukai segalanya dari diri yeoja yang umurnya lebih tua dariku ini. Diri Sung SaengNeul. Dia sangat istimewa di mataku. Tanpa polesan make-up, hanya dengan penampilan tomboy-nya. Aku suka diri SaengNeul yang bebas, simple, apa adanya dan tidak mengada-ada. Tanpa terasa lagu telah berhenti. Dan, kini aku telah berlutut di hadapannya.

Sarangheyo, SaengNeul noona” ucapku cepat. Namun, aku tau SaengNeul dapat menyimaknya dengan baik, terlihat jelas dari ekspresinya yang kaget. Tapi, itu hanya sedetik. Setelah itu, dia berjalan mendekatiku. Dia memelukku yang masih berlutut.

Aku terkejut dengan responnya yang seperti itu, membuatku bertanya-tanya dalam benakku. ‘What happen?’.

Mianhe, TaeMin-ah. Noona hanya menganggapmu sebagai dongsaeng-ku. Tidak pernah lebih dari itu. Noona harap kamu bisa mengerti, TaeMin-ah.” Aku dapat dengan jelas mendengar bisikan SaengNeul itu.

Flat. Aku tidak merasa sakit hati sama sekali. Entahlah, aku bingung dengan perasaanku sekarang. Aku tau itu sebuah kalimat penolakan, tapi entah kenapa hatiku tidak sakit. Dan, hal itu pun membuatku langsung berpikir kembali. ‘Apa mungkin aku juga merasakan hal yang sama dengan SaengNeul noona? Hanya sebatas noona dan dongsaeng saja? Aku memang menyayanginya, namun hanya sebatas noona dan dongsaeng saja? Hanya akunya saja yang salah mengartikannya itu?’. Kemudian, sebuah senyum terbentuk di bibirku. ‘Ya, aku harap begitu.’

Ne, gwenchanayo, noona.” Aku membalas pelukan hangatnya itu. “Aku harap noona akan seperti kemarin-kemarin lagi. Aku tidak mau nantinya noona menjauhiku”.

Ne, noona janji.” Aku merasakan SaengNel melepaskan pelukannya ini. “Noona juga butuh dongsaeng yang bisa mengajarkan noona menari, hehe”.

Aku pun ikut tertawa bersama SaengNeul. Kini aku yakin bahwa peerasaanku kepada SaengNeul hanya sebatas dongsaeng kepada noona-nya. Tidak lebih. Aku hanya salah mengartikannya. Dan, mulai detik ini juga aku akan berusaha melindungi SaengNeul.

----

ZhouMi POV

ZhouMi-sshi, kau menderita leukimia stadium akhir. Saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, mungkin ada yang dapat saya perbuat namun itu hanya dapat memperpanjang hidupmu dan itu pun hanya beberapa bulan’.

Penjelasan dari dokter bernama HanGeng kemarin itu masih terdengar di kedua kupingku.

“Aku mengidap leukimia, stadium akhir, tidak ada waktu hidup lagi” gumamku tanpa sadar. Aku sangat terpuruk dengan kenyataan yang baru aku ketahui itu.

Tiba-tiba, aku merasakan pusing di kepalaku. Aku pun merasakan mulut terpenuhi sesuatu. Langsung saja, aku berlari ke toilet sekolah. Sesampainya di sana, aku langsung memuntahkan isi mulutku di wastafel putih ini. Aku menghela napasku pelan saat mengetahui apa cairan berbau anyir dan berwarna merah itu adalah darah. Aku bersyukur bahwa di dalam toilet ini hanya ada aku, jika ada orang pasti akan langsung heboh. Segera, aku memutar kran wastafel ini.

Tidak, aku tidak mau kemotrapi. Itu hanya akan memperpanjang umurku saja. Itu pun hanya beberapa bulan. Tidak ada kemungkinan aku dapat hidup tenang kembali. Aku sudah seperti telur di ujung tomba’ ucapku dalam benakku.

Tiba-tiba, pikiranku terpenuhi oleh sebuah nama yeoja. Sung SaengNeul. Memang aku mempunyai sebuah perasaan kepadanya. Namun, dulu aku salah mengartikannya. Dulu, aku menganggap perasaan itu adalah perasaan antara namja dan yeoja. Namun, ternyata, itu hanya sebatas persahabatan. Tidak lebih.

Jika dia tau, apa dia akan khawatir. Ya, tentu saja dia akan khawatir. She’s my best friend. Jadi, aku jangan pernah memberitahukan ini kepadanya. Aku tentu tidak kuat melihat airmatanya itu. Mutiara halus yang keluar, menghiasi wajah cantiknya. Aku tidak kuat melihatnya’ batinku. Aku pun mengambil keputusan untuk tidak memberitahukan penyakit ini kepada SaengNeul, sekali pun dia memaksaku.

----

Author POV

SaengNeul terlihat sibuk merapihkan buku-bukunya dan memasukannya kedalam tasnya. Tapi, tiba-tiba ada telepon masuk. Saat melihat nama yang terpampang, dia terlihat sangat senang. Tanpa pikir panjang dia langsung mengangkatnya.

Yeoboseyo?”.

“SaengNeul, kau sedang dimana? Aku sudah ada di depan sekolahmu, nih.” Orang di sebrang sana langsung berbicara begitu saja.

“Hah, di depan sekolahku? Kau mau melakukan apa babo namja? Untuk apa kau berada di sana, hah, YoungSaeng?” ucap SaengNeul.

Memang benar bahwa SaengNeul senang mengetahui YoungSaeng berada di depan sekolahnya, tetapi SaengNeul merasa lebih nyaman, jika mereka berdua saling mengejek.

“Yack, babo yeoja, aku datang baik-baik, ya. Dan, kau perlu tau ini hanya sebatas, karena perjodohan kita saja” jawab YoungSaeng yang tanpa ia ketahui terdengar seperti sebuah petir besar di kedua kuping SaengNeul. Tubuh yeoja itu terasa sedikit lebih lemas dari biasanya. “And, ‘cause I care about you. Palli. Cepatlah, datang, babo yeoja. Aku menggumu.” Kali ini suara YoungSaeng sangat lembut. Dan, itu dapat membuat SaengNeul senang. Tubuhnya pun sama sekali tidak lagi melemas. Kini tubuhnya lebih segar dari biasanya.

KLIK

Tanpa memberikan kesempatan untuk SaengNeul berbicara, namja itu langsung memutuskannya. Membuat SaengNeul langsung memeriksa hadiahnya masih tersimpan rapih didalam tasnya dan berlari keluar dari kelas menuju depan sekolah. Seang Neul benar-benar seperti mendapatkan tiket masuk surga, dia terlihat senang sekali berlari. Bahkan, saking senangnya dia tidak menyadari bahwa YeSung dan Key yang sempat berpapasan dengannya itu memanggilnya. Tapi, mereka berdua sama-sama tidak digubris oleh SaengNeul. Dan, membuat dua orang itu penasaran dan memutuskan untuk mengikuti SaengNeul.

“Hah-hah.”Sesampainya, di depan YoungSaeng, SaengNeul menarik napasnya yang benar-benar acak-acakan.

Annyeong haseyo, YoungSaeng.” SaengNeul tersenyum memanggil YoungSaeng yang berdiri santai didepannya.

“Lama sekali kau, babo yeoja” ujar YoungSaeng.

“Yack, kau ini, aku ini sudah berlari dari kelasku hingga ke sini. Hargailah sedikit pengorbananku. Kau perlu tau bahwa jarak dari kelasku ke sini itu tidak dekat” ujar SaengNeul yang marah, karena pengorbanannya itu tidak dihargai sama sekali.

Tiba-tiba tangan kanan YoungSaeng mengulurkan satu botol air dingin kepada SaengNeul. SaengNeul sedikit kaget dan melihat wajah tampan YoungSaeng. “Minumlah, kau pasti capai, karena berlari.” YoungSaeng bersuara dengan lembut.

Gomawo.” SaengNeul menerimanya. YoungSaeng mengangguk sopan. Tanpa menunggu lagi, SaengNeul langsung menghabiskan air dingin itu tanpa tersisa satu tetes pun. “Mworago?”. Setelah selesai minum SaengNeul merasa aneh, karena sedaritadi YoungSaeng menatapnya terus. Ia langsung membuang sembarangan botol itu. YoungSaeng menggaruk-garuk kepala belakangnya yang sama sekali tidak gatal itu.

A, ne.” SaengNeul mengeluarkan sebuah tas kado dari dalam tasnya. Dia menyerahkan itu kepada YoungSaeng. “Untukmu. Terimalah”. YoungSaeng menerimanya dan langsung membukanya. Terlihat sebuah topi berwarna krem-topi yang dibeli SaengNeul bersama Key tempo hari. YoungSaeng langsung memakainya.

“Kau suka?” tanya SaengNeul yang terlihat senang sekali melihat YoungSaeng memakai topi yang diberikannya itu.

Ne, I like it. Gomawo” jawab YoungSaeng. “Bagaimana penampilanku?”. Wajah SaengNeul langsung memerah saat YoungSaeng menanyakan itu. Dia langsung memalingkan wajahnya. Sama sekali tidak berani menatap YoungSaeng.

“Hey, lihat aku!”. YoungSaeng memegang salah satu pipi SaengNeul. Dan, memaksa SaengNeul untuk melihatnya. SaengNeul seperti tidak dapat bernafas melihat YoungSaeng. “Please, answer my question!”. SaengNeul berusaha menguasai nafasnya dan kerja otaknya. Dia biarkan jatungnya yang terus berdetak cepat, tidak mau berusaha untuk mengendalikannya.

“Neomu ippun.” SaengNeul menjawabnya malu-malu. YoungSaeng pun tersenyum senang mendengar jawaban malu-malu SaengNeul itu. Dia mengangkat dagu SaengNeul.

Saranghaeyo, Sung SaengNeul.” Akhirnya, YoungSaeng dapat mengungkapkan perasaannya kepada SaengNeul. Memang mereka dijodohkan, namun itu bukanlah sebuah paksaan. Kedua orang tua mereka tidak memaksa sama sekali. Dan, baik SaengNeul atau pun YoungSaeng, mereka berdua tidak memberikan penolakan atau pun mengiyakannya. Mereka tidak pernah berani memberikan jawaban pasti. Dan, mereka pun tidak pernah berani mengakui perasaan mereka masing-masing.

 “Nadoo saranghaeyo, YoungSaeng” ucap SaengNeul pelan.

Entah siapa yang memulai, wajah mereka berdua mulai mendekat. Dan, pada akhirnya mereka berdua pun berciuman. Menyetujui tanpa omongan dan menerima keputusan orang tua mereka bahwa kini mereka benar-benar bertunangan. Secara fisik atau pun hati.

Tapi, tanpa mereka berdua ketahui-YoungSaeng+SaengNeul-Key dan YeSung sedari tadi memerhatikan mereka berdua diam-diam. Dan, tanpa SaengNeul sadari bahwa tindakannya ini akan membawa rasa pahit di hidupnya.

----

YeSung POV

Kini aku dan Key sedang berdiri di lapangan basket, di mana di depan kami sudah ada ZhouMi dan TaeMin yang siap dengan pakaian santai mereka masing-masing, sama seperti kami berdua. Aku menantang ZhouMi, karena ZhouMi telah membohongiku. Key pun yang mempunyai rasa yang sama denganku kepada SaengNeul pun dengan senang hati membantuku. Sementara TaeMin, bocah itu dengan senang hati membantu ZhouMi.

“Maaf saja, jika kau kalah, KAPTEN BASKET” ucapku seraya menekan dua kata terakhirku.

“ZhouMi hyung, tidak akan kalah dari kalian berdua” bela TaeMin, sementara ZhouMi hanya diam dan menatapku tajam. Entahlah aku merasa bahwa keadaan ZhouMi sedang tidak sehat, tapi aku tidak mempedulikan itu. Maaf saja.

“O, ya? Apa itu benar, bocah ingusan?” ujar Key tajam.

TaeMin hanya diam dan menatap Key tajam. Aku tau meski TaeMin lebih muda dari aku, Key ataupun ZhouMi, kemampuannya dalam permainan basket hampir sebanding dengan kemampuannya menari. Menari dia sangat jago. Dan, aku akui kemampuannya bermain basket juga lumayan. Dan, aku akui juga lawanku kini memang tangguh. Seorang kapten basket dan ‘calon’ kapten basket. Tapi, kemampuan aku dan Key juga tidak kalah. Terlebih dulu aku adalah mantan kapten basket, namun karena aku malas latihan jadilah aku berhenti menjadi kapten basket. Dan, Key juga sedari kecil dia sering bermain basket dengan SaengNeul yang adalah kapten basket juga.

Pertandingan pun dimulai. Dan, aku akui bahwa permainan kami benar-benar kasar. Namun, itu tidak diketahui oleh wasit. Aku tau bahwa TaeMin mengetahuinya, tapi apa boleh buat dia sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa. Oleh sebab itu dia berusaha agar selalu dia yang memegang bola. Tapi, percuma saja, pasti nantinya TaeMin akan mengoper ke ZhouMi. Membuat aku dan Key dapat melukai ZhouMi.

----

ZhouMi POV

Berbagai dorongan, cakaran, pukulan, tendangan atau pun tonjokan aku rasakan saat permainan dimulai. Aku tau inilah ancaman YeSung. Memang aku akui aku telah membohonginya dan dia telah dapat membuktikan kebohonganku ini. Awalnya aku terima-terima saja, tapi makin lama emosiku juga terpancing. Dan, jangan salahkan aku, jika aku membalasnya. Tapi, apa boleh buat keadaanku yang sudah tidak sehat dan lawanku yang berjumlah dua orang, membuatku selalu kalah. Aku merasakan tubuhku benar-benar hancur akibat serangan dari YeSung dan Key yang sama sekali tidak diketahui wasit. Dan, yang paling menyiksaku adalah penyakit leukimiaku ini. Benar-benar menyiksaku.

Tanpa aku sadari permainan telah berakhir. Aku hanya dapat memasukan satu bola ke ring dan sisanya ada hasil TaeMin. Dan, skor hasilnya, aku dan TaeMin kalah telak dari YeSung dan Key. TaeMin langsung berlari menghampiriku dan membantuku untuk berdiri. Aku lihat YeSung dan Key tersenyum puas, mereka berjalan mendekatiku dan TaeMin.

“Heh, apa ini yang namanya kapten basket?”. YeSung bersuara dengan nada meremehkanku.

“Lebih baik kau berhenti menjadi kapten basket, sebelum mempermalukan dirimu sendiri, ZhouMi.” Key pun ikut-ikutan meremehkanku. Padahal, sebelumnya aku dan Key menjalin persahabatan, karena SaengNeul. Namun, karena SaengNeul juga hubungan kita berubah. Dan, pada akhirnya pun seperti ini.

“Uhuk…Uhuk…”.
Tiba-tiba, rasa sakit itu menyergap dan menguasai tubuhku. Aku langsung menutupi mulutku. Aku membukanya sedikit dan aku dapat melihat ada percikan darah di tangan kananku. Kepalaku terasa berat dan tubuhku terasa sangat lemas.

“Baru begitu saja sudah sakit. Kapten basket apaan, nih?” ujar Key.

“Ancamanku sudah selesai. Kau sekarang akan benar-benar mengenalku, ZhouMi” ujar YeSung. Aku mengerti ucapannya, tapi sayang aku tidak takut. Kini aku terlalu fokus untuk menahan sakit ini. Dan, tiba-tiba aku benar-benar tidak dapat menopang tubuhku.

BRUK

“ZHOUMI HYUNG”.

“HEY, KALIAN BERDUA JANGAN KABUR”.

Dua teriakan TaeMin-lah yang dapat aku dengar, sebelum duniaku berubah menjadi gelap gulita.

----

SaengNeul POV

Aku terus berlari menelusuri koridor rumah sakit ini. Aku mengangkat sedikit rok gaun yang aku kenakan ini, yang menghalangi langkah panjangku. Aku sadar bahwa YoungSaeng mengikutiku. Hatiku tidak menentu. Aku tau seharusnya aku senang sekarang, karena setelah lulus aku akan menikah dengan YoungSaeng. Tapi, tidak dapat aku pungkiri, kini hatiku benar-benar sakit. Aku terus menerus mengingat sms terakhir TaeMin kepadaku.

_TaeMin_ :

‘Noona, ZhouMi hyung dirawat dirumah sakit. Hyung benar-benar kritis, noona’.

Pesan singkat yang terdiri dari 11 kata itu benar-benar membuatku merasakan manis dan pahit bersamaan. Aku telah sampai di depan ruang ICU. Aku berdiri di depan TaeMin yang duduk menundukan kepalanya. Aku tau dia menyadari keberadaanku, aku ingin memanggilnya dan meminta penjelasaan. Tapi, apa boleh buat, napasku yang berantakan menahan semua keinginanku. Tanpa aku panggil, TaeMin telah mengangkat wajahnya terlebih dahulu. Dia bangkit dari tempat duduknya.

“Apa yang terjadi?” tanyaku dengan napas yang masih acak-acakan. Aku memperhatikan keadaan TaeMin sekarang ini. Entahlah, aku merasa sekarang dia sangat kecapekan. Tapi, ini tidak biasanya. Aku tau dia seorang penari professional, dia sangat jarang sekali merasa capek setelah latihan. Kecuali, jika dia bermain basket.

“ZhouMi hyung.” Mendengar TaeMin menyebut nama ZhouMi membuatku tidak mempedulikan lagi keadaan TaeMin.

Waeyo? Ada apa dengan ZhouMi?”. Aku memegang kedua tangan TaeMin. Menguncang-guncangnya keras dan cepat. “Dia baik-baik sajakan, TaeMin? Bilang kepadaku dia baik-baik saja!”. TaeMin tidak menjawabku, dia menundukan kepalanya lagi. Aku merasakan sebuah tangan menepuk salah satu pundakku. Menarikku lembut ke dalam dekapannya. Aku tau itu YoungSaeng. Kini dia memelukku erat. Dia mengusap-usap punggung dan rambut yang memang sengaja aku urai. “TaeMin-ah, ZhouMi,” aku menangis. Sesenggukan memanggil dua nama itu.

Mianhe, noona.” Aku mendengar TaeMin bersuara. Tapi, YoungSaeng tidak membiarkan aku untuk keluar dari dekapannya. Aku tau YoungSaeng lebih mengetahui keadaanku yang berada di dekapannya lebih bagus, dari pada aku berada di luar dekapannya. “Ternyata ZhouMi hyung mengidap leukimia stadium akhir. Aku baru tau tentang itu saat Dr. HanGeng memberitahukannya. Dan, kata beliau, ZhouMi hyung menolak mentah-mentah kemotrapi yang diusulkan olehnya”.

Penjelasan TaeMin barusan benar-benar membuat tubuhku lemas. Tapi, aku sama sekali tidak ingin pingsan. Jadinya, aku terus menangis. Aku memperkuat dekapan YoungSaeng terhadap tubuhku. Dan, seperti tau maksudku, YoungSaeng pun juga mempererat dekapannya.

----

YoungSaeng POV

Aku tau belahan jiwaku ini sedang shock berat. Bagaimana tidak? Dia mendengar bahwa sahabatnya itu mengidap penyakit berbahaya itu, sudah stadium akhir. Dan, kini sahabatnya itu sedang terbaring lemas di dalam sana. Aku sebagai calon suami SaengNeul pun hanya dapat memberi kekuatan kepada SaengNeul dan memberikan tempat menangisnya dengan cara memeluknya. Aku tau itu tidak menyelesaikan masalah. Tapi, setidaknya itu dapat mengatasi tindakan nekat SaengNeul yang mungkin saja akan menerobos masuk ke dalam sana. Dan, mengacaukan konsentrasi para dokter dan suster di dalam sana.

“Ini, minumlah sedikit.” Aku duduk di samping SaengNeul yang masih sesenggukan menangis. Aku memberikannya sebotol air dingin. SaengNeul menggeleng pelan. “Minumlah, meski itu hanya sedikit.” Aku berusaha membujuknya. Aku pun sedikit memaksanya.

SaengNeul pun menerima botol air ini, membukanya lalu meminumnya. Hanya beberapa teguk saja, lalu ia menutupnya lagi dan memberikannya kepadaku. Aku hanya dapat pasrah. Aku mengacak-acak kecil rambutnya. Dan, hanya ditanggapi dengan senyum kecil dan hambar dari SaengNeul. Aku melihat ke samping SaengNeul. Namja bernama TaeMin itu sedang berdiri menyadar di dinding, keadaannya pun tidak kalah kacaunya dengan SaengNeul. Meski lebih kacauan SaengNeul.

KLEK

Tiba-tiba pintu terbuka, sontak aku dan SaengNeul berdiri dari tempat kami duduk. Seorang dokter yang mungkin namanya adalah HanGeng itu kini telah keluar dan kami kerumuni.

“Bagaimana keadaan sahabat saya dokter? Bagaimana keadaan ZhouMi?” tanya SaengNeul langsung. Dr. HanGeng hanya dapat diam. Aku menggenggam erat salah satu tangan SaengNeul. Berusaha menguatkan SaengNeul apa pun yang terjadi. Aku mendengar Dr. HanGeng menghela napasnya berat. Dan, aku langsung berpikir bahwa sesuatu yang pahit akan terjadi.

Mianhe.” Hanya dengan satu kata itu saja dapat membuat tubuh SaengNeul berguncang hebat. Aku dapat merasakannya dari tangannya yang bergetar. Dan, pundaknya pun terlihat bergetar. Dr. HanGeng melepaskan kacamatnya dan menghapus sedikit airmatanya. Lalu, kembali memakainya. “Kami sudah melakukan semaksimal mungkin. Tapi, apa dikata, takdir berkata lain”.

“Jangan bilang kalau ZhouMi sudah meninggal” ucap SaengNeul yang menurutku perkataan bodoh, karena ucapan Dr. HanGeng barusan sudah mengartikan seperti itu.

Dr. HanGeng menggelengkan kepalanya pelan. “Belum. Tapi, dia benar-benar kritis. Kita tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Dan, mungkin itu waktunya sebentar lagi”.

Aku yang mendengar ucapan Dr. HanGeng barusan itu jujur saja masih terdengar menggantung untukku. Tanpa babibu lagi, SaengNeul langsung melepaskan genggamanku dan berlari ke dalam ruangan. Dr. HanGeng pergi meninggalkan aku dan TaeMin. Kami pun juga menyusul SaengNeul ke dalam. Aku melihat SaengNeul berdiri tempat di samping ranjang ZhouMi. Aku tau ZhouMi sudah sadar, tapi, sayang, tubuhnya benar-benar mungkin sudah tak sanggup lagi. Aku berjalan mendekati SaengNeul.

Nugu?”, aku mendengar ZhouMi bersuara dengan sangat amat pelan. Aku benar-benar tidak tega melihatnya.

“Dia calon suamiku, ZhouMi. Namanya YoungSaeng”, SaengNeul memperkenalkan diriku dengan sesekali sesenggukan.

Dangsineul hamnasebangamseumida” ucap ZhouMi amat sangat pelan. Aku pun hanya dapat mengangguk sopan.

“SaengNeul, uljima.” Aku tau bahwa ZhouMi benar-benar tidak tega melihat sahabatnya itu kini menangisinya. Aku tau betapa ZhouMi tambah merasa sakit melihat buliran air mata menghiasi wajah cantik SaengNeul sekarang ini. Aku tau betapa ZhouMi tidak ingin melihat mutiara-mutiara halus itu keluar dari kedua bola mata indah SaengNeul. Aku tau semua itu. Memang aku tidak dapat merasakannya, tapi aku cukup mengetahuinya. ZhouMi yang sangat menyayangi SaengNeul. Menyayanginya lebih dari pada menyayangi dirinya sendiri. ZhouMi yang ingin melihat SaengNeul bahagia. Dan, ZhouMi adalah sahabat sejatinya Sung SaengNeul.

----

SaengNeul POV

Lautan hitam itu kini hanya ditemani oleh sang bulan dan lima buah bintang. Tapi, di mataku hanya ada dua buah bintang yang bersinar terang, satu buah bintang yang berusaha mengikuti terangnya dua bintang lainnya dan dua buah bintang tersisa yang tidak mempedulikan kekalahannya. Udara dingin terus menyergap, tapi aku sama sekali tidak peduli. Meski aku tau entah untuk ke berapa kalinya aku membenarkan jaketku agar aku tidak kedinginan.

Detik terus berganti detik. Menit terus berganti menit. Jam terus berganti jam. Hari terus berganti hari. Minggu terus berganti minggu. Bulan terus berganti bulan. Tahun terus berganti tahun. Dan, tidak lupa, suasana yang terus berganti. Senang. Sedih. Bahagia. Susah. Dan, pengalaman kita akan semakin banyak.

Kini aku berdiri sendiri di balkon rumahku. Tepatnya bukan hanya rumahku, ini juga rumah YoungSaeng, suamiku. Memang kami sudah menikah. Setelah aku lulus, kami langsung menikah. Saat pernikahan aku sangat berharap bahwa sahabat-sahabatku datang. Meski tidak dengan ZhouMi yang memang sudah mendahului kami semua. Aku berharap YeSung dan Key datang, tapi apa boleh dikata. Seperti Dr. HanGeng bilang waktu itu, ‘takdir berkata lain’. Key dan YeSung mengalami kecelakaan dan menyusul ZhouMi didetik itu juga. Dan, saat pernikahan aku menangis. Menangis terharu, bangga dan sedih. Aku terharu dan bangga, karena aku telah resmi dengan seseorang yang memang benar-benar aku cintai. Tapi, aku juga menangis sedih, karena aku sama sekali tidak dapat melihat sahabat-sahabatku memakai tuxedo datang ke pernikahanku. Mereka telah lebih dahulu mendahuliku, tanpa menunggu melihat aku memakai gaun pengantin dan tanpa menunggu agar aku melihat mereka memakai tuxedo mereka. Di pernikahanku hanya TaeMin yang datang dengan label sebagai sahabatku.

YoungSaeng, aku tau SaengNeul benar-benar mencintaimu. Dan, aku juga tau kau juga mencintai SaengNeul. Kau harus bisa membahagiakan SaengNeul, sahabatku. Dan, jangan pernah biarkan mutiara halus itu menghiasi wajah cantik SaengNeul lagi’.

TaeMin-ah, aku tau kau bisa mengantikan posisiku dengan label sahabat SaengNeul. Aku tau itu, karena kau adalah sahabat yang baik. Cobalah menjadi sahabat yang baik untuk SaengNeul. Tapi, jangan meniruku, ikutilah kata hatimu. Tapi, jangan pernah membiarkan buliran air mata itu keluar kembali dari kedua bola mata SaengNeul’.

Itulah yang diucapkan ZhouMi sebelum waktunya. Satu buah pesan untuk YoungSaeng agar membahagiakanku, satu buah pesan untuk TaeMin agar dapat menjadi sahabat untukku dan secara tidak langsung dua buah pesan untukku agar tetap mempunyai semangat hidup.

Eomma,” Aku mendengar sebuah suara lembut namun keras memanggilku. Aku membalikan badanku. Anak kecil perempuan berlari ke arahku, aku langsung mengendongnya dan mencium keningnya.

“Mimi, ko belum tidur? Waeyo?” tanyaku.

Mimi, anakku dan YoungSaeng. Aku sengaja memberikan nama Mimi kepada anakku, karena Mimi juga merupakan nama ZhouMi, dulu aku pernah memanggilnya dengan nama itu. Tapi, dia langsung marah. Dan, aku biarkan anakku aku panggil dengan nama itu. Toh tidak ada yang tau juga.

Mimi menunjuk ke dalam rumah. Terlihat dua lelaki yang berjalan mendekatiku. Satunya berhenti dan sisanya mendatangiku dan Mimi. Dia mengambil Mimi dari gendonganku. YoungSaeng, dialah yang mengambil Mimi dari gendonganku. Membiarkan Mimi, agar lebih dekat dengan appa-nya. Aku tersenyum melihat lelaki satu lagi. TaeMin, dia tambah tampan. Meski sudah sering bertemu, tapi entah kenapa TaeMin tiap hari tambah terlihat dewasa saja.

“TaeMin ahjussi, besok kita main basket lagi ya” ucap Mimi. Aku terkekeh melihat Mimi yang mewarisi jiwa tomboy-ku itu. Jangan salahkan aku!

Arra, nanti kita kalahkan appa dan eomma-mu, eoh?” ujar TaeMin yang mengacungkan jempolnya.

Ne, nanti habis itu kita menari lagi” ucap Mimi lagi.

Aku tersenyum melihat mereka berdua. YoungSaeng hanya dapat tersenyum melihat anak kita yang sangat dekat dengan TaeMin. Seharusnya Mimi lebih dekat dengan ZhouMi, Key dan YeSung, tapi apa mau dikata, takdir berkata lain. Dan, aku hanya dapat pasrah. Toh, TaeMin dapat menggantikan mereka bertiga. Dan, aku pun bersyukur, karena TaeMin-lah yang menggantikan mereka bertiga. Dan, aku pun tidak lupa untuk bersyukur, karena YoungSaenglah yang menjadi suamiku. Orang yang paling aku cinta.

The End…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar