Title
: Destiny Of My Love
Genre
: Friendship, Sad, Happy
Main
Cast : Sung SaengNeul (OC), YoungSaeng SS501, ZhouMi, Kim JongWoon(YeSung), Kim
KiBum(Key) SHINee, Lee TaeMin SHINee
Support
Cast : Tan HanGeng, Mimi (OC)
Author
: RistaMania
Length
: OneShot (6.548 words)
Rating
: PG-15 (?)
Disclaimer
: All casts in this ff are belong to God, but this story (ff) is mine
----
Author
POV
Matahari
bersinar terang ditemani angin yang sedikit demi sedikit datang dan awan yang
tidak terlalu memenuhi lautan biru, membuat siang itu benar-benar panas. Panas
yang menyengat kulit. Panas yang dirasakan ZhouMi dan Sung SaengNeul itu tidak
mereka gubris, mereka terus bermain basket. Membiarkan pakaian mereka yang
melengket di tubuh mereka yang lengket akibat keringat mengucur. Membiarkan
tubuh mereka yang entah sudah berapa kali terjatuh.
“SaengNeul.”
Sebuah teriakan terdengar tepat saat bola yang dilempar SaengNeul masuk ke dalam
ring.
Sontak
permainan SaengNeul dan ZhouMi pun terhenti. Mereka berdua menengok ke sumber
suara. Senyum sipul terpampang di wajah Sang Neul saat melihat siapa yang
memanggilnya. Tapi, tidak dengan ZhouMi. Namja
China itu mendengus kesal melihat siapa yang memanggil Sang Neul.
“Hay,”
SaengNeul melambai sebentar kepada orang itu. Lalu, ia menengok ke arah ZhouMi.
ZhouMi
yang sadar dipandang oleh SaengNeul pun juga menengok ke arah yeoja itu. “Mwo?”.
“Sampai
sini saja ya.” ZhouMi mendengus kesal mendengar ucapan SaengNeul itu. Ia pun
memalingkan wajahnya, berdiri berkacak pinggang, berakhir dengan merutuki orang
yang mengganggu kebersamaannya dengan SaengNeul.
“Hey,
waeyo?”. SaengNeul berjalan mendekati
ZhouMi. Ia memeluk salah satu tangan ZhouMi, mendekatkan tubuhnya dengan tubuh
ZhouMi yang basah seperti tubuhnya.
“Pergilah,
kalau ingin pergi!”. ZhouMi bersuara tanpa melihat ke arah SaengNeul.
“Pergilah, besok kita main lagi” ulang ZhouMi yang kali ini seraya melirik
SaengNeul.
“Arraseo”.
“Sudah
sana!”. Kali ini salah satu tangan nakal ZhouMi beraksi, ia mengacak-acak kecil
rambut SaengNeul yang dikuncir kuda rapih.
SaengNeul
pun berlari mengambil tasnya yang diletakan di pinggir lapangan. Lalu, berlari
ke arah orang yang tadi memanggilnya, tanpa menengok ke arah ZhouMi sedikit
pun. SaengNeul pergi meninggalkan ZhouMi yang berdiri sendirian. Bola basket
yang sedari tadi sudah berada di salah satu tangannya, ia lempar sembarangan.
“Terus
saja seperti ini, kapan aku bisa mendapatkannya? Selalu saja ada yang
mengganggu” rutuk ZhouMi tanpa sadar.
“Akh,
SIALAN!!!”. ZhouMi berteriak sekencang mungkin sambil mengacak-acak rambutnya.
----
SaengNeul
POV
Aku
keluar dari kamar mandi. Aku benarkan posisi tas lempangku sambil terus
berjalan menuju ke suatu tempat.
“Mianhe, menunggu lama” ucapku saat aku
sudah berada tepat di dekat namja
bernama Key ini.
“Kau
ganti baju atau mandi, eoh? Lama
sekali!” ucapnya langsung. Aku pun mengerucutkan bibirku mendengarkan ucapannya
itu. Padahal, tadi aku berusaha secepat mungkin mengganti pakaian, tapi justru
dicerca seperti ini.
“Haha,
kau jadi semakin imut tau” ucapnya dengan asyiknya mengacak-acak rambutku yang
telah aku rapihkan.
“HYA,
KEY…”. Aku berteriak sambil menjauhkan kepalaku dari Key. “Rambutku jadi
acak-acakan lagi.”
“Haha,
mianhe”, Key tersenyum menatapku. “Don't angry, baby”.
Jujur
saja aku tidak tega, jika harus marah kepadanya. Apalagi kalau dia sudah
tersenyum seperti ini. Aku pun menghela napasku dan mengangguk pelan. Lalu, aku
berdiri di dekatnya lagi dan memeluk salah satu tangannya.
“Kita
mau kemana?” tanyaku. Dialah yang mengajakku jalan-jalan. Jadi jangan salahkan
aku, jika aku punya tempat tujuan. Dan, aku pun tidak suka jalan-jalan, tapi
berhubung sahabat lamaku yang baru saja pulang dari Inggris yang mengajak,
tentu saja aku menerima ajakannya.
“Selalu
saja seperti ini. Sifatmu tidak pernah berubah, SaengNeul” ujarnya.
“Hehe.”
Aku hanya dapat cengengesan mendengar ujarannya barusan. Dia memang sudah tidak
asing dengan sifatku ini.
Aku
dan Key pun berjalan-jalan mengeliling mall
ini. Saat melewati sebuah toko, aku melihat barang yang menarik perhatianku.
Sontak aku berhenti berjalan, tentu saja Key yang tangannya aku peluk pun ikut
berhenti. Teringat sesuatu aku pun langsung tersenyum.
“Kita
ke sini bentar ya” ucapku.
Tanpa
menunggu jawaban dari Key, aku langsung menariknya masuk ke dalam toko itu.
Langsung saja aku mengambil barang yang menarik perhatianku itu. Aku langsung
memakainya di kepalaku. Memang sebuah topilah yang menarik perhatianku. Aku
melihat bayanganku di depan cemin besar yang ada disini.
'Lumayan' batinku yang asyik sendiri
dengan pikiranku.
“Topi
itu cocok untukmu. Sangat cocok” ucap Key.
Aku
sedikit kaget dengan ucapannya dan langsung menengok ke arahnya. Aku tersenyum
melihatnya yang serius menilai penampilanku memakai topi ini. Aku langsung
melepas topi ini dan menatap topi ini senang seraya menggeleng-gelengkan
kepalaku pelan.
“Waeyo? Aku benar, topi itu sangat cocok
untukmu. Penilaianku tidak pernah salah. Jadi jangan khawatir” jelasnya
langsung.
Aku
sedikit terkekeh mendengar penjelasannya. Wajar kalau dia seperti itu. Dia
masuk ke sekolah fashion di Inggris,
dan menjadi murid yang lulus dengan nilai tertinggi. Aku tau telah terjadi
kesalahpahaman.
“Ini
bukan untukku, Key” jawabku sambil berjalan menuju kasir dan membayarnya. Aku
meminta untuk dibungkus dengan kertas kado. Setelah selesai membayar, aku berjalan
mendekati Key yang masih terpaku ditempatnya sambil melihatku bingung. Aku tau
dia butuh penjelasanku sekarang.
“Ini
untuk seseorang” jawabku sambil memeluk tas belanjaanku senang. “Aku
membelinya, karena aku pikir dia lebih cakep, jika memakai topi, Key. Itu asli
penilaianku, bukan penilaian orang lain. Aku tau kalau aku ini buta fashion,
tapi kali ini benar, dia benar-benar cakep, jika memakai topi”.
“Hah.”
Aku mendengar Key menghela napasnya berat. Helaan napasnya yang berat dan
tiba-tiba itu membuat sebuah pertanyaan muncul di pikiranku. ‘Hey, ada apa dengannya?’.
“Nugu? Namja ttoneun yeoja?” tanya Key menatapku lekat-lekat.
Aku
tersenyum malu mendengar jawabannya. Aku memalingkan wajahku dan lebih
mengeratkan pelukanku terhadap tas belanjaanku. “Namja”.
“Do you love him?”. Key kembali bertanya
dan pertanyaannya itu membuatku semakin malu. “Nugu?”.
“I’m sorry, Key.” Kini aku beranikan
untuk menatapnya yang masih menatapku lekat. Aku tersenyum malu. “It’s secret”.
“For best friend too?” tanya Key lagi
yang entah kenapa aku mendengar sebuah nada kekecewaan.
Aku
mengangguk mantap. “Yes, it’s secret for best friend too. So, I’m
sorry, Key”.
“No problem”, aku lihat Key berjalan
keluar dari toko. Aku pun tercenga dengan sikapnya itu. Mau tidak mau aku pun
bertanya-tanya dalam benakku. ‘Ada apa
dengan Key? Kenapa dia seperti itu? Apa ada yang denganku? Apa aku mengucapan
sesuatu yang salah?’. Aku pun langsung berlari mengejarnya. Dan, meraih
salah satu tangannya, membuatnya berhenti melangkah.
“Mianhe, Key-ah. Jeongmal mianhe”
ucapku. Aku tidak mau, jika Key marah denganku. Aku tidak mau ada jarak di
antara kita berdua. Dia adalah sahabatku sejak kecil. Meski, sejak SMP dia
pindah ke Inggris, aku tetap menganggapnya sahabat, sampai sekarang. Key
menatapku lekat-lekat. Dia menatapku dengan tatapan yang jujur saja sulit untuk
aku artikan. Aku benar-benar tidak mengerti. Dan, sekali lagi, aku bertanya
sendiri di benakku. ‘Ada apa dengan Key
sebenarnya? Ada apa dengannya?’.
“Ini
benar-benar rahasia” jelasku dengan wajah yang aku tundukan. Aku sama sekali
tidak mempunyai keberanian untuk melihatnya yang menatapku aneh ini. “Tidak ada
yang tau sama sekali. Eomma dan appa pun sama sekali tidak tau. Aku benar-benar
merahasiakannya. Aku tidak mau ada yang tau”.
Aku
merasakan sebuah tangan menepuk kepalaku sekali, dan mulai mengacak-acak
rambutku pelan. Aku angkat wajahku, melihat Key mengacak-acak rambutku. Dia
tersenyum sipul.
“Gwenchana” jawab Key. “Lebih baik kau
rahasiakan, daripada aku mengetahuinya dan sesuatu terjadi denganku”.
Meski
tidak mengerti sama sekali aku mengangguk. Aku tidak mau memikirkannya, asalkan
aku dan Key tetap bersahabat seperti biasanya.
----
Author
POV
Kini
SaengNeul berjalan dengan santai di koridor sekolahnya ditemani dengan earphone yang mengalunkan lagu-lagu
kesukaannya. Tangannya sibuk mengotak-atik iPhone-nya. Hingga tiba-tiba
seseorang merebut earphone yang terpasang di kedua kuping SaengNeul dan iPhone
dari tangannya, membuat SaengNeul kaget dan melihat ke samping. Seorang namja yang memakai seragam sama
dengannya dan sebuah jaket hitam yang tersampir di pundaknya, bertubuh tinggi,
berambut hitam legam yang hampir menyentuh pundaknya, sedang memegang earphone dan iPhone-nya.
“HYA,
YESUNG OPPA!!!” teriak SaengNeul yang
membuat namja bernama YeSung itu
menutup kedua kupingnya.
“Kau
teriak berapa oktaf, eoh?” ujar
YeSung. “Suaramu itu tidak ada merdu-merdunya, SaengNeul. Suaramu sangat
cempreng. Kau perlu tau itu, Sung SaengNeul.”
“AKH,
OPPA, CEPAT KEMBALIKAN!!!” ujar
SaengNeul mengejar YeSung yang telah berlari menjauhinya.
“Kejar
aku kalau bisa” teriak YeSung.
Mereka
berdua terus berlari, hingga mereka sampai di atap gedung sekolah. Sesampainya di
dekat pagar, YeSung berhenti berlari. Ia tersenyum lembut melihat ke bawah
gedung.
“HYA,
OPPA, KEMBALIKAN!”. Terdengar
teriakan SaengNeul dari belakang tubuh YeSung.
YeSung
pun membalikan badannya. Ia tersenyum melihat SaengNeul yang berdiri tidak jauh
darinya, dan sedang sibuk mengatur napasnya. Dan, YeSung pun tengah melakukan
hal yang sama. YeSung tidak memberikan jawaban apa-apa. Justru, namja bermata sipit itu duduk dan
menaruh earphone serta iPhone
SaengNeul di samping. Kemudian, ia mengajak SaengNeul untuk dudup bersamanya.
SaengNeul tidak menolaknya, segera ia berjalan mendekati namja itu dan duduk di sampingnya.
“Ini.”
YeSung memberikan earphone dan iPhone
SaengNeul kepada pemiliknya. “Kenapa kau mendengarkan suara orang lain?
Sementara aku mempunyai suara yang lebih bagus dari mereka, aku bisa bernyanyi
untukmu. Menyajikanmu sebuah lagu live.
Kapan saja”.
SaengNeul
mengeryitkan keningnya. Dia tidak terlalu mengerti dengan ucapan YeSung
barusan. Namun, sedetik kemudian dia tersenyum sipul.
“Kau
jangan terlalu percaya diri, oppa.”
SaengNeul bersuara dengan santainya tanpa mempedulikan YeSung yang langsung
menoleh ke arahnya saat ia bersuara. “Memang benar oppa memiliki suara yang sangat bagus. Bahkan, lebih bagus dari
penyanyi yang lagunya aku simpan.” SaengNeul tersenyum seraya menoleh ke arah
YeSung. “Tapi, tidak mungkin oppa
terus bernyanyi saat aku tidur. Jujur, saat aku ingin tidur atau pun sudah
tertidur, aku terus mendengarkan lagu.”
YeSung
tersenyum lembut mendengarkannya. “Aku tidak peduli. Yang penting itu semua aku
lakukan untukmu”.
SaengNeul
menggelengkan kepalanya pelan. “Tapi, aku tidak mau oppa melakukan itu untukku. Karena, aku bukan siapa-siapa oppa. Oppa hanya seonbae-ku
saja. Aku tidak mau oppa kehilangan
suara emas oppa hanya karena
keegoisanku, oppa. Karena, kita hanya
sebatas oppa dan dongsaeng saja. Tidak lebih dari itu.”
YeSung
seperti mendengar sebuah petir besar menyambar di dekatnya. Dia kaget mendengar
penjelasan SaengNeul barusan. Penjelasan yang diutarakan dengan suara pelan,
namun terdengar memekakan kedua telinganya dan menyayat hatinya.
Tiba-tiba
saja YeSung memegang kedua tangan SaengNeul, membuat iPhone yang tengah
SaengNeul pegang jatuh ke pangkuannya. SaengNeul terkejut dengan sikap YeSung
yang tiba-tiba itu. “Kenapa kau hanya memikirkan kita sebatas oppa dan dongsaeng saja?”. YeSung bersuara dengan tetap memegang memegang
kedua tangan SaengNeul dengan erat dan kencang, seakan tidak ingin yeoja itu pergi dari sisinya. “Aku ingin
lebih dari itu. Aku benar-benar ingin lebih dari itu”.
SaengNeul
yang mendengar semua ucapan YeSung barusan pun langsung berdigik ngeri. Baru
kali ini dia mendengar YeSung berkata kepadanya dengan nada seperti itu. Sebuah
nada dingin yang mengerikan. “Oppa,
lepaskan tanganku!”. Baik SaengNeul atau pun YeSung, mereka dapat mendengar
rintihan SaengNeul. Namun, YeSung tidak mengubrisnya. Dan, itu membuat
SaengNeul harus bersabar dengan rasa sakit dari genggaman tangan YeSung itu.
“Sakit oppa”.
“SaengNeul,
saranghaeyo. Jebbal, jeongmal saranghaeyo.”
Kata-kata cinta itu terlontar dari mulut YeSung. Sebuah kata cinta yang selama
ini ia pendam akhirnya tersampaikan, meski seraya menyakiti yeoja yang ia cintai.
SaengNeul
yang mendengarnya terkejut, karena tidak menyangka bahwa kata cinta itu akan
terucap oleh YeSung untuknya. Selama ini ia hanya menganggap kedekatannya
dengan YeSung itu hanya sebatas oppa
dan dongsaeng. Tidak lebih dari itu.
Dan, tidak akan pernah lebih.
“Oppa, aku mohon lepaskan tanganku! Aku
sama sekali tidak mencintai oppa. Aku
hanya sayang terhadap oppa, dan itu
hanya sebatas perasaan sayang dongsaeng
terhadap oppa-nya. Tidak lebih dari
itu. Dan, aku sama sekali tidak pernah berharap untuk lebih dari itu, oppa.” SaengNeul bersuara berusaha
menjelaskan kepada namja yang masih
menggenggam tangannya ini.
SaengNeul
menjadi ketakutan dengan sikap YeSung ini. Ia tau jika YeSung sudah mencintai
seorang yeoja, ia benar-benar harus
mendapatkannya. Tidak boleh ada kata ‘tidak’. Dan, sifat YeSung yang keras
kepala itu semakin membuat SaengNeul ketakutan. Ditamba, kini YeSung memegang
kedua tangannya dengan sangat amat erat. Membuat SaengNeul benar-benar berdigik
ngeri.
“Tapi,
aku menginginkanmu, SaengNeul. Aku sangat menginginkanmu, Sung SaengNeul.” Kini
suara YeSung menjadi semakin keras. Dan, jangan salahkan SaengNeul, jika yeoja itu menganggap itu sebuah
bentakan.
“Akh,
oppa, lepaskan!”
PLAK
Setelah
berhasil melepaskan diri, SaengNeul langsung menampar YeSung saat namja itu nekat menciumnya. Lalu,
SaengNeul pun segera berdiri menjauhi YeSung.
“Apa-apaan
oppa ini” ujar SaengNeul. “Aku sudah
bilang bahwa aku hanya menganggap kau sebagai oppa aku. Tidak lebih. Dan, tidak akan pernah lebih. Aku juga tidak
pernah berharap lebih, karena akan lebih nyaman, jika kau hanya menjadi oppa-ku. Bukan menjadi namjachingu-ku, oppa.”
“Tapi,
aku mencintaimu, SaengNeul. Jebbal. Jeongmal saranghaeyo. Aku hanya
memintamu untuk mencintaiku, SaengNeul. Hanya itu.”
“Tapi,
aku benar-benar tidak bisa mencintaimu, oppa.
Jebbal, aku sama sekali tidak bisa
mencintaimu.” Kini SaengNeul ikut-ikutan berteriak, sama seperti YeSung.
“Waeyo?
Waeyo?”.
“Karena,”
suara SaengNeul melemah. Ia menundukan kepalanya. Ia melihat ke arah cincin
yang terpasang di jari kelingking kirinya itu. Terpasang cantik. “Karena, aku
sudah ada yang punya”. SaengNeul mengucapkannya dengan mantap. Yeoja itu mengangkat kepalanya, menatap namja bermata sipit itu lekat-lekat,
berusaha meyakinkan bahwa apa yang ia katakan barusan adalah sebuah kenyataan
yang harus diterima.
“Nugu?”. Kini suara YeSung ikut-ikutan
melemah, sama seperti SaengNeul. “Jangan bilang kalau itu adalah ZhouMi.”
SaengNeul
terkejut mendengar ucapan YeSung, tepatnya kalimat terakhir YeSung. Dia tidak
menyangka bahwa ZhouMi-lah yang terpikirkan oleh YeSung. Belum sempat kekagetan
SaengNeul hilang, seseorang telah merangkulnya terlebih dahulu. SaengNeul
terkejut, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Orang itu menarik tubuhnya, agar
lebih mendekat. SaengNeul tidak ingin melihat siapa orang itu. Ia hanya
berharap orang itu adalah orang yang ia harapkan.
“Kalau
itu memang aku kenapa? Mau protes!”.
Sayang
termakan sayang, harapan SaengNeul tidak terwujud. Bukan orang yang ia inginkan
yang datang, melainkan sahabat sejatinyalah yang datang. SaengNeul menengok
untuk memastikannya. Dan, itu memang benar. Sahabat sejatinya yang datang.
Seorang namja China yang biasa
dipanggil ZhouMi-lah yang merangkulnya.
“SaengNeul
memang milikku. Kau tidak bisa protes sekali pun, YeSung” ujar ZhouMi tajam.
“Hehe.”
YeSung terkekeh mendengar ujaran ZhouMi barusan. “Kenapa sepertinya aku tidak
dapat percaya dengan klaimanmu itu, ZhouMi? Aku merasa SaengNeul itu bukan
milikmu. Dia benar-benar bukan milikmu, eoh?”.
SaengNeul hanya dapat terdiam mendengar YeSung yang terus bersuara itu.
Suaranya itu terdengar mengancam dan dingin. “Kau sama sekali tidak bisa
membohongiku, ZhouMi.”
“Itu
hanya perasaanmu saja. SaengNeul benar-benar milikku” ucap ZhouMi cepat.
Entah
karena apa, tubuh SaengNeul menjadi semakin lemah. ZhouMi menyadari itu, ia pun
segera mempererat rangkulannya, berusaha membuat SaengNeul, agar tidak ambruk
sekarang.
“Arraseo, akan aku ikuti permainanmu.”
YeSung berdiri dari tempat duduknya. Ia berjalan menuju pintu ke bawah.
Sesampainya di ambang pintu itu, ia melirik ke arah SaengNeul dan ZhouMi yang
berdiri menghadapnya. “Tapi, jangan berharap kau akan baik-baik saja, jika aku
mengetahui kenyataannya, ZhouMi.”
YeSung
langsung pergi begitu saja tanpa menoleh ke belakang sedikit pun. Baik ZhouMi
atau pun SaengNeul, mereka sama-sama mensyukuri hal itu, karena SaengNel
langsung pingsan, setelah mendengar ancaman YeSung untuk ZhouMi itu. Satu hal
yang SaengNeul lakukan, sebelum yeoja
itu benar-benar pingsan adalah menyebutkan sebuah nama. ‘YoungSaeng’.
----
SaengNeul
POV
Aku
tidak dapat membuka kedua mataku. Mataku terasa sangat berat. Tapi, aku
mendengar sebuah suara yang benar-benar ingin aku dengar. Sebuah suara seseorang
yang telah membuatku menutup hatiku untuk orang lain. Aku paksakan mataku untuk
terbuka, berusaha mengalahkan rasa berat ini.
KLEK
Tepat
saat aku dapat membuka kedua mataku. Aku mendengar sebuah pintu tertutup. Aku
bangun untuk duduk. Rasa pusing langsung menyerang kepalaku, aku pun langsung
bersandar dikepala tempat tidur. Perlahan, aku melihat keadaan sekelilingku.
Ini bukan kamarku, kamarku tidak berwarna putih dan tidak sesederhana ini. Aku
pastikan bahwa diriku berada di rumah sakit. Mengingat sesuatu, aku langsung
menengok ke arah pintu yang tertutup rapat.
“Hah.”
Aku menghela napasku berat. Terlambat. Orang itu selalu datang di saat aku
tidak menyadari keberadaannya, orang itu tidak pernah datang saat aku ingin
menyadari keberadaannya. Fakta itu membuatku menggerutu tanpa sadar.
KLEK
Aku
langsung menengok ke arah pintu saat mendengar pintu terbuka, berharap orang
yang tengah aku gerutukan membuka pintu itu. Namun, sekali lagi, harapanku
tidak terkabul. Orang yang membuka pintu itu adalah eomma. Beliau berjalan
mendekatiku dengan serangkai bunga mawar putih di tangannya. Rangkaian bunga
yang sangat cantik.
“Kau
sudah siuman?” tanya Eomma tepat saat beliau sudah duduk disampingku. Aku
mengangguk menjawabnya
“Kau
ini benar-benar merepotkan ZhouMi. Asal kau tau, ZhouMi sangat panik saat kau
tiba-tiba pingsan. Ternyata, anemiamu kambuh. ZhouMi sudah ketakutan setengah
mati. Kau perlu tau itu, Sung SaengNeul” oceh beliau yang membuatku merasa
malas seketika. Rasa kantuk pun seketika merasuki jiwaku. Namun, aku tidak
dapat begitu saja tidur. Karena, ada dua alasan yang mencegahnya. Pertama, itu
tidak sopan. Kedua, aku tidak mau menutup kedua mataku, karena aku tidak mau
kedua mataku ini tidak memperhatikan rangkaian bunga mawar putih yang indah
itu. Sontak aku pun menunjuk ke arah rangkaian bunga itu.
“Mworago?”.
“Itu
buat siapa? Dan, dari siapa?” tanyaku melihat ke arah Eomma. Berharap-harap
cemas jawaban eomma seperti apa yang
aku inginkan. Terlihat senyum manis di wajah eomma. Dia memberikannya kepadaku. Aku pun menerimanya dengan kedua
mata yang terus menatap eomma,
meminta dua buah nama darinya. Dalam hati, aku terus berdoa, agar kali
ini harapanku terwujud.
“Ini
dari YoungSaeng, untukmu”.
Kedua
mataku melebar mendengar jawaban yang diberikan oleh beliau. Aku bersyukur
dalam hati, karena kali ini harapanku terwujud. Aku langsung menghirup bunga
mawar putih ini. Masih segar dan harum.
“Dia
langsung pulang begitu saja.” Aku langsung melirik ke arah eomma yang langsung bersuara kembali.
“Kenapa
tidak menungguku siuman?” tanyaku dingin sambil meletakan rangkaian bunga mawar
putih itu dimeja. Seketika, aku langsung merasa malas dengan rangkai bunga itu.
Dan, hasilnya pun aku langsung meletakannya di atas meja yang berada di
dekatku.
“Tadinya
eomma menawarkan begitu, tapi dia
bilang.” Eomma memberikan jeda pada
jawabannya, membuatku menebak-nebak kelanjutannya. “Ada urusan yang lebih
penting daripada aku harus menunggu babo yeoja itu.” Aku mendengus kesal melihat
eomma yang terlihat serius
memperagakan YoungSaeng saat mengucapkan kalimat itu.
“Jinja, dasar babo namja. Siapa juga yang berharap dia menungguku sampai siuman.
Aku tidak sudi sama sekali, jika babo
namja itulah yang aku lihat pertama kali ketika aku siuman. Dasar, babo namja.” Aku langsung mengumpat dan
itu membuat eomma tertawa ringan.
Setelah
menarik napas pelan, aku langsung menyandarkan badanku ke kepala kasur. Melipat
kedua tanganku dan melihat keluar jendela yang terbuka. Aku sadar bahwa kini
sebuah senyuman telah terbuat di bibirku. Entahlah, aku memang kesal mendengar
jawabannya barusan dari eomma, tapi
aku tidak dapat memungkiri bahwa ada rasa senang mendengar bahwa dia
menjengukku, meski tidak sampai aku siuman.
----
TaeMin
POV
“TaeMin-ah, waeyo?”,
aku mendengar suara lembut itu memanggilku.
Aku
sadar bahwa kini aku telah menjadi babo
namja. Selalu seperti itu, jika berada di dekatnya. Aku mengangkat
kepalaku, melihat wajah cantik itu, wajah cantik yang alami tanpa polesan make-up
sedikit pun. ‘Ayolah, TaeMin, kau harus
berani. Ayo, TaeMin!’. Aku menyemangati diriku sendiri. Aku kepalkan kedua
tanganku, berusaha mengatasi kegugupan ini.
“Noona punya acara saat istirahat
pertama?” tanyaku berusaha menghilangkan nada gugup di dalam suaraku.
“Tidak
ada.” SaengNeul menggelengkan kepalanya pelan. “Jadwalku hari ini kosong, tak
terisi. Tapi, kalau untuk nanti malam aku tidak janji, aku ada urusan
keluarga.”
“Hah.”
Aku menghela napasku lega. ‘Meski begitu
kau harus melakukannya tepat dengan waktu yang sudah kau rencanakan, TaeMin.
Kau harus menjalankan rencanamu’ batinku. Aku tersenyum manis seperti
biasanya. “Kalau begitu bisakah noona
datang ke ruang latihanku tepat istirahat pertama?”.
“Bisa.
Tunggu aku ya!” Jawaban yang diberikan oleh SaengNeul itu membuatku senang.
“Kalau begitu sampai jumpa, aku harus ke kelas dulu. Good bye, TaeMin-ah.”
Setelah mengucapkannya, SaengNeul langsung berlari menuju kelasnya tanpa
menoleh ke arahku.
“Hah.”
Sekali lagi, aku menghela napasku lega. Aku pun mengelus dadaku legas.
Tidak
berapa lama kemudian, aku mendengar bel berbunyi. Bukannya berlari ke kelas,
justru kakiku ini berlari ke ruang latihanku. Aku ingin membolos kali ini saja,
lagi pula kalau aku ingat-ingat jam pertama sampai istirahat pertama setauku
gurunya tidak ada. Jadi aku bisa santai. Sesampainya di ruang latihan, aku
berdiri di tengah-tengah ruangan. Aku baringkan diriku untuk tertidur di
lantai. Aku pejamkan kedua mataku, mengumpulkan segala tenagaku untuk nanti
istirahat pertama.
Tidak
terasa istirahat pertama sudah datang, dan aku sudah siap dengan segalanya.
Tape recorder sudah siap ditempatnya dan aku pun sudah menganti seragamku
dengan pakaian santai yang aku bawa. Dan, SaengNeul pun telah berdiri di
depanku. Saat lagu Replay terdengar, aku pun langsung menari. Menari tanpa
menatap kemana pun, kecuali menatap kedua matanya itu. Kedua mata yang sangat
aku sukai. Menyimak lekuk wajah yang aku sukai. Memandang dirinya yang aku
sukai. Memang aku sangat menyukai segalanya dari diri yeoja yang umurnya lebih tua dariku ini. Diri Sung SaengNeul. Dia
sangat istimewa di mataku. Tanpa polesan make-up, hanya dengan penampilan tomboy-nya. Aku suka diri SaengNeul yang
bebas, simple, apa adanya dan tidak
mengada-ada. Tanpa terasa lagu telah berhenti. Dan, kini aku telah berlutut di
hadapannya.
“Sarangheyo, SaengNeul noona” ucapku cepat. Namun, aku tau
SaengNeul dapat menyimaknya dengan baik, terlihat jelas dari ekspresinya yang
kaget. Tapi, itu hanya sedetik. Setelah itu, dia berjalan mendekatiku. Dia
memelukku yang masih berlutut.
Aku
terkejut dengan responnya yang seperti itu, membuatku bertanya-tanya dalam
benakku. ‘What happen?’.
“Mianhe, TaeMin-ah. Noona hanya menganggapmu
sebagai dongsaeng-ku. Tidak pernah
lebih dari itu. Noona harap kamu bisa
mengerti, TaeMin-ah.” Aku dapat
dengan jelas mendengar bisikan SaengNeul itu.
Flat. Aku tidak merasa sakit hati sama sekali. Entahlah, aku bingung
dengan perasaanku sekarang. Aku tau itu sebuah kalimat penolakan, tapi entah
kenapa hatiku tidak sakit. Dan, hal itu pun membuatku langsung berpikir
kembali. ‘Apa mungkin aku juga merasakan
hal yang sama dengan SaengNeul noona?
Hanya sebatas noona dan dongsaeng saja? Aku memang menyayanginya, namun hanya
sebatas noona dan dongsaeng saja? Hanya akunya saja yang salah
mengartikannya itu?’. Kemudian, sebuah senyum terbentuk di bibirku. ‘Ya, aku harap begitu.’
“Ne, gwenchanayo,
noona.” Aku membalas pelukan
hangatnya itu. “Aku harap noona akan
seperti kemarin-kemarin lagi. Aku tidak mau nantinya noona menjauhiku”.
“Ne, noona
janji.” Aku merasakan SaengNel melepaskan pelukannya ini. “Noona juga butuh dongsaeng
yang bisa mengajarkan noona menari,
hehe”.
Aku
pun ikut tertawa bersama SaengNeul. Kini aku yakin bahwa peerasaanku kepada
SaengNeul hanya sebatas dongsaeng
kepada noona-nya. Tidak lebih. Aku
hanya salah mengartikannya. Dan, mulai detik ini juga aku akan berusaha
melindungi SaengNeul.
----
ZhouMi
POV
‘ZhouMi-sshi, kau menderita leukimia stadium akhir. Saya tidak bisa berbuat apa-apa
lagi, mungkin ada yang dapat saya perbuat namun itu hanya dapat memperpanjang
hidupmu dan itu pun hanya beberapa bulan’.
Penjelasan
dari dokter bernama HanGeng kemarin itu masih terdengar di kedua kupingku.
“Aku
mengidap leukimia, stadium akhir, tidak ada waktu hidup lagi” gumamku tanpa
sadar. Aku sangat terpuruk dengan kenyataan yang baru aku ketahui itu.
Tiba-tiba,
aku merasakan pusing di kepalaku. Aku pun merasakan mulut terpenuhi sesuatu.
Langsung saja, aku berlari ke toilet sekolah. Sesampainya di sana, aku langsung
memuntahkan isi mulutku di wastafel putih
ini. Aku menghela napasku pelan saat mengetahui apa cairan berbau anyir dan
berwarna merah itu adalah darah. Aku bersyukur bahwa di dalam toilet ini hanya
ada aku, jika ada orang pasti akan langsung heboh. Segera, aku memutar kran wastafel ini.
‘Tidak, aku tidak mau kemotrapi. Itu hanya
akan memperpanjang umurku saja. Itu pun hanya beberapa bulan. Tidak ada
kemungkinan aku dapat hidup tenang kembali. Aku sudah seperti telur di ujung
tomba’ ucapku dalam benakku.
Tiba-tiba,
pikiranku terpenuhi oleh sebuah nama yeoja.
Sung SaengNeul. Memang aku mempunyai sebuah perasaan kepadanya. Namun, dulu aku
salah mengartikannya. Dulu, aku menganggap perasaan itu adalah perasaan antara namja dan yeoja. Namun, ternyata, itu hanya sebatas persahabatan. Tidak
lebih.
‘Jika dia tau, apa dia akan khawatir. Ya,
tentu saja dia akan khawatir. She’s my best friend. Jadi, aku jangan pernah memberitahukan ini kepadanya. Aku tentu tidak
kuat melihat airmatanya itu. Mutiara halus yang keluar, menghiasi wajah
cantiknya. Aku tidak kuat melihatnya’ batinku. Aku pun mengambil keputusan
untuk tidak memberitahukan penyakit ini kepada SaengNeul, sekali pun dia
memaksaku.
----
Author
POV
SaengNeul
terlihat sibuk merapihkan buku-bukunya dan memasukannya kedalam tasnya. Tapi,
tiba-tiba ada telepon masuk. Saat melihat nama yang terpampang, dia terlihat
sangat senang. Tanpa pikir panjang dia langsung mengangkatnya.
“Yeoboseyo?”.
“SaengNeul,
kau sedang dimana? Aku sudah ada di depan sekolahmu, nih.” Orang di sebrang
sana langsung berbicara begitu saja.
“Hah,
di depan sekolahku? Kau mau melakukan apa babo
namja? Untuk apa kau berada di sana, hah, YoungSaeng?” ucap SaengNeul.
Memang
benar bahwa SaengNeul senang mengetahui YoungSaeng berada di depan sekolahnya,
tetapi SaengNeul merasa lebih nyaman, jika mereka berdua saling mengejek.
“Yack,
babo yeoja, aku datang baik-baik, ya.
Dan, kau perlu tau ini hanya sebatas, karena perjodohan kita saja” jawab
YoungSaeng yang tanpa ia ketahui terdengar seperti sebuah petir besar di kedua
kuping SaengNeul. Tubuh yeoja itu
terasa sedikit lebih lemas dari biasanya. “And,
‘cause I care about you. Palli.
Cepatlah, datang, babo yeoja. Aku
menggumu.” Kali ini suara YoungSaeng sangat lembut. Dan, itu dapat membuat
SaengNeul senang. Tubuhnya pun sama sekali tidak lagi melemas. Kini tubuhnya
lebih segar dari biasanya.
KLIK
Tanpa
memberikan kesempatan untuk SaengNeul berbicara, namja itu langsung memutuskannya. Membuat SaengNeul langsung
memeriksa hadiahnya masih tersimpan rapih didalam tasnya dan berlari keluar
dari kelas menuju depan sekolah. Seang Neul benar-benar seperti mendapatkan
tiket masuk surga, dia terlihat senang sekali berlari. Bahkan, saking senangnya
dia tidak menyadari bahwa YeSung dan Key yang sempat berpapasan dengannya itu
memanggilnya. Tapi, mereka berdua sama-sama tidak digubris oleh SaengNeul. Dan,
membuat dua orang itu penasaran dan memutuskan untuk mengikuti SaengNeul.
“Hah-hah.”Sesampainya,
di depan YoungSaeng, SaengNeul menarik napasnya yang benar-benar acak-acakan.
“Annyeong haseyo, YoungSaeng.” SaengNeul
tersenyum memanggil YoungSaeng yang berdiri santai didepannya.
“Lama
sekali kau, babo yeoja” ujar
YoungSaeng.
“Yack,
kau ini, aku ini sudah berlari dari kelasku hingga ke sini. Hargailah sedikit
pengorbananku. Kau perlu tau bahwa jarak dari kelasku ke sini itu tidak dekat” ujar
SaengNeul yang marah, karena pengorbanannya itu tidak dihargai sama sekali.
Tiba-tiba
tangan kanan YoungSaeng mengulurkan satu botol air dingin kepada SaengNeul.
SaengNeul sedikit kaget dan melihat wajah tampan YoungSaeng. “Minumlah, kau
pasti capai, karena berlari.” YoungSaeng bersuara dengan lembut.
“Gomawo.” SaengNeul menerimanya.
YoungSaeng mengangguk sopan. Tanpa menunggu lagi, SaengNeul langsung
menghabiskan air dingin itu tanpa tersisa satu tetes pun. “Mworago?”. Setelah selesai minum SaengNeul merasa aneh, karena
sedaritadi YoungSaeng menatapnya terus. Ia langsung membuang sembarangan botol
itu. YoungSaeng menggaruk-garuk kepala belakangnya yang sama sekali tidak gatal
itu.
“A, ne.”
SaengNeul mengeluarkan sebuah tas kado dari dalam tasnya. Dia menyerahkan itu
kepada YoungSaeng. “Untukmu. Terimalah”. YoungSaeng menerimanya dan langsung
membukanya. Terlihat sebuah topi berwarna krem-topi yang dibeli SaengNeul
bersama Key tempo hari. YoungSaeng langsung memakainya.
“Kau
suka?” tanya SaengNeul yang terlihat senang sekali melihat YoungSaeng memakai
topi yang diberikannya itu.
“Ne, I
like it. Gomawo” jawab
YoungSaeng. “Bagaimana penampilanku?”. Wajah SaengNeul langsung memerah saat
YoungSaeng menanyakan itu. Dia langsung memalingkan wajahnya. Sama sekali tidak
berani menatap YoungSaeng.
“Hey,
lihat aku!”. YoungSaeng memegang salah satu pipi SaengNeul. Dan, memaksa
SaengNeul untuk melihatnya. SaengNeul seperti tidak dapat bernafas melihat
YoungSaeng. “Please, answer my question!”.
SaengNeul berusaha menguasai nafasnya dan kerja otaknya. Dia biarkan jatungnya
yang terus berdetak cepat, tidak mau berusaha untuk mengendalikannya.
“Neomu
ippun.” SaengNeul menjawabnya malu-malu. YoungSaeng pun tersenyum senang
mendengar jawaban malu-malu SaengNeul itu. Dia mengangkat dagu SaengNeul.
“Saranghaeyo, Sung SaengNeul.” Akhirnya,
YoungSaeng dapat mengungkapkan perasaannya kepada SaengNeul. Memang mereka
dijodohkan, namun itu bukanlah sebuah paksaan. Kedua orang tua mereka tidak
memaksa sama sekali. Dan, baik SaengNeul atau pun YoungSaeng, mereka berdua
tidak memberikan penolakan atau pun mengiyakannya. Mereka tidak pernah berani
memberikan jawaban pasti. Dan, mereka pun tidak pernah berani mengakui perasaan
mereka masing-masing.
“Nadoo saranghaeyo, YoungSaeng” ucap
SaengNeul pelan.
Entah
siapa yang memulai, wajah mereka berdua mulai mendekat. Dan, pada akhirnya
mereka berdua pun berciuman. Menyetujui tanpa omongan dan menerima keputusan
orang tua mereka bahwa kini mereka benar-benar bertunangan. Secara fisik atau
pun hati.
Tapi,
tanpa mereka berdua ketahui-YoungSaeng+SaengNeul-Key dan YeSung sedari tadi
memerhatikan mereka berdua diam-diam. Dan, tanpa SaengNeul sadari bahwa
tindakannya ini akan membawa rasa pahit di hidupnya.
----
YeSung
POV
Kini
aku dan Key sedang berdiri di lapangan basket, di mana di depan kami sudah ada
ZhouMi dan TaeMin yang siap dengan pakaian santai mereka masing-masing, sama
seperti kami berdua. Aku menantang ZhouMi, karena ZhouMi telah membohongiku.
Key pun yang mempunyai rasa yang sama denganku kepada SaengNeul pun dengan
senang hati membantuku. Sementara TaeMin, bocah itu dengan senang hati membantu
ZhouMi.
“Maaf
saja, jika kau kalah, KAPTEN BASKET” ucapku seraya menekan dua kata terakhirku.
“ZhouMi
hyung, tidak akan kalah dari kalian
berdua” bela TaeMin, sementara ZhouMi hanya diam dan menatapku tajam. Entahlah
aku merasa bahwa keadaan ZhouMi sedang tidak sehat, tapi aku tidak mempedulikan
itu. Maaf saja.
“O,
ya? Apa itu benar, bocah ingusan?” ujar Key tajam.
TaeMin
hanya diam dan menatap Key tajam. Aku tau meski TaeMin lebih muda dari aku, Key
ataupun ZhouMi, kemampuannya dalam permainan basket hampir sebanding dengan
kemampuannya menari. Menari dia sangat jago. Dan, aku akui kemampuannya bermain
basket juga lumayan. Dan, aku akui juga lawanku kini memang tangguh. Seorang
kapten basket dan ‘calon’ kapten basket. Tapi, kemampuan aku dan Key juga tidak
kalah. Terlebih dulu aku adalah mantan kapten basket, namun karena aku malas
latihan jadilah aku berhenti menjadi kapten basket. Dan, Key juga sedari kecil
dia sering bermain basket dengan SaengNeul yang adalah kapten basket juga.
Pertandingan
pun dimulai. Dan, aku akui bahwa permainan kami benar-benar kasar. Namun, itu
tidak diketahui oleh wasit. Aku tau bahwa TaeMin mengetahuinya, tapi apa boleh
buat dia sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa. Oleh sebab itu dia berusaha
agar selalu dia yang memegang bola. Tapi, percuma saja, pasti nantinya TaeMin
akan mengoper ke ZhouMi. Membuat aku dan Key dapat melukai ZhouMi.
----
ZhouMi
POV
Berbagai
dorongan, cakaran, pukulan, tendangan atau pun tonjokan aku rasakan saat
permainan dimulai. Aku tau inilah ancaman YeSung. Memang aku akui aku telah
membohonginya dan dia telah dapat membuktikan kebohonganku ini. Awalnya aku
terima-terima saja, tapi makin lama emosiku juga terpancing. Dan, jangan
salahkan aku, jika aku membalasnya. Tapi, apa boleh buat keadaanku yang sudah
tidak sehat dan lawanku yang berjumlah dua orang, membuatku selalu kalah. Aku
merasakan tubuhku benar-benar hancur akibat serangan dari YeSung dan Key yang
sama sekali tidak diketahui wasit. Dan, yang paling menyiksaku adalah penyakit
leukimiaku ini. Benar-benar menyiksaku.
Tanpa
aku sadari permainan telah berakhir. Aku hanya dapat memasukan satu bola ke
ring dan sisanya ada hasil TaeMin. Dan, skor hasilnya, aku dan TaeMin kalah
telak dari YeSung dan Key. TaeMin langsung berlari menghampiriku dan membantuku
untuk berdiri. Aku lihat YeSung dan Key tersenyum puas, mereka berjalan
mendekatiku dan TaeMin.
“Heh,
apa ini yang namanya kapten basket?”. YeSung bersuara dengan nada meremehkanku.
“Lebih
baik kau berhenti menjadi kapten basket, sebelum mempermalukan dirimu sendiri,
ZhouMi.” Key pun ikut-ikutan meremehkanku. Padahal, sebelumnya aku dan Key
menjalin persahabatan, karena SaengNeul. Namun, karena SaengNeul juga hubungan
kita berubah. Dan, pada akhirnya pun seperti ini.
“Uhuk…Uhuk…”.
Tiba-tiba,
rasa sakit itu menyergap dan menguasai tubuhku. Aku langsung menutupi mulutku. Aku
membukanya sedikit dan aku dapat melihat ada percikan darah di tangan kananku.
Kepalaku terasa berat dan tubuhku terasa sangat lemas.
“Baru
begitu saja sudah sakit. Kapten basket apaan, nih?” ujar Key.
“Ancamanku
sudah selesai. Kau sekarang akan benar-benar mengenalku, ZhouMi” ujar YeSung.
Aku mengerti ucapannya, tapi sayang aku tidak takut. Kini aku terlalu fokus
untuk menahan sakit ini. Dan, tiba-tiba aku benar-benar tidak dapat menopang
tubuhku.
BRUK
“ZHOUMI
HYUNG”.
“HEY,
KALIAN BERDUA JANGAN KABUR”.
Dua
teriakan TaeMin-lah yang dapat aku dengar, sebelum duniaku berubah menjadi
gelap gulita.
----
SaengNeul
POV
Aku
terus berlari menelusuri koridor rumah sakit ini. Aku mengangkat sedikit rok
gaun yang aku kenakan ini, yang menghalangi langkah panjangku. Aku sadar bahwa
YoungSaeng mengikutiku. Hatiku tidak menentu. Aku tau seharusnya aku senang
sekarang, karena setelah lulus aku akan menikah dengan YoungSaeng. Tapi, tidak
dapat aku pungkiri, kini hatiku benar-benar sakit. Aku terus menerus mengingat
sms terakhir TaeMin kepadaku.
_TaeMin_ :
‘Noona, ZhouMi hyung dirawat dirumah sakit. Hyung benar-benar kritis, noona’.
Pesan
singkat yang terdiri dari 11 kata itu benar-benar membuatku merasakan manis dan
pahit bersamaan. Aku telah sampai di depan ruang ICU. Aku berdiri di depan
TaeMin yang duduk menundukan kepalanya. Aku tau dia menyadari keberadaanku, aku
ingin memanggilnya dan meminta penjelasaan. Tapi, apa boleh buat, napasku yang
berantakan menahan semua keinginanku. Tanpa aku panggil, TaeMin telah
mengangkat wajahnya terlebih dahulu. Dia bangkit dari tempat duduknya.
“Apa
yang terjadi?” tanyaku dengan napas yang masih acak-acakan. Aku memperhatikan
keadaan TaeMin sekarang ini. Entahlah, aku merasa sekarang dia sangat
kecapekan. Tapi, ini tidak biasanya. Aku tau dia seorang penari professional, dia sangat jarang sekali
merasa capek setelah latihan. Kecuali, jika dia bermain basket.
“ZhouMi
hyung.” Mendengar TaeMin menyebut nama
ZhouMi membuatku tidak mempedulikan lagi keadaan TaeMin.
“Waeyo? Ada apa dengan ZhouMi?”. Aku
memegang kedua tangan TaeMin. Menguncang-guncangnya keras dan cepat. “Dia
baik-baik sajakan, TaeMin? Bilang kepadaku dia baik-baik saja!”. TaeMin tidak
menjawabku, dia menundukan kepalanya lagi. Aku merasakan sebuah tangan menepuk
salah satu pundakku. Menarikku lembut ke dalam dekapannya. Aku tau itu
YoungSaeng. Kini dia memelukku erat. Dia mengusap-usap punggung dan rambut yang
memang sengaja aku urai. “TaeMin-ah,
ZhouMi,” aku menangis. Sesenggukan memanggil dua nama itu.
“Mianhe, noona.” Aku mendengar TaeMin bersuara. Tapi, YoungSaeng tidak
membiarkan aku untuk keluar dari dekapannya. Aku tau YoungSaeng lebih
mengetahui keadaanku yang berada di dekapannya lebih bagus, dari pada aku
berada di luar dekapannya. “Ternyata ZhouMi hyung
mengidap leukimia stadium akhir. Aku baru tau tentang itu saat Dr. HanGeng
memberitahukannya. Dan, kata beliau, ZhouMi hyung
menolak mentah-mentah kemotrapi yang diusulkan olehnya”.
Penjelasan
TaeMin barusan benar-benar membuat tubuhku lemas. Tapi, aku sama sekali tidak
ingin pingsan. Jadinya, aku terus menangis. Aku memperkuat dekapan YoungSaeng
terhadap tubuhku. Dan, seperti tau maksudku, YoungSaeng pun juga mempererat
dekapannya.
----
YoungSaeng
POV
Aku
tau belahan jiwaku ini sedang shock berat.
Bagaimana tidak? Dia mendengar bahwa sahabatnya itu mengidap penyakit berbahaya
itu, sudah stadium akhir. Dan, kini sahabatnya itu sedang terbaring lemas di
dalam sana. Aku sebagai calon suami SaengNeul pun hanya dapat memberi kekuatan
kepada SaengNeul dan memberikan tempat menangisnya dengan cara memeluknya. Aku
tau itu tidak menyelesaikan masalah. Tapi, setidaknya itu dapat mengatasi
tindakan nekat SaengNeul yang mungkin saja akan menerobos masuk ke dalam sana.
Dan, mengacaukan konsentrasi para dokter dan suster di dalam sana.
“Ini,
minumlah sedikit.” Aku duduk di samping SaengNeul yang masih sesenggukan
menangis. Aku memberikannya sebotol air dingin. SaengNeul menggeleng pelan.
“Minumlah, meski itu hanya sedikit.” Aku berusaha membujuknya. Aku pun sedikit
memaksanya.
SaengNeul
pun menerima botol air ini, membukanya lalu meminumnya. Hanya beberapa teguk
saja, lalu ia menutupnya lagi dan memberikannya kepadaku. Aku hanya dapat pasrah.
Aku mengacak-acak kecil rambutnya. Dan, hanya ditanggapi dengan senyum kecil
dan hambar dari SaengNeul. Aku melihat ke samping SaengNeul. Namja bernama TaeMin itu sedang berdiri
menyadar di dinding, keadaannya pun tidak kalah kacaunya dengan SaengNeul.
Meski lebih kacauan SaengNeul.
KLEK
Tiba-tiba
pintu terbuka, sontak aku dan SaengNeul berdiri dari tempat kami duduk. Seorang
dokter yang mungkin namanya adalah HanGeng itu kini telah keluar dan kami
kerumuni.
“Bagaimana
keadaan sahabat saya dokter? Bagaimana keadaan ZhouMi?” tanya SaengNeul
langsung. Dr. HanGeng hanya dapat diam. Aku menggenggam erat salah satu tangan
SaengNeul. Berusaha menguatkan SaengNeul apa pun yang terjadi. Aku mendengar
Dr. HanGeng menghela napasnya berat. Dan, aku langsung berpikir bahwa sesuatu
yang pahit akan terjadi.
“Mianhe.” Hanya dengan satu kata itu saja
dapat membuat tubuh SaengNeul berguncang hebat. Aku dapat merasakannya dari
tangannya yang bergetar. Dan, pundaknya pun terlihat bergetar. Dr. HanGeng
melepaskan kacamatnya dan menghapus sedikit airmatanya. Lalu, kembali
memakainya. “Kami sudah melakukan semaksimal mungkin. Tapi, apa dikata, takdir
berkata lain”.
“Jangan
bilang kalau ZhouMi sudah meninggal” ucap SaengNeul yang menurutku perkataan
bodoh, karena ucapan Dr. HanGeng barusan sudah mengartikan seperti itu.
Dr.
HanGeng menggelengkan kepalanya pelan. “Belum. Tapi, dia benar-benar kritis.
Kita tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Dan, mungkin itu waktunya sebentar
lagi”.
Aku
yang mendengar ucapan Dr. HanGeng barusan itu jujur saja masih terdengar
menggantung untukku. Tanpa babibu lagi, SaengNeul langsung melepaskan
genggamanku dan berlari ke dalam ruangan. Dr. HanGeng pergi meninggalkan aku
dan TaeMin. Kami pun juga menyusul SaengNeul ke dalam. Aku melihat SaengNeul
berdiri tempat di samping ranjang ZhouMi. Aku tau ZhouMi sudah sadar, tapi,
sayang, tubuhnya benar-benar mungkin sudah tak sanggup lagi. Aku berjalan
mendekati SaengNeul.
“Nugu?”, aku mendengar ZhouMi bersuara
dengan sangat amat pelan. Aku benar-benar tidak tega melihatnya.
“Dia
calon suamiku, ZhouMi. Namanya YoungSaeng”, SaengNeul memperkenalkan diriku
dengan sesekali sesenggukan.
“Dangsineul hamnasebangamseumida” ucap
ZhouMi amat sangat pelan. Aku pun hanya dapat mengangguk sopan.
“SaengNeul,
uljima.” Aku tau bahwa ZhouMi
benar-benar tidak tega melihat sahabatnya itu kini menangisinya. Aku tau betapa
ZhouMi tambah merasa sakit melihat buliran air mata menghiasi wajah cantik
SaengNeul sekarang ini. Aku tau betapa ZhouMi tidak ingin melihat
mutiara-mutiara halus itu keluar dari kedua bola mata indah SaengNeul. Aku tau
semua itu. Memang aku tidak dapat merasakannya, tapi aku cukup mengetahuinya.
ZhouMi yang sangat menyayangi SaengNeul. Menyayanginya lebih dari pada
menyayangi dirinya sendiri. ZhouMi yang ingin melihat SaengNeul bahagia. Dan,
ZhouMi adalah sahabat sejatinya Sung SaengNeul.
----
SaengNeul
POV
Lautan
hitam itu kini hanya ditemani oleh sang bulan dan lima buah bintang. Tapi, di
mataku hanya ada dua buah bintang yang bersinar terang, satu buah bintang yang
berusaha mengikuti terangnya dua bintang lainnya dan dua buah bintang tersisa
yang tidak mempedulikan kekalahannya. Udara dingin terus menyergap, tapi aku
sama sekali tidak peduli. Meski aku tau entah untuk ke berapa kalinya aku
membenarkan jaketku agar aku tidak kedinginan.
Detik
terus berganti detik. Menit terus berganti menit. Jam terus berganti jam. Hari
terus berganti hari. Minggu terus berganti minggu. Bulan terus berganti bulan.
Tahun terus berganti tahun. Dan, tidak lupa, suasana yang terus berganti.
Senang. Sedih. Bahagia. Susah. Dan, pengalaman kita akan semakin banyak.
Kini
aku berdiri sendiri di balkon rumahku. Tepatnya bukan hanya rumahku, ini juga
rumah YoungSaeng, suamiku. Memang kami sudah menikah. Setelah aku lulus, kami
langsung menikah. Saat pernikahan aku sangat berharap bahwa sahabat-sahabatku
datang. Meski tidak dengan ZhouMi yang memang sudah mendahului kami semua. Aku
berharap YeSung dan Key datang, tapi apa boleh dikata. Seperti Dr. HanGeng
bilang waktu itu, ‘takdir berkata lain’.
Key dan YeSung mengalami kecelakaan dan menyusul ZhouMi didetik itu juga. Dan,
saat pernikahan aku menangis. Menangis terharu, bangga dan sedih. Aku terharu
dan bangga, karena aku telah resmi dengan seseorang yang memang benar-benar aku
cintai. Tapi, aku juga menangis sedih, karena aku sama sekali tidak dapat
melihat sahabat-sahabatku memakai tuxedo datang ke pernikahanku. Mereka telah
lebih dahulu mendahuliku, tanpa menunggu melihat aku memakai gaun pengantin dan
tanpa menunggu agar aku melihat mereka memakai tuxedo mereka. Di pernikahanku
hanya TaeMin yang datang dengan label sebagai sahabatku.
‘YoungSaeng, aku tau SaengNeul benar-benar
mencintaimu. Dan, aku juga tau kau juga mencintai SaengNeul. Kau harus bisa
membahagiakan SaengNeul, sahabatku. Dan, jangan pernah biarkan mutiara halus
itu menghiasi wajah cantik SaengNeul lagi’.
‘TaeMin-ah, aku tau kau bisa mengantikan
posisiku dengan label sahabat SaengNeul. Aku tau itu, karena kau adalah sahabat
yang baik. Cobalah menjadi sahabat yang baik untuk SaengNeul. Tapi, jangan
meniruku, ikutilah kata hatimu. Tapi, jangan pernah membiarkan buliran air mata
itu keluar kembali dari kedua bola mata SaengNeul’.
Itulah
yang diucapkan ZhouMi sebelum waktunya. Satu buah pesan untuk YoungSaeng agar
membahagiakanku, satu buah pesan untuk TaeMin agar dapat menjadi sahabat
untukku dan secara tidak langsung dua buah pesan untukku agar tetap mempunyai
semangat hidup.
“Eomma,” Aku mendengar sebuah suara lembut
namun keras memanggilku. Aku membalikan badanku. Anak kecil perempuan berlari
ke arahku, aku langsung mengendongnya dan mencium keningnya.
“Mimi,
ko belum tidur? Waeyo?” tanyaku.
Mimi,
anakku dan YoungSaeng. Aku sengaja memberikan nama Mimi kepada anakku, karena
Mimi juga merupakan nama ZhouMi, dulu aku pernah memanggilnya dengan nama itu.
Tapi, dia langsung marah. Dan, aku biarkan anakku aku panggil dengan nama itu. Toh tidak ada yang tau juga.
Mimi
menunjuk ke dalam rumah. Terlihat dua lelaki yang berjalan mendekatiku. Satunya
berhenti dan sisanya mendatangiku dan Mimi. Dia mengambil Mimi dari
gendonganku. YoungSaeng, dialah yang mengambil Mimi dari gendonganku.
Membiarkan Mimi, agar lebih dekat dengan appa-nya.
Aku tersenyum melihat lelaki satu lagi. TaeMin, dia tambah tampan. Meski sudah
sering bertemu, tapi entah kenapa TaeMin tiap hari tambah terlihat dewasa saja.
“TaeMin
ahjussi, besok kita main basket lagi ya” ucap Mimi. Aku terkekeh melihat Mimi
yang mewarisi jiwa tomboy-ku itu.
Jangan salahkan aku!
“Arra, nanti kita kalahkan appa dan eomma-mu, eoh?” ujar
TaeMin yang mengacungkan jempolnya.
“Ne, nanti habis itu kita menari lagi”
ucap Mimi lagi.
Aku
tersenyum melihat mereka berdua. YoungSaeng hanya dapat tersenyum melihat anak
kita yang sangat dekat dengan TaeMin. Seharusnya Mimi lebih dekat dengan
ZhouMi, Key dan YeSung, tapi apa mau dikata, takdir berkata lain. Dan, aku
hanya dapat pasrah. Toh, TaeMin dapat
menggantikan mereka bertiga. Dan, aku pun bersyukur, karena TaeMin-lah yang
menggantikan mereka bertiga. Dan, aku pun tidak lupa untuk bersyukur, karena
YoungSaenglah yang menjadi suamiku. Orang yang paling aku cinta.
The End…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar