Title : If You're Not Mine
Genre : tragedy, sad
Main Cast : Cho KyuHyun, Park YeSi (OC)
Support Cast : Cho RiHyun, Tan HanGeng, Kim JongWoon (YeSung)
Author : RistaMania
Length : OneShot
Rating : PG-15 (?)
Disclaimer : All casts in this ff are belong to God, but this story (ff) is mine. Don't be a plagiat!
----
‘Jika kau bukan milikku, maka tidak ada yang bisa memilikimu’-YeSi
‘Jika kau bukan milikku, lebih baik aku mati saja’-KyuHyun
----
Malam itu sangatlah dingin membuat bintang bahkan sang rembulan
enggan untuk menampakan dirinya. Karena, dingin yang mencekam itu membuat
setiap orang berpikir dua kali untuk keluar dari rumahnya yang hangat. Namun,
itu sebuah pengecualian untuk seseorang yang berjalan menuju sebuah tempat
dengan pakaian serba hitam.
Langkah orang itu berhenti tepat di sebuah tempat yang telah
didekorasi oleh beberapa orang yang ia kenal. Orang yang berpakaian hitam itu
adalah seorang yeoja cantik berambut
panjang itu mulai mengeluarkan barang yang berada di dalam tasnya. Ia mulai
memasang barang-barang tersebut di tempat yang menurutnya strategis untuk
melancarkan rencananya.
Tiga puluh menit kemudian, yeoja
cantik itu telah menyelesaikan pemasangan benda tersebut. Dia berjalan menuju
salah satu bangku yang berada di sana. Mendudukan dirinya di bangku tersebut,
dia melipat kedua tangannya di atas meja yang memang satu set dengan bangku
yang ia duduki, berikut dengan 3 bangku lain yang berada di dekatnya.
Klek. Lampu ruangan itu menyala. Bukannya takut, justru yeoja itu tersenyum meremehkan saat
lampu di ruangan itu menyala. Dia tidak menoleh sama sekali ke arah langkah
kaki yang mulai mendekatinya itu.
“Untuk apa kau berada di sini?”. Yeoja bermarga ‘Park’ itu melontarkan pertanyaannya kepada orang
yang menyalakan lampu ruangan ini yang sudah berdiri di sampingnya tanpa
menoleh ke arahnya sedikit pun.
Sang penyala lampu yang adalah seorang lelaki berumur 20-an itu
menatap miris ke arah yeoja yang
umurnya lebih muda itu. “Tidak bisakah kau tidak melakukan rencanamu itu,
YeSi?”.
Yeoja
yang dipanggil YeSi itu menoleh ke arah lelaki bernama lengkap Cho KyuHyun. Dia
menatap KyuHyun dengan tatapan meremehkan. “Cih, tidak sudi aku melakukannya.”
KyuHyun hanya dapat terdiam mendengar jawaban yang diberikan YeSi
barusan. Dia tidak tau harus menjawab apa lagi. Kemudian, dia memutuskan untuk
menatap lekat-lekat ruangan yang akan menjadi tempat paling berkenang untuk yeodongsaeng-nya besok. Tempat di mana
akan diadakan pesta pernikahan yeodongsaeng-nya
itu dengan lelaki yang umurnya lebih tua dari KyuHyun. Pesta pernikahan Cho
RiHyun dengan Kim JongWoon atau biasa dipanggil YeSung.
“Tempat ini akan menjadi penutup sejarah kebencianku atas yeodongsaeng-mu itu.” Yeoja bernama lengkap Park YeSi itu
bersuara, membuat KyuHyun menoleh ke arahnya. KyuHyun menatap yeoja itu lekat-lekat. Sedikit demi
sedikit, KyuHyun merasakan sesak di dadanya. “Pesta yang sudah
direncanakan dengan rapih olehnya akan aku hancurkan hanya dalam
satu kedipan matannya. Akan aku akhiri kata-kata manisnya yang mengatakan
bahwa dia mencintai YeSung oppa. Aku
akan mengakhirinya.”
Glek. Susah payah KyuHyun menelan ludahnya saat YeSi bersuara
seperti itu. Bersuara, mengancam yeodongsaeng
satu-satunya itu. Memang seharusnya KyuHyun marah kepada YeSi yang berniat
membunuh semua orang yang kelak turut serta dalam pesta itu. Namun, ada sesuatu
dalam lubuk hatinya yang menyuruhnya untuk tidak menentang keinginan yeoja gila ini.
Tidak mendapat respon sama sekali dari KyuHyun membuat YeSi
memutuskan untuk beranjak pergi. Dia memakai tas ranselnya kembali. Kemudian,
berdiri dari tempatnya duduk dan hendak pergi meninggalkan KyuHyun yang
sepertinya masih terkejut dengan ucapannya barusan, yang sesungguhnya sudah
berkali-kali YeSi mengatakannya. Baru satu langkah kaki, YeSi terpaksa tidak
melanjutkan langkahnya, karena KyuHyun mencegahnya. KyuHyun memegang salah satu
tangan YeSi. Dia membalikan badannya dan menarik tangannya, yang membuat yeoja berpakaian hitam itu harus berdiri
berhadapan dengan KyuHyun.
“Tidak bisakah kau melupakan YeSung hyung, YeSi?”. Begitulah pertanyaan yang dilontarkan oleh KyuHyun
yang membuat YeSi tersenyum aneh. Mereka berdua saling menatap dengan tatapan
yang berbeda. KyuHyun menatap YeSi penuh harap, sementara YeSi menatap remeh
KyuHyun. Mereka berbeda, sangat berbeda, terutama dalam masalah hati.
“Aku bosan mendengar pertanyaanmu itu, oppa” jawab YeSi.
“DAN, AKU BOSAN MELIHATMU YANG TERUS MENERUS BERUSAHA MEMISAHKAN RIHYUN
DENGAN YESUNG HYUNG. MEREKA AKAN
MENIKAH BESOK, KAU TIDAK BISA BERBUAT APA-APA LAGI. ITU MEMANG SUDAH MENJADI
TAKDIR MEREKA UNTUK BERSAMA, DAN ITU SUDAH MENJADI TAKDIRMU UNTUK TIDAK DAPAT
BERSAMA YESUNG HYUNG!”. Kedua mata
YeSi makin menatap tajam KyuHyun. KyuHyun membentaknya, membentaknya dengan
emosi yang benar-benar memuncak. “BISAKAH KAU MELUPAKAN YESUNG HYUNG? BISAKAH KAU UNTUK TIDAK HANYA
MELIHAT YESUNG HYUNG? DI SINI ADA
AKU! DI SINI ADA AKU YANG MENCINTAIMU! DI SINI ADA AKU YANG SELALU MENATAPMU!”.
Hening. Hanya deru napas KyuHyun saja yang terdengar, napas yang
berusaha KyuHyun atur kembali. Tidak ada yang bersuara, setelah KyuHyun
berhenti membentak yeoja yang berada
di depannya yang menjadi pujaan hatinya itu.
“Kalau kau mencintaiku, maka kau harus melakukan apa yang aku
inginkan. Melakukan apa yang dapat membuatku bahagai. Itulah yang akan
dilakukan oleh seseorang yang mencintaiku, BUKAN MENENTANGKU SEPERTI INI” ujar
YeSi menekanan beberapa kata terakhir yang membuat KyuHyun menatap sayu kedua
mata indah YeSi itu. “Cukup diam dan tidak memberitahukan rencanaku ini kepada
siapa pun.”
“Aku akan melakukannya” jawab KyuHyun yang dapat membuat YeSi
tersenyum manis. “Tapi, bisakah kau menghilangkan rencana terakhirmu itu?”.
Senyum manis YeSi langsung menghilang begitu saja. Ia mengalihkan pandangannya
dari KyuHyun yang menatapnya memelas, memohon agar YeSi memenuhi permintaannya
ini. “Jika kau tidak bisa hidup tanpa YeSung hyung, setidaknya hiduplah untukku. Untuk orang yang tulus
mencintaimu.”
Hening. Tidak ada yang bersuara sama sekali, hanya deru napas
teratur mereka saja yang terdengar. Suasana hening itu terus menyelimuti
mereka, hingga YeSi memilih untuk pulang ke rumahnya, meninggalkan KyuHyun yang
masih berdiri diam di tempatnya, tidak bergerak sama sekali. KyuHyun menatap
nanar punggung YeSi yang menjauh hingga punggung itu tidak dapat dijangkau lagi
oleh matanya. KyuHyun menutup kedua matanya rapat-rapat. Dia menutupi wajah
tampannya itu dengan kedua telapak tangannya. Tidak, dia tidak menangis. Dia
hanya berusaha mengontrol emosinya.
Dengan kasar, KyuHyun mendudukan dirinya di bangku yang tadi
diduduki oleh YeSi. Berkali-kali memukul keningnya, berharap mengurangi rasa
pusing atas masalah yang dihadapinya ini. KyuHyun sendiri sadar YeSi bersikap
seperti itu, karena dirinya. Dulu, mereka berempat menjalin persahabatan.
YeSung, RiHyun, KyuHyun, YeSi. Namun, persahabatan itu putus sejak KyuHyun
menjodohkan adiknya dengan YeSung. Perjodohan KyuHyun itu membuat YeSi menjadi
orang yang berbeda, seorang pun sama sekali tidak bisa mengenali dirinya dengan
sifatnya itu. Dan, keadaan semakin diperparah oleh RiHyun dan YeSung yang tidak
menolak perjodohan tersebut. KyuHyun menjodohkan mereka berdua, karena memiliki
alasan. Dia ingin YeSi menjadi miliknya, dia ingin YeSi menatapnya,
mencintainya seperti dirinya mencintai YeSi. Meski, KyuHyun sendiri tau bahwa
YeSi terlalu buta dengan cintanya kepada YeSung, yang percuma saja dipertahankan,
karena tidak akan pernah dibalas oleh YeSung. Sebab, YeSung tulus mencintai
RiHyun, begitu juga sebaliknya.
Love
Is Blind. Cinta itu buta. Dan, itulah YeSi. Dia rela melakukan apa pun,
agar YeSung menjadi miliknya. Meski itu harus melakukan kejahatan sekali pun.
Namun, sayang, kejahatan itu terus menerus dipatahkan oleh KyuHyun yang entah
bagaimana mengetahui gelagat nekat YeSi itu. Hingga rencana terakhir YeSi yang
sangat gila ini. KyuHyun tidak dapat melakukan apa-apa. Besok adalah hari
pernikahan serta pesta pernikahan YeSung dan RiHyun. Dan, YeSi memutuskan untuk
tidak mengharapkan YeSung kembali. Namun, YeSi tetap tidak merelakan YeSung
dimiliki oleh siapa pun. Dan, rencana gila itu terpikirkan oleh YeSi, yaitu
meledakan ruangan pesta YeSung dan RiHyun saat pesta berlangsung. Yang kemudian
diakhiri dengan sebuah rencana gilanya lagi, yaitu bunuh diri.
----
“Chukkae, YeSung-ah, RiHyun-sshi.” Ucapan selamat itu terdengar jelas di kedua kuping KyuHyun.
Dia menengok ke sampingnya, melihat sosok lelaki yang usianya lebih tua darinya
bernama HanGeng itu sedang memberikan selamat kepada sepasang pengantin baru
ini.
KyuHyun melihat ke depannya. Melihat yeodongsaeng dan hyung-nya
itu secara bergantian. Sebuah senyum sipul penuh arti terbentuk di bibirnya.
Mereka berdua terlihat sangat bahagia, mereka berdua pun sangat cantik dan
tampan dengan gaun dan tuxedo mereka.
“Aku pergi dulu ya, hyung,
RiHyun-ah” pamit KyuHyun yang
membuatnya ditatap oleh tiga pasang mata sekaligus. YeSung, RiHyun, HanGeng.
“Akh, waeyo, oppa?” keluh RiHyun yang kecewa dengan
keputusan KyuHyun barusan.
“Kau kesepian, karena tidak ada YeSi, eoh?” ujar YeSung yang berhasil membuat RiHyun dan HanGeng
terkekeh. Sementara KyuHyun, dia mengalihkan pandangannya dari tiga orang
tersebut. Memang, baik YeSung atau pun RiHyun, mereka berdua tau bahwa KyuHyun
mencintai YeSi. Namun, mereka berdua tidak tau bahwa sosok yang dicintai
KyuHyun itu mencintai YeSung.
‘Justru karena dialah aku
pulang, hyung’ jawab KyuHyun membatin.
KyuHyun tidak menjawab sama sekali. Dia hanya tersenyum sipul
kepada mereka bertiga. Kemudian, berjalan menjauhi tempat itu. Dia melirik ke
arah jam tangannya tepat saat dia sudah berada di dalam mobilnya. 14.55.
“Lima menit lagi” gumam KyuHyun yang mulai menjalankan mobilnya ke
suatu tempat. Sebuah tempat yang ia yakini pujaan hatinya berada di sana.
----
DUAR. DUAR. DUAR.
Sebuah ruangan di sebuah gedung meledak begitu saja. Memusnahkan
segala yang ada di dalam ruangan yang tengah menyelenggarakan sebuah pesta
pernikahan. Tanpa belas kasihan, semuanya musnah hanya dalam satu kedipan mata.
Memusnahkan semuanya. Pengantin, orang tua, pelayan, para tamu. Tanpa belas
kasihan. Tanpa membiarkan mereka berteriak kesakitan. Musnah begitu saja.
Seorang yeoja memakai dark blue dress itu mengetahui kejadian
itu. Mengetahuinya dan merasakannya, meski dia berada jauh dari tempat
kejadian. Yeoja itu terdiam di
tempatnya. Berdiri diam, menikmati semilir angin yang berusaha membawa rambut
panjangnya yang terurai bebas itu. Mungkin jika tidak dilihat dengan seksama yeoja itu terlihat sangat menawan.
Namun, itu hanya pendapat orang-orang yang tidak melihat apa yang berada dalam
genggamannya. Sebuah pistol.
Yeoja
cantik itu tersenyum manis saat mendengar suara mesin mobil berhenti tepat di
belakangnya. Tanpa menoleh sedikit pun, yeoja
yang tidak lain dan tidak bukan YeSi itu pun tau siapa sang pengemudi mobil
itu. Sang pengemudi mobil yang ia sadari sudah berdiri tepat di belakangnya.
“Hah.” YeSi menghela napasnya saat sang pengemudi mobil itu
memeluknya dari belakang dengan erat. Sang pengemudi mobil yang tidak lain dan
tidak bukan adalah KyuHyun.
Hening. Tidak ada yang berbicara sama sekali. Baik KyuHyun atau
pun YeSi, mereka berdua sama-sama tidak memiliki niatan untuk memulai
pembicaraan dengan alasannya masing-masing. KyuHyun menutup mulutnya
rapat-rapat, karena ia ingin merasakan sekali saja dapat memeluk tubuh orang
yang dicintainya. YeSi pun menutup mulutnya rapat-rapat, karena ia ingin membiarkan
KyuHyun merasakan apa yang lelaki itu inginkan dari dirinya.
Lima belas menit. Itulah batas waktu yang diberikan YeSi untuk
KyuHyun memeluk dirinya dengan erat. Dan, kini, YeSi melepaskan pelukan itu.
KyuHyun pun mau tidak mau harus merelakannya. YeSi membalikan badannya, agar
dapat berdiri menghadap lelaki yang masih setia mencintainya itu, meski dirinya
bisa dibilang sudah gila karena cinta itu.
“Gomapta, oppa” ujar YeSi yang membuat KyuHyun
tersenyum manis kepada dirinya. “Gomawo,
oppa telah melakukan apa yang
membuatku bahagia.”
KyuHyun menundukan kepalanya. Dia sendiri sadar bahwa dia telah
melakukan sebuah dosa demi membuat YeSi bahagia. Dia sendiri sadar bahwa dia
secara tidak langsung telah membunuh adik kesayangannya itu.
“Cheonmaneyo.” KyuHyun
mengangkat wajahnya, menatap yeoja
itu mantap dengan senyum yang tidak luntur dari bibirnya. “Apa pun akan aku
lakukan untukmu. Untuk seseorang yang aku cintai.”
YeSi tersenyum manis mendengar penjelasan KyuHyun barusan. Dia
sedikit tersipu mendengar penjelasan KyuHyun itu. Namun, sayang, hatinya,
cintanya dan raganya hanya untuk YeSung seorang, meski orang itu telah
meninggal di tangannya.
“Tapi, maaf, aku tidak akan melakukan seperti yang kau lakukan, oppa” ujar YeSi mengangkat pistol di
tangan kanannya. Dia meletakan moncong pistol itu tepat di kepalanya. “Aku akan
tetap melakukan rencana terakhirku.”
KyuHyun terkekeh mendengarnya. KyuHyun menundukan kepalanya
kembali dan kali ini tangannya menyusup ke dalam jas yang masih ia pakai. Ia
menarik keluar sebuah benda dari balik jasnya itu. “Kalau kau akan melakukan
rencanamu, maka aku akan melakukan prinsipku.”
Kedua mata YeSi membelalak melihat benda yang dikeluarkan oleh
KyuHyun. Sebuah pistol. KyuHyun meletakan moncong pistol itu tepat di mana
jantungnya tersimpan. YeSi tersenyum manis melihat KyuHyun seperti itu. KyuHyun
mengangkat kepalanya kembali, menatap YeSi mantap dengan senyum yang masih
setia berada di bibirnya.
“If you’re not mine, I’d
rather die.” Begitulah kalimat yang dapat dibaca oleh YeSi dari bibir
Kyuhyun yang bergerak tanpa suara yang membuat YeSi tersenyum sipul.
“If you’re not mine, so no
one can own you.” Kini KyuHyun-lah yang membaca gerak bibir YeSi. KyuHyun
pun tersenyum sipul saat membaca bibir YeSi itu.
DOR.DOR.
BRUGH.BRUGH.
Dua buah tembakan terdengar, kemudian terdengar dua buah benda
terjatuh keras, terpengaruh oleh gaya gravitasi Bumi. KyuHyun dan YeSi
benar-benar melakukannya. Mereka bunuh diri. Kemudian, tubuh mereka sama-sama
terjatuh keras, terpengaruh oleh gaya gravitasi. Mereka terlentang menghadap
langit yang cerah. Sang mentari pun bersinar terang. Dua pasang mata mereka
menikmati sinar matahari meski silau itu, sebelum akhirnya sinar terang itu
berganti dengan hitam gulita. Mereka menikmati deru napas mereka yang sama-sama
tersengal-sengal, sebelum akhirnya berganti dengan angin yang setia menemani
mereka.
The End...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar