Selasa, 14 Agustus 2012

LOVE

Title : LOVE
Genre : tragedy, sad
Cast : Cho KyuHyun, Kim JoonMyun (SuHo) EXO, Sung EunKyo (OC) , Cho RiHyun (OC) , Tan HanGeng
Author : RistaMania
Length : OneShot (2.208 words)
Rating : PG-15 (?)
Disclaimer : All casts in this ff are belong to God, but this story (ff) is mine

----

Siang ini langit begitu cerah, matahari menampakan dirinya ditemani beberapa gumpalan awan di langit biru itu. Suasana yang sangat tepat untuk mengisi hari ini dengan ceria. Namun, tidak berlaku untuk seorang yeoja yang duduk berhadapan dengan dokter pribadinya. Penjelasan yang beberapa waktu lalu diberikan oleh dokter pribadinya itu, membuat yeoja bernama lengkap Cho RiHyun itu terduduk diam, kaku.

Maaf, nona, saya harus mengatakan ini kepada nona. Kanker yang tumbuh di hati nona itu sudah menjadi sangat berbahaya. Kanker itu dapat merenggut nyawa anda kapan saja dia mau. Kami tidak bisa menghambat kanker itu seperti dulu lagi. Kami tidak bisa berbuat apa-apa, sebelum pendonor hati anda ditemukan. Maaf.

RiHyun mengedipkan kedua matanya, membuat dirinya tersadar dari lamunannya. Dia menatap dokter pribadinya itu lekat-lekat. “Berapa lama prediksi waktu anda saya dapat bertahan hidup, HanGeng-sshi?”. Orang yang dipanggil HanGeng itu terlihat terkejut mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh pasiennya itu. “Tidak perlu merasa keberatan denganku, HanGeng-sshi.”

HanGeng terlihat tersenyum sipul, namun terlihat miris kepada pasiennya itu. “Suatu keajaiban, jika kau bisa bertahan tiga hari ke depan, RiHyun-sshi.” Sama halnya dengan HanGeng, sebuah senyum sipul yang terlihat miris itu kini terbentuk di bibir RiHyun.

“Bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan gege selama sisa hidupku ini?” pinta RiHyun yang membuat HanGeng terdiam dengan mulut terbuka sedikit. RiHyun terkekeh melihat respon HanGeng itu. “Kau tau bahwa sebenarnya aku mencintaimu. Namun, kau menolakku secara lembut tanpa berkata-kata, tapi hanya dengan perilakumu. Aku tau bahwa kau menolakku, karena kau tidak ingin persahabatanmu dengan oppa-ku, KyuHyun, menjadi buruk. Selain itu, aku pun tau bahwa kau tidak mencintaiku, kau tidak memandangku sebagai seorang wanita, kau hanya memandangku sebagai seorang pasien yang mengidap kanker hati, kau hanya memandangku sebagai adik dari sahabatmu. Meski begitu, izinkan aku mengutarakan isi hatiku yang sesungguhnya, izinkan aku memanggilmu dengan sebutan gege.”

HanGeng menatap RiHyun penuh kekhawatiran. Dia tidak tau harus menjawab apa, dia tidak mencintai yeoja di depannya ini. Hatinya tertutup untuk sebuah kata cinta dan hanya terbuka lebar untuk kata persahabatan. Matanya pun tidak dapat memandang kata cinta, hanya sebuah kata persahabatan yang dapat dipandangnya.

“Jangan sungkan denganku, HanGeng-sshi. Aku akan menerima apa pun jawaban yang kau berikan.” Sebuah senyuman tanpa terlihat miris terbentuk di bibir HanGeng saat RiHyun bersuara.

“Kau boleh memanggilku dengan sebutan gege, RiHyun-a.” Terbaca jelas bahwa RiHyun terkejut bercampur senang mendengar jawaban yang diberikan oleh HanGeng itu. “Kau boleh mengutarakan isi hatimu yang sebenarnya kepadaku tanpa sungkan.” Sebuah seyum manis namun kecil terbentuk di bibir RiHyun saat HanGeng kembali bersuara. “Hampir seratus persen penjelasanmu tadi itu benar. Aku memang tau bahwa kau mencintaiku dan tanpa berkata-kata hanya dengan perilakuku, aku menolakmu secara lembut. Aku tau bahwa kau merasakannya juga, merasakan bahwa aku tidak dapat memandangmu sebagai seorang wanita,  aku hanya dapat memandangm sebagai seorang pasien yang mengidap kanker hati sekaligus adik dari sahabatku. Namun, dari penjelasanmu itu ada sesuatu yang salah. Aku tidak mencintaimu bukan karena tidak ingin persahabatku dengan KyuHyun memburuk. Justru KyuHyun memaksaku untuk mencintaimu, namun aku tidak bisa melakukannya.”

RiHyun tersenyum manis nan sipul mendengar penjelasan dari HanGeng barusan. Ia menundukan kepalanya, membuat rambutnya yang tidak menyentuh pundak itu hampir menutupi wajahnya yang terlihat lemah itu. “Gomapta, HanGeng gege. Wo ai ni, gege

----

Klek.

RiHyun keluar dari ruangan HanGeng dan langsung disambut oleh sahabatnya yang sudah ia anggap yeodongsaeng-nya itu. Sung EunKyo.

“RiHyun eonni, bagaimana? Eonni akan sembuh bukan?” tanya EunKyo penuh kekhawatiran.

RiHyun tidak menjawabnya. Dia hanya tersenyum sipul dan mengajak EunKyo makan ice cream di café kakaknya yang berada sedikit jauh dari rumah sakit tempat HanGeng bekerja. EunKyo tidak dapat menolaknya, dia merasakannya. Merasakan bahwa aura yeoja yang ia panggil eonni ini makin melemah. Dan, ia tidak suka itu.

----

Suasana antara EunKyo dan RiHyun benar-benar hening. Mereka terdiam menikmati ice cream yang beberapa waktu lalu telah mereka pesan dan kini tengah berusaha menghabiskannya. Mereka terdiam ditemani permainan harmonica dari kakak RiHyun yang menjadi pemilik café ini yang diberi nama Star Café. Selain, menjadi pemilik Star Café, kakak RiHyun yang bernama lengkap Cho KyuHyun itu memang sesekali menjadi artist di café tersebut yang sebenarnya artist tetap café itu adalah dua yeoja yang tengah menikmati ice cream mereka itu. Cho RiHyun. Sung EunKyo.

Tanpa diketahui oleh RiHyun yang asyik dengan ice cream-nya, ternyata EunKyo diam-diam mengeluarkan HP-nya dan mengirim sms kepada HanGeng. Kedua mata EunKyo melebar dan tubuhnya menegang saat membaca balasan dari HanGeng itu. Dia langsung mengangkat kepalanya, menatap RiHyun tidak percaya. Tanpa ia sadari, kini dirinya sudah memeluk RiHyun dari belakang. Dia melingkarkan kedua lengannya di leher RiHyun yang tidak tertutupi oleh rambutnya itu. Dia memeluknya erat, membuat RiHyun kaget menerima pelukan tiba-tiba itu. RiHyun tidak tau harus berbuat apa, dan ia hanya dapat terdiam saja. EunKyo melakukan itu bukan tanpa alasan, ia memiliki alasan. Sebuah alasan yang menyayat hatinya. Sebuah kenyataan di mana sebentar lagi ia akan kehilangan sosok sahabat sekaligus eonni seperti RiHyun. Dia tidak bisa menerimanya. Dia tidak ingin menerimanya. Dia rela melakukan apa pun. Dia rela kehilangan apa saja, asalkan eonni-nya itu baik-baik saja.

----

Hari sudah malam, malam yang dihiasi oleh salju yang turun membawa udara dingin menyelimuti malam itu. Udara dingin itu membuat siapa saja berpikir berkali-kali untuk keluar dari rumahnya yang hangat. Ditambah dengan malam hari yang sebentar lagi akan berganti menjadi dini hari, semakin membuat semua orang berpikir berkali-kali untuk keluar dari tempat tinggalnya yang hangat.

Namun, meski malam sudah ingin berganti menjadi dini hari, Star Café masih tetap menerima pelanggan yang berdatangan, meski hanya sedikit. Suasana malam di café itu sama saja dengan suasana café itu saat pagi, siang atau pun sore. Tidak ada yang berbeda, hanya jumlah pelanggannya yang berbeda. Jika pagi hingga sore hari, pelanggan mereka akan melebihi angka 50. Namun, untuk malam yang akan berganti dini hari seperti ini, pelanggan mereka tidak akan melebihi angka 15. Kini Star Café masih melayani sedikitnya satu pelanggan. Pelanggan itu menghabiskan pesanannya ditemani alunan lagu yang dimainkan oleh seorang yeoja yang tengah duduk di depan white grand piano yang berada di panggung kecil café itu. Yeoja yang tidak lain dan tidak bukan adalah RiHyun itu membiarkan jari-jarinya menekan tus-tus white grand piano yang menjadi piano kesayangannya itu menghasilkan sebuah lagu sedih. RiHyun menangis diam dalam permainannya, ia menangis bukan karena alunan lagu yang ia mainkan itu terdengar menyayat hati. Melainkan, karena, kematian sahabatnya sekaligus yeodongsaeng-nya akibatnya. Karenanya.

PRANG.PRANG.PRANG.

“BISA KAU HENTIKAN PERMAINAN PIANOMU ITU, HAH???!!!”.

DOR. DOR. DOR.

JRENG.

BRUGH.

Semuanya terjadi begitu cepat. Satu-satunya pelanggan Star Café di malam itu yang adalah seorang namja bernama lengkap Kim JoonMyun itu bangkit dari tempat duduknya, menjatuhkan dengan kasar semua yang berada di atas mejanya. Tidak hanya itu yang dilakukannya. Namja yang biasa dipanggil SuHo itu pun berteriak keras kepada RiHyun seraya mengeluarkan sebuah pistol dari balik jaket yang ia kenakan. Namja bermarga Kim itu pun menembak yeoja itu tiga kali, membuat tubuh RiHyun kehilangan nyawanya seketika, jatuh di atas tus-tus piano yang membuat sebuah nada tidak beraturan yang memekakan telinga. Tubuh langsing nan tinggi itu pun perlahan jatuh menghantam lantai café itu.

Klek.

“Ada apa i…?”.

Sebuah pintu dari beberapa pintu di Star Café itu terbuka, menampakan seorang namja yang langsung terkejut melihat seseorang yang terkapar di atas lantai dekat white grand piano miliknya yang kini digenangi oleh darah yeoja itu.

SuHo menatap tajam ke arah namja itu yang terlihat kaget dan marah melihat adiknya mati dengan cara seperti itu. Memang namja itu adalah pemilik Star Café sekaligus kakak dari RiHyun yang baru beberapa menit lalu meninggal. Seorang namja yang juga bermarga Cho yang bernama KyuHyun.

KyuHyun yang menyadari bahwa sebuah tatapan tajam mengarah kepadanya pun menengok ke sumber tatapan. Kedua matanya langsung menatap tajam namja yang tidak asing untuknya itu. Seorang namja yang menjadi musuhnya dalam memperebutkan cinta EunKyo.

“YACK, KIM JOONMYUN, APA YANG KAU LAKUKAN? KAU BENAR-BENAR SUDAH GILA???!!!”. KyuHyun berteriak sekuat tenaga. Melepaskan segala emosinya yang tiba-tiba muncul dan langsung mencapai batasnya. “AKU TAU BAHWA KITA INI MUSUH DALAM MEMPEREBUTKAN CINTA EUNKYO, TAPI KENAPA KAU MELIBATKAN YEODONGSAENG-KU? KENAPA KAU MEMBUNUHNYA? APA SALAHNYA? APA KAU TAU DIA BARU BEBERAPA HARI MERASAKAN HIDUP TANPA KANKER DI HATINYA. DAN, KINI KAU DENGAN SEENAKNYA SAJA MEMBUNUHNYA. KAU, SIALAN!!!”.

“Hahaha.” Emosi KyuHyun benar-benar memuncak. SuHo tertawa keras, setelah KyuHyun berteriak sekuat tenaga. KyuHyun hanya dapat terdiam melihat SuHo tertawa keras, kedua tangannya terkepal kuat, menahan emosi yang sebenarnya sudah tidak dapat ditahan itu.

“Hehe.” Setelah tiga menit, SuHo berhenti tertawa. Kini hanya kekehan yang terdengar darinya yang semakin membuat KyuHyun menatapnya tajam, lebih tajam dari pisau dapur.

“Kenapa aku membunuh yeodongsaeng-mu, hah? Kenapa aku melibatkan RiHyun yang katamu tidak terlibat dalam permusuhan kita memperebutkan cinta EunKyo, hah? Kau masih menanyakan pertanyaan itu kepadaku, hah?”. Kali ini SuHo-lah yang berteriak. Dia menatap KyuHyun tajam-tajam. Meski napasnya memburu, dia masih dapat terus berteriak kepada namja yang umurnya lebih tua darinya itu. Dan, tanpa sadar, ia melempar pistol yang berada dalam genggamannya itu ke lantai yang tidak jauh darinya dan sangat jauh dari KyuHyun. “Jelas-jelas RiHyun terlibat, HYUNG. EunKyo mati, karenanya. EunKyo rela mati, karenanya. EunKyo rela memberikan hatinya kepada adikmu. EunKyo rela menjadi pendonor untuk sahabatnya. Kau masih bilang dia tidak terlibat, CHO KYUHYUN.”
Terbaca jelas bahwa KyuHyun terkejut mendengar penjelasan dari SuHo barusan. Terlihat jelas bahwa namja pemilik Star Café itu tidak tau apa-apa tentang hal yang baru saja dijelaskan oleh namja yang lebih muda darinya itu. Kedua matanya membesar mengetahui kenyataan pahit itu. Tubuhnya langsung menegang mengetahui bahwa yeoja yang ia sukai telah tiada, karena yeodongsaeng-nya. Detak jantung dan deru napasnya langsung memburu saat mengetahui bahwa hati yang selama ini telah membuat RiHyun dapat menjalani hidup beberapa hari tanpa kanker adalah hati EunKyo.

“Cih, kau bilang kau mencintai EunKyo, kau bilang kau menyayangi yeodongsaeng-mu itu.” Kembali, teriakan SuHo-lah yang terdengar. “Tapi, apa nyatanya? Hal penting seperti ini saja kau tidak mengetahuinya. Kau benar-benar memalukan, Cho KyuHyun.”

KyuHyun menundukan kepalanya mendengar fakta yang diutarakan oleh SuHo itu. Kedua tangannya tidak lagi terkepal kuat, kini kedua lengannya terlihat lemah dengan sedikit tenaga yang terlihat tidak cukup untuk memukul seorang wanita sekali pun.

“Hehe.” Kedua mata SuHo kembali menajam saat ia mendengar kekehan KyuHyun yang sangat terdengar ke-evil-annya itu. KyuHyun mengangkat kepalanya tetap dengan kekehan iblisnya itu. KyuHyun menatap SuHo tajam, namun santai.
“Yang mengetahui hal itu hanya kau dan HanGeng hyung saja bukan, eoh? Mengakulah! Kau menutupinya bukan? Kau menutupinya, padahal EunKyo tidak menyuruh siapa pun untuk menutupinya, bukan? Cih, caramu sangat licik, SUHO. Caramu sangat murahan, KIM JOONMYUN.” Kali ini KyuHyun-lah yang bersuara, sementara SuHo hanya terdiam.

Sret. Brak.

KyuHyun mengeluarkan suatu benda dari balik jaket yang ia kenakan. Sebuah pistol. SuHo yang mengetahui bahwa benda itu adalah pistol, segera ia melompat mengambil pistolnya. Dan, secara bersamaan, mereka berdua sama-sama mengarahkan moncong pistol mereka ke lawan mereka yang sama-sama melakukan hal yang sama.

DOR.DOR.DOR.

DOR.DOR.DOR.

----

Kini langit menjadi sebuah lautan hitam tanpa apa pun menghiasinya. Bukan, ini bukanlah malam hari. Memang lautan hitam hanya akan terlihat saat malam hari. Namun, sekarang bukanlah malam, melainkan siang. Suatu siang yang seharusnya diatapi oleh lautan biru cerah dengan matahari dan beberapa gumpalan awan yang menghiasinya. Namun, bukan itu yang sekarang terjadi. Melainkan, beratus-ratus atau mungkin beribu bahkan berjuta-juta gumpalan awan gelap menutupi langit yang tidak membiarkan sang mentari menampakan sedikit saja cahayanya. Gelap yang membawa udara dingin mencekam kulit itu sangat cocok dengan suasana hati seorang dokter bernama lengkap Tan HanGeng yang tengah berada di depan beberapa makam orang yang ia kenal. Hanya makam yang berada tepat di depannya saja yang belum ia berikan rangkaian bunga, yang rangkaian itu masih berada di dalam genggamannya. Sementara ketiga makam lain sudah ia beri rangkaian bunga.

“Kau mau tau sesuatu Cho RiHyun?” tanya HanGeng yang ia sendiri tau bahwa tidak akan pernah dijawab oleh orang yang ia ajak berbicara itu.

“Akulah yang memberitahukan EunKyo keadaanmu yang sebenarnya. Sejujurnya aku masih berbohong kepadamu tentang kanker yang berada di dalam tubuhmu itu. Sesungguhnya, esok harinya saja kau masih dapat bernapas, itu adalah suatu keajaiban. EunKyo yang mengetahuinya langsung menjadi pendonor untukmu, untuk orang yang sangat berharga baginya, lebih dari seorang namja yang berada di dalam hatinya.” HanGeng menengok ke arah salah satu makam di mana EunKyo beristirahat. Kemudian, kepalanya kembali menoleh ke arah makam di mana RiHyun beristirahat.

“Dan, akulah orang yang menemukan jasadmu, KyuHyun dan SuHo yang sama-sama mati, karena tiga buah tembakan.” Kini HanGeng menoleh ke arah makam di mana SuHo, KyuHyun dan RiHyun beristirahat satu per satu yang berakhir pada makam RiHyun.

HanGeng mengambil satu langkah kecil. Kemudian, ia meletakan rangkaian bunga itu di atas makam RiHyun. “Kau pun juga perlu mengetahui sesuatu yang sangat penting RiHyun-ah, yaitu aku mulai mencintamu sejak pertama kali kau memanggilku dengan sebutan gege. Mulanya, aku berusaha menolak cinta ini. Namun, rasa ini semakin membesar saat aku melihatmu menjalani operasi. Raut ketakutan di lekuk wajahmu yang cantik itu terbaca oleh kedua mataku, RiHyun-ah. Aku tau ini terlambat. Namun, izinkan aku mengutarakan isi hatiku yang sesungguhnya, izinkan aku memanggilmu chagiya. Wo ai ni, RiHyun-ah. Wo ye ai ni, chagiya.”

Langit langsung menangis saat kata cinta itu terlontar dari mulut HanGeng. Langit menangis tanpa isak yang akan membuat petir yang dapat membelah langit itu. Namun, isak mulai terdengar, petir mulai menyambar, membelah langit, saat HanGeng mengambil langkah meninggalkan keempat makam orang yang dikenalnya itu. Meninggalkannya tanpa mutiara lembutnya, namun dengan rasa sakit yang memilukan hati.

The End...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar