Sabtu, 25 Agustus 2012

I'm Not Cry, 'Cause Too Sad Part 1


Title : I’m Not Cry, ‘Cause Too Sad
Genre : Love, Friendship, Family, Romance (maybe)
Main Cast : Kim HeeChul, Kim HeeYun (OC)
Support Cast : Cho KyuHyun
Author : RistaMania
Length : TwoShot (5.491 words)
Rating : PG-15 (?)
Disclaimer : All casts in this ff are belong to God, but this story (ff) is mine

----

Author POV

Pagi sudah datang, namun matahari enggan untuk menunjukan dirinya. Langit masih terlihat gelap dengan embunnya.

Pagi ini sangat dingin.’ Itulah yang berada di benak yeoja itu. Seorang yeoja yang berada di dalam kamar mandi, membiarkan dirinya basah, karena air yang keluar deras dari shower yang berada di atasnya. Bukan. Dia membiarkan air itu membasahinya dan deru air yang terdengar itu, bukan untuk menenggelamkan isak tangisnya. Dia tidak menangis, tidak ada sungai kecil di pipinya. Namun, sesaklah yang ia rasakan. Dan, ia melakukan itu semua, karena ingin menggantikan rasa sesak ini dengan dingin dari air shower ini.

Klek. Pintu kamar mandi yang sedari tadi tertutup itu, kini terbuka membuat yeoja bernama lengkap Kim HeeYun itu menengok ke sumber suara. Kedua mata sayunya mendapatkan kekasihnya berdiri menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. HeeYun langsung memalingkan wajahnya dan kembali merapatkan tubuhnya dengan kedua kakinya. HeeYun tau bahwa kekasihnya itu sedang berjalan mendekati dirinya, dan kini sudah berada tepat di depannya.

“Apa kau menyesal? Mianhe, jeongmal mianhe.” HeeYun mendengar sebuah suara. Suara favorite-nya itu terdengar lemah dan meminta maaf kepada dirinya.

HeeYun memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya, menatap mata kesukaannya itu. Tidak lama senyum samar terbentuk di bibir HeeYun yang masih bergetar itu. Kepalanya bergerak perlahan. “Aniyo, oppa. Aku tidak menyesal sama sekali.” HeeYun bersuara, memberikan jawabannya. Saat mendengar jawaban dari HeeYun itu membuat kekasihnya langsung merengkuh tubuh HeeYun ke dalam pelukannya. HeeYun hanya diam, tidak membalas dan tidak menolak. Dia hanya menyandarkan kepalanya di dada bidang kekasihnya itu.

Flash Back : On-HeeYun POV-

Annyeong haseyo, joneun Kim HeeYun imnida. Aku adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas terkenal di Korea Selatan. Kini aku berada di semester terakhir. Aku pun tinggal mandiri tanpa bantuan orang tuaku, di apartment sederhana yang aku beli sendiri dari hasil kerjaku di sebuah café dan juga sebagai photographer. Aku pun mempunyai seorang namjachingu bernama Cho KyuHyun. Dia adalah seonbae-ku yang berasal dari keluarga ternama. Selulusnya dari universitas ini, dia langsung meneruskan perusahaan milik ayahnya. Dia pun berjanji akan menikahiku, setelahnya. Sempurna bukan hidupku?

“Hah.” Aku menghela napasku berat seraya memutar kunci di lubang pintu apartment-ku ini.

Klek. Setelah mendengar sebuah suara, aku masuk ke dalam apartment sederhanaku ini. Aku baru pulang dari kegiatan berbelanjaku untuk sebulan ke depan. Aku menyalakan lampu apartment-ku, lalu berjalan menuju dapur. Aku meletakan belanjaanku di atas meja makanku, kemudian berjalan menuju kulkas dan membukanya. Aku mengambil sebuah kaleng minuman dan membukanya.

Grep. Belum sempat aku meminum isi kaleng ini, aku merasakan sepasang tangan melingkar di perutku dan sebuah dagu menyandar di pundakku, hembusan napas pun aku rasakan menggelitik kupingku yang tidak tertutup oleh rambutku yang aku kuncir. Aku menoleh dan mendapatkan kekasihku adalah pelakunya. Cho KyuHyun. Aku tersenyum menerima tingkah lakunya itu. Dia memang aku berikan kunci candangan apartment ini. Tentu, ia dapat masuk dan keluar dari apartment-ku sesukanya, but I don’t care.

Dengan sekali kedipan mata, dia sudah membalikan tubuhku. Aku menatap kedua matanya yang juga menatapku. Aku mengeryitkan keningku, aku tidak mengerti dengan tatapannya ini.

Deg.Deg.Deg. Entah kenapa jantungku bergedup kencang. Bukan. Bukan karena KyuHyun, tapi aku merasakan sesuatu yang buruk cepat atau lambat akan terjadi. Entah itu apa, yang pasti akan benar-benar terjadi. Aku tau itu, karena perasaanku selalu benar.

“Apa kau benar-benar mencintaiku?” tanyanya dengan nada dan tatapan serius, tanpa kebohongan di baliknya.vAku tersenyum mendengarnya. “Ne, oppa. Jinja saranghaeyo. Jeongmal.”

Kemudian, dia tersenyum sipul. Mataku membelalak menyadari wajahnya mulai mendekati wajahku, membuat aku dapat merasakan deru napasnya yang memburu itu menerpa wajahku. Perlahan, aku memejamkan kedua mataku. Kemudian, dia langsung menciumku penuh napsu. Dia menarik tengkukku dan aku tidak dapat melawan, karena kekuatannya lebih besar dariku. Dan, aku sadar bahwa dia telah menggendongku tanpa melepaskan ciuman ini. Dia membawaku ke dalam kamarku.

Klek

Flash Back : Off-HeeYun POV-

----

KyuHyun POV

Aku melepaskan pelukanku ini. Tubuhku menjadi basah, sama seperti tubuh yeoja yang sangat aku cintai ini. Kim HeeYun. Aku memegang salah satu pipinya lembut. Sekilas, Aku mengecup bibirnya.

“Aku pulang dulu, eoh?” izinku kepada yeojachingu-ku yang aku yakini sebentar lagi akan menjadi istriku. Aku hendak bangkit dari tempatku duduk. Namun, terhenti, karena HeeYun mencegahku.

“Jangan pulang, aku punya firasat yang tidak baik, oppa” ucap HeeYun dengan bibir yang sudah memucat. “Jebbalyo.”

Aku tersenyum mendengar kekhawatirannya itu. Aku segera kembali duduk di depannya. Aku mengecup kedua pipinya, keningnya, dagunya dan kedua kelopak matanya. Kemudian, aku menatap lekat kedua mata sayunya itu.

“Tidak perlu berfirasat aneh-aneh, aku akan baik-baik saja. Aku hanya ingin pulang dan meminta izin appa dan eomma untuk segera menikahimu dan bertanggung jawab, eoh?” jelasku. Dia hanya terdiam mendengar penjelasanku barusan. “Lebih baik kau segera mandi, aku menunggumu di luar.”

Aku pun segera keluar dari kamar mandi ini, menunggunya di ruang tamu. Aku berusaha untuk tenang dengan ingatanku yang terpenuhi oleh tingkahkutadi malam yang terbilang nekat. Aku melakukan ‘itu’ dengannya. Aku benar-benar tidak sadarkan diri. Dan, aku berjanji kepadanya bahwa aku akan bertanggung jawab. Promise.

Beberapa menit kemudian, HeeYun keluar dari kamarnya dan berjalan mendekatiku. Dia duduk di sampingku, menyandarkan kepalanya di salah satu pundakku. Aku melirik ke arahnya, dia membuka kedua matanya lemah dan aku hanya dapat tersenyum sipul. Aku memilih untuk menonton TV yang memang sejak tadi sudah aku nyalakan.

Hampir setengah jam, aku dan HeeYun berdiam diri dengan posisi yang tidak berubah sedikit pun. Aku melirik ke arah HeeYun saat merasakan deru napasnya sudah teratur kembali, namun terasa panas. Aku menghela napasku melihat HeeYun yang sudah terlelap. Aku tau bahwa dia sedang sakit dan depresi dengan apa yang kita lakukan tadi malam.

CUP. Aku mengecup lembut keningnya, lalu menggendong tubuhnya menuju kamarnya. Aku membaringkan tubuhnya di atas ranjang, lalu menyelimutinya. Aku berjalan keluar kamar dan mengambil kompresan. Aku mengompresnya, aku tau dia mulai demam dan tidak mungkin aku membiarkannya sakit.

Setelah memastikan bahwa HeeYun akan baik-baik saja, aku keluar dari apartment ini. Aku memutuskan untuk pergi ke rumahku dan mengutarakan keinginanku kepada appa dan eomma-ku.

Aku merasakan HPku bergetar, aku pun memberhentikan mobilku entah dimana. Aku mengambil HPku dan membaca sms dari HeeYun.

Kenapa oppa pulang? Sungguh, aku punya firasat buruk, oppa.’

Aku tersenyum membaca smsnya. Aku pun mengetik balasannya, kemudian mengirimnya.

‘Gwaencahanayo, HeeYun-ah. Lebih baik kau istirahat dulu. Kau demam. Saranghaeyo.’

“Hah.” Aku menghela napasku berat. Entah kenapa, aku menjadi khawatir mengetahui HeeYun mempunyai firasat buruk seperti itu.

TINTINTIN. Aku menoleh ke samping kiriku. Mataku terbelalak mendapati bahwa aku berhenti tepat di perempatan dengan lampu yang kini berwarna hijau. Aku berteriak sekuat-kuatnya saat sebuah truk melaju kencang menuju ke arah mobilku.

----

HeeYun POV

Aku menatap pemandangan kota Seoul ini dengan tatapan sendu. Aku memegang dadaku. Entah kenapa, dadaku selalu terasa sesak sejak aku mempunyai firasat yang buruk dan KyuHyun mengacuhkannya. Aku sudah melewati beberapa hari tanpa ada kontak dengan KyuHyun. Dan, aku mengalami hari-hari yang lumayan berat, karena aku mengalami efek akibat dari ‘melakukannya’ dengan KyuHyun. Aku hamil. Dan, aku hanya dapat diam menunggu KyuHyun melamar dan menikahiku.

“Hah.” Aku menghela napasku berat saat mendapati hari sudah beranjak sore.

Aku beranjak memasuki apartment-ku. Aku memasuki kamarku dan berjalan menuju meja belajarku. Sudah beberapa hari ini aku tidak masuk kuliah. Aku terbawa malas, karena aku hanya perlu memberikan makalahku yang sudah selesai ini. Aku melihat ke arah HPku yang berada di atas meja kayu ini. Masih belum ada sms atau pun telepon masuk. Aku yang mendapati kenyataan yang sama pun hanya dapat menghela napasku berat.

----

Author POV

Sudah hampir dua minggu, HeeYun tidak meninggalkan apartment-nya itu. Dan, dalam waktu yang sama pula, HeeYun mengalami masa-masa sulitnya.

Kini HeeYun sedang duduk di depan meja belajarnya, dia sedang berkutat dengan laptopnya dan earphone yang terpasang cantik di kepalanya, menikmati alunan musik yang berputar. Entah atas dasar apa, HeeYun mencari berita dua minggu lalu di internet lewat modem yang ia pasang.

Klik. Saat menemukan berita yang menarik perhatiannya dan tanpa perasaan aneh sedikit pun, HeeYun membuka berita tersebut. Kedua matanya mulai membaca dengan seksama berita tersebut. Matanya melebar saat mendapat inti dari berita tersebut. Tangan kananya membengkap mulutnya yang sudah hampir berteriak tidak percaya. Dan, sekali lagi, dia tidak menangis. Namun, sesak mulai menyerangnya, sesak itu pun semakin menjadi tiap detiknya.

Seorang namja penerus perusahaan terkenal mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya. Namja itu mengalami kecelakaan saat ia hendak menuju rumahnya. Namja yang mati muda ini bernama Cho KyuHyun.

HeeYun tidak percaya dengan berita yang dibacanya itu. Dia pun segera mencari kebenaran berita tersebut, mencoba mencari fakta bahwa berita itu hanya sebuah bohong belaka. Namun, percuma usaha yang ia lakukan. Berita itu benar. Dan, HeeYun yang menerima kenyataan itu pun hanya dapat terdiam. Dia merutuki dirinya sendiri yang sejak dua minggu lalu tidak membuka intenet atau pun menonton TV seperti biasanya, hingga membuatnya ketinggalan berita yang sangat penting ini. Berita bahwa appa dari anak yang ada di kandungnya ini meninggal.

----

HeeYun POV

Anda harus menjaga kondisi anda, agar kandungan anda tidak mengalami gangguan. Dan, jangan terlalu banyak berpikir, karena itu juga dapat mengganggu kondisi janin anda.’

Mulutku terkunci rapat, tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun. Aku membiarkan kakiku melangkah sesukanya. Kedua mataku pun tidak terlalu dapat melihat jelas akibat kekurangan tidur. Aku sungguh frustasi dengan berita yang menyatakan bahwa namjachingu-ku sudah tidak berada di dunia yang sama denganku. Dua hari yang lalu, aku datang ke rumahnya dan ditolak mentah-mentah oleh orang tuanya. Mereka membantah kenyataan bahwa KyuHyun telah menghamiliku, mereka membantah bahwa anak yang dalam kandunganku ini adalah keponakan mereka. Kemarin, aku pulang ke rumah eomma dan appa-ku. Mereka menolakku, mereka pun tidak mengakuiku sebagai anak lagi, karena apa yang aku lakukan. Mereka tidak mengakui aku sebagai darah daging mereka lagi. Benar-benar menyedihkan hidupku ini.

Entah kenapa langkahku berhenti, aku tidak tau aku berada di mana. Aku menundukan kepalaku dalam-dalam. Aku tidak menangis. Namun, aku merintih. Merintih, karena sesak di dadaku yang semakin menjadi. Dan, itu membuatku tidak mempedulikan suara yang berada di sekelilingku.

TinTinTin.”Yack, babo!”.

Hanya suara klakson mobil dan sebuah umpatan dari suara asing yang dapat aku dengar. Setelah itu, aku merasakan tubuhku berpindah dari tempat yang tadi aku pijak. Dan, aku merasakan seseorang mendekapku.


“Yack, apa kau ingin mati, eoh?”.

Kembali. Aku kembali mendengar suara asing itu. Aku mengangkat kepalaku melihat seorang namja asing sudah berdiri di depanku. Dia sudah melepaskan dekapannya. Kini namja berkulit putih yang tadi mengumpat itu terdiam. Aku tersenyum sinis melihatnya. Entah apa yang dia pikirkan, aku tidak peduli. Aku melangkah mundur, membalikan badanku, lalu melangkah pergi meninggalkan namja yang masih terdiam itu.

----

Author POV

HeeYun terus berjalan menjauhi namja yang tanpa diketahuinya itu telah menyelamatkan nyawanya yang hampir melayang akibat tersentuh oleh mobil tadi. Namja berkulit putih dan berambut hitam itu menatap punggung HeeYun yang menjauh dari balik kacamata hitam yang dipakainya itu. Beberapa menit kemudian, namja itu tersadar dan kembali mengumpat kecil. Namja bernama lengkap Kim HeeChul itu terdiam menyadari kebodohannya yang membiarkan yeoja itu pergi begitu saja.

“Yack, neomu baboya!” umpatnya seraya menjitak kepalanya sendiri. Dia melepaskan kacamata hitamnya, matanya tetap melihat ke arah tempat di mana punggung HeeYun sudah menghilang. “Aku harus tau namanya, dia benar-benar membuatku gila.” Setelah bersuara, HeeChul mengambil langkah yang bertolak belakang dengan arah HeeYun. Dia memutuskan untuk meneruskan perjalanannya yang sempat tertunda.

----

HeeChul POV

“Hah.” Aku menghela napasku berat.

Kini aku berdiri di depan kaca besar yang berada di dalam kamarku. Aku sangat frustasi. Entah sudah berapa kali, aku mengganti pakaian yang akan aku pakai untuk menemuinya. Aku melirik ke arah jam dinding yang terpajang. 11.30. Berarti sudah hampir satu setengah jam, aku melakukan hal yang sama yang terlihat sangat bodoh ini. Merasa sudah menjadi orang yang sangat bodoh, aku pun mengambil asal pakaian dari dalam lemariku. Aku langsung melepas pakaian yang tadi melekat di tubuhku dan menggantinya dengan pakaian yang baru aku ambil. Aku melihat bayanganku di kaca besar. Rambut hitam sepundak,  kaos putih bergambar, jaket biru dan celana jeans panjang. Aku tersenyum sipul.

Kemudian, aku berjalan mengambil kunci mobilku yang berada di atas meja belajarku dan turun ke bawah mengambil mobilku yang terparkir manis di dalam garasi. Aku melajukan mobil ini menuju sebuah tempat dengan alamat yang sesuai dengan apa yang tertera di kertas yang aku pegang ini.

Beberapa menit kemudian, aku sudah berdiri di depan sebuah pintu kayu apartment sederhana. Aku bingung ingin mengetuknya atau tidak. Lalu, kedua mataku melirik ke arah angka-angka yang tertera di jam tanganku. 12.00. Kebanyakan orang tidak berada di rumah di tengah hari seperti ini. Aku pun terkekeh pelan menyadari kebodohanku yang semakin menjadi, karena yeoja tempo hari itu. Kini aku berdiri di depan apartment-nya. Aku memang mencari seluruh tentangnya, meski hanya sekedar nama dan tempat tinggal yang baru aku ketahui. Sementara yang lainnya, aku ingin tau dari mulutnya sendiri.

Aku menarik napas dalam-dalam, berusah mengumpulkan keberanian untuk sekedar mengetuk pintu apartment ini.

TokTokTok. Tiga kali aku mengetuk pintu kayu ini. Namun, tidak ada jawaban sama sekali.

TokTokTok. Aku mengulangnya kembali dan tetap sama, tidak ada jawaban.

TokTokTok. Aku sudah mengulanginya sebanyak tiga kali dan hasilnya tetap sama. Dan, itu membuatku khawatir. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi terhadap yeoja yang kini aku cintai itu. Memang aku sudah jatuh cinta dengannya semenjak aku melihat kedua matanya yang indah itu memancarkan suatu cahaya yang berbeda. Cahaya yang penuh kesedihan. Yeoja bernama lengkap Kim HeeYun itu sungguh membuatku frustasi.

Klek. Aku berusaha untuk membuka pintu kayu ini dan hasilnya cukup memuaskan serta mengejutkan. Pintunya sama sekali tidak terkunci dan itu membuat aku dapat dengan mudah masuk ke dalam. Namun, hal itu pun membuat imajinasiku tanpa diperintah berkembang, membayangkan sesuatu yang buruk menimpa HeeYun.

Sontak aku pun langsung berlari masuk ke dalam, mencari keberadaan yeoja itu. Aku sangat khawatir dengan keadaannya, terlebih aku melihat keadaan apartment ini sangat kacau. Jauh sekali dari kata rapih.

Aku melihat sebuah pintu tertutup rapat. Aku menganggukan kepalaku pelan. Kemudian, melangkahkan kedua kakiku mendekati pintu itu.

Dia pasti ada di sana’ pikirku.

Klek. Aku membuka pintu tersebut. Aku menghela napasku lega melihat yeoja bernama lengkap Kim HeeYun itu sedang berdiri di balkon kamarnya. Aku pun perlahan berjalan mendekatinya tanpa menutup pintu kamar ini, membiarkannya terbuka lebar.

HeeYun tidak menyadari keberadaanku sama sekali, terbukti dari tidak ada respon sedikit pun yang ditunjukannya saat aku sudah berada di dekatnya. Kini aku sudah berdiri di sampingnya, dari posisi ini aku dapat melihat yeoja yang aku cintai ini dengan jelas. Dia memakai kaos panjang berwarna hijau dan celana hitam selutut. Bibirnya terkunci rapat, matanya menerawang lurus ke depan tanpa ada satu pun objek dipandangnya, kedua kupingnya tertutup oleh headset yang ia pakai, tangan kanannya memegang HPnya, rambut panjangnya itu dikuncir asal hingga anak-anak rambutnya itu tertarik untuk ikut semilir angin yang meniupnya. Aku hanya diam, tidak memiliki niat untuk mengganggu suasana hening yang sepertinya sangat dinikmati oleh yeoja di sampingku ini.

Sudah hampir setengah jam keheningan ini dipertahankan, HeeYun benar-benar tidak menyadari keberadaanku yang berada di dekatnya. Sementara aku, aku tidak lelah dengan posisiku sekarang. Berdiri menghadap HeeYun, tidak bosan memandang wajah cantik yeoja ini, meski terlihat diselimuti oleh kesedihan. Kesedihan yang terpancar dari kedua matanya yang berbicara, bercerita tentang kesedihan itu.

Tiga menit berlalu, ada sesuatu yang membuatku terkejut. Sebuah guratan kesakitan terbaca jelas di wajahnya. Ia pun bernapas bukan dengan hidung, namun dengan mulut. Aku yang melihat HeeYun seperti itu pun merasakan sebuah kesesakan juga.

“HeeYun-sshi.”

Dengan segera, aku menghancurkan keheningan ini. Dan, HeeYun terlihat sangat terkejut melihatku berada di dekatnya. Dia segera berdiri menghadapku dan mengambil langkah mundur, menjauhiku.

“Hah.” Aku menghela napasku. Aku sangat yakin bahwa yeoja ini sedang dalam masalah besar yang membuatnya sangat terpuruk. “Mianhae.”

Nuguseyo?”. Aku mendengarnya bersuara pelan.

Joneun Kim HeeChul imnida” jawabku. “Kau bisa memanggilku HeeChul oppa, aku lebih tua darimu. Mianhae, aku telah masuk ke dalam apartment-mu seenaknya.”

“Siapa yang memperbolehkanmu berbicara informal denganku?” ujar HeeYun tajam.

Aku menundukan kepalaku sebentar, kemudian kembali mengangkatnya dan menatap HeeYun dengan senyumanku yang khas. “Aku.”

Tidak ada jawaban dari HeeYun. Aku yang tidak punya topik untuk dibicarakan pun berjalan masuk ke dalam kamar HeeYun. Aku mengelilingi kamar ini dan langkahku berhenti di dekat meja belajar HeeYun. Tatapanku tertuju ke arah sebuah makalah yang terdapat di atas meja belajar itu. Aku mengambil makalah itu dan membukanya. Aku sadari bahwa seulas senyum terbentuk di bibirku saat aku membaca isinya sekilas.

Beberapa menit kemudian, aku menutupnya dan mencari sosok HeeYun. Aku mendapatinya sedang berdiri di dekat pintu kamarnya dengan kedua tangan terlipat di dadanya. Aku tersenyum mengerti kenapa dia berada di sana. Untuk apa lagi, jika tidak untuk mengusirku? Aku tetap mempertahankan senyum ini. Aku mengangkat makalah miliknya dengan bibirku yang bergerak mengucapkan sebuah kalimat tanpa suara. ‘Cepatlah berikan makalah ini, kau akan lulus dengan nilai yang memuaskan.’ Setelah itu, aku meletakan makalah ini ke tempatnya. Kemudian, berjalan mendekati HeeYun. Langkahku berhenti tepat di sampingnya. Senyumku masih tetap bertahan, meski HeeYun menatapku dengan tajam.

Saranghaeyo” ungkapku jujur. Tidak ada respon dari HeeYun, tatapannya tetap tajam. “Mungkin ini aneh untukmu, tapi kau perlu tau bahwa aku memang benar-benar mencintaimu. Aku mencintaimu semenjak aku menolongmu saat kau hendak bunuh diri tempo hari.”

“Aku tidak pernah punya niat untuk bunuh diri. Lagi pula jika memang benar tempo hari aku ingin bunuh diri dan benar-benar mati, aku bersyukur. Kau salah sudah menolongku” ujarnya tajam yang membuat aku terkejut.

Aku menggelengkan kepalaku pelan. “Aniya, aku tidak salah telah menolongmu. Karena, dengan aku menolongmu tempo hari, aku dapat merasakan apa yang sesungguhnya dinamakan cinta. Aku tidak salah telah melakukannya. Saranghaeyo, Kim HeeYun.”

“Tiga hal yang harus diralat dari semua kalimat yang terlontar dari mulutmu.” HeeYun bersuara seraya mengangkat jari tengah, manis dan telunjuknya. “Satu, kau salah telah menolongku. Dua, kau salah telah mencintaiku. Tiga, kau tidak berhak masuk ke dalam apartment-ku, mengetahui namaku dan berbicara informal denganku.” Aku mengeryitkan keningku mendengar paparan HeeYun barusan. “Dan, satu lagi, kau sebaiknya keluar dari apartment-ku sekarang juga.” Aku tersenyum miris saat HeeYun mengusirku. Aku sudah menebak bahwa ini akan terjadi.

Arraseo.”Aku bersuara dengan senyum yang tidak luntur sedikit pun. “Annyeong.”

----

HeeYun POV

Aku membuka kedua mataku yang masih terasa berat ini. Namun, bias matahari yang masuk ke dalam kamarku langsung membuatku kembali menutup kedua mataku. Aku masih tidak terbiasa dengan sinar matahari ini. Dengan mata tetap tertutup, aku meraba sesuatu yang berada di dekatku, memastikan di mana aku sekarang. Apakah di tempat yang sama seperti tadi malam atau tidak. Kedua mataku langsung terbuka lebar saat tanganku menyentuh sebuah bantal. Aku langsung bangun dari tidurku dan duduk. Aku melihat ke sekitarku dan mendapatkan bahwa aku benar-benar berada di dalam kamarku. Aku mengeryitkan keningku. Seingatku, tadi malam aku berada di ruang tengah saat tanpa sengaja tertidur.

Klek. Pintu kamarku terbuka, membuat aku melirik ke pintu kamar ini. Aku mendapati seorang namja yang sudah tidak asing untukku. Namja yang selalu menggangguku itu berdiri di ambang pintu dengan senyumnya yang tidak pernah pudar. Aku meliriknya tajam.

“Kau sudah bangun, HeeYun-ah?” tanya namja bernama lengkap Kim HeeChul itu, yang aku pikir itu adalah pertanyaan bodoh. Aku memalingkan wajahku darinya. Aku menyibakan selimut yang masih menutupi hampir seluruh tubuhku. Aku berjalan ke balkon kamarku seraya memakai headset-ku dan lagu yang aku suka pun mulai mengalun.

Aku merasakan sepasang tangan melingkar di pinggangku yang membuat aku kesal. Dengan cepat, aku melepaskan sepasang tangan ini tanpa menoleh ke pemiliknya. Aku tau siapa yang memelukku dari belakang tadi. Kim HeeChul. Dia sudah berhari-hari mendatangi apartment-ku dan tidak pernah aku persilahkan masuk. Tapi, entah dengan cara apa, dia mendapatkan kunci apartment-ku dan membuatnya dapat dengan mudah keluar-masuk apartment-ku. Sama seperti KyuHyun, namjachingu sekaligus appa dari anak yang masih berada di rahimku ini. Sesosok calon appa yang sudah meninggal dan membuat aku terpuruk, sekaligus membuatku tetap mencintainya.

Aku melirik sedikit ke arah HeeChul yang melepaskan salah satu headset-ku dan memasangnya di salah satu kupingnya. Aku tidak mempedulikannya, karena dia selalu berbuat sesuka hatinya. Aku pun memutuskan untuk melanjutkan kegiatan favorite-ku ini. Melamun, menerawang jauh ke masa depan dan masa lalu. Masa lalu saat aku bersama KyuHyun, namja yang sangat aku cintai, namja yang telah aku berikan semua yang ada pada diriku, seorang namja yang menjadi calon appa dari anak yang berada di janinku ini, namja yang telah terbang ke kehidupan barunya itu. Masa depan yang aku harap dapat bersama KyuHyun, merawat anak ini, mendengarnya memanggilku ‘eomma’ dan memanggil KyuHyun ‘appa’, tapi itu hanyalah sebuah harapan yang tidak akan pernah terwujud, bahkan dalam bunga tidur sekalipun. Aku sangat merindukannya.

Aku memejamkan kedua mataku lembut saat rasa sesak mulai aku rasa. Aku sangat ingin menangis, meluapkan segala kekesalanku yang selama ini terpendam dan menyesakan dadaku. Namun, entah kenapa, bukannya menangis, justru rasa sesaklah aku rasakan. Rasa sesak yang melengkapi rasa sakitku.

Saat aku masih memejamkan kedua mata ini, aku merasakan sepasang tangan melingkar di perutku lagi. Seseorang memelukku dari belakang, membuatku merasakan sedikit kehangatan di dalam pelukannya. Ingin rasanya aku marah dan membentak orang ini, namun aku tidak bisa. Entah kenapa aku merasa nyaman berada di dalam pelukannya, jujur aku membutuhkan sandaran sekarang dan aku menemukannya. Kim HeeChul. Namja aneh yang tiba-tiba memasuki kehidupanku. Namja gila yang selalu mengisi hari-hariku dan membuatku kesal.

“Hah.” Aku menghela napasku berat. Dan, hal itu membuatku menyadari satu hal, yaitu napasku terasa panas.

“HeeYun-ah.” Aku mendengar HeeChul bersuara. Dia membuat suaranya itu menemani deru napasnya yang sedari tadi menerpa leherku ini. “Mianhae, jeongmal mianhae.” Aku hanya diam mendengar namja ini bersuara. Terdiam, tetap dengan kedua mata yang menutup rapat.

Mianhae, karena aku seenaknya saja masuk ke dalam kehidupanmu. Mianhae, karena aku berani mencari hampir seluruh tentangmu.” Aku membuka kedua mataku saat mendengar kalimat terakhir dari dua kalimat yang diucapkan namja ini.

Aku menoleh ke arahnya yang sudah tidak memelukku. Dia membuat tubuhku berdiri berhadapan dengannya yang kini memegang kedua lenganku. Dia menatapku dengan tatapan lembut yang selalu ditunjukan KyuHyun kepadaku, meski sedikit berbeda. Sementara aku, aku menatapnya dengan tatapan penuh tanya dan mungkin juga dengan tatapan kesedihan dan keterpurukan.

“Kini aku tau semuanya tentangmu, tentang hidupmu, tentang pendidikanmu, tentang keluargamu dan juga tentang KyuHyun.”

PLAK. Entah apa yang aku lakukan, semuanya refleks. Aku menampar pipi kirinya, setelah mendengar kalimat pengakuannya tadi. Dia tidak bergeming, sementara aku berusaha untuk tidak merintih akibat sesak yang semakin menjadi ini. Sungguh aku ingin dia pergi, cukup tadi dia memelukku. Cukup tadi aku merasakan kenyamanan darinya. Cukup tadi saja.

Mianhae, aku telah membaca diary-mu yang tidak sengaja aku temukan. Aku penasaran dengan kehidupanmu, aku penasaran dengan apa yang membuatmu terpuruk seperti ini, aku ingin tau apa yang membuat mata indahmu terus bercerita bagaimana kau terpuruk. Mianhae.Jeongmal mianhae.”

PLAK. Aku menamparnya lagi di pipi kirinya, dan dia tetap tidak bergeming. Tatapannya tetap sama, posisi tubuhnya tetap sama, meski pipi kirinya sudah memerah akibat tamparanku yang cukup keras tadi.

“Aku mohon bangkit, jebbal. Kau bisa meneruskan hidupmu, meski kau sedang mengandung. Kau tidak bisa terus terpuruk seperti ini. Kau tidak boleh hidup terus seperti ini. Hidupmu masih panjang. Kau bisa meraih cita-citamu, jika kau mau bangkit. Dan, aku berjanji, aku akan menjadi pendukungmu nomor satu.”

PLAK. Tiga kali. Sudah tiga kali aku menampar pipi kirinya. Dan, kini HeeChul memegang pipi kirinya yang sudah memerah itu. Tatapannya tetap sama, namun posisi tubuhnya berbeda. Cukup aku tidak tahan lagi dengannya.

Aku menarik napasku dalam-dalam. Kemudian, aku menatapnya tajam. Tangan kananku seolah memberikan isyarat kepadanya untuk keluar sekarang juga, menunjuk ke arah pintu kamarku yang masih terbuka lebar.

“Kau bisa keluar sekarang juga! Dan, aku harap kau tidak pernah muncul lagi di depanku lagi” ucapku tajam. Namun, HeeChul tetap tidak bergeming. “Kau benar-benar tidak tau diri. Kau dengan seenaknya saja masuk ke dalam kehidupanku. Kau dengan seenaknya saja masuk ke apartment-ku, bahkan memiliki kunci apartment-ku. Seenaknya, kau membaca diary-ku. Dan, kau seenaknya saja mengetahui semua tentang diriku.”Aku meluapkan semuanya. Meluapkan semua yang selama ini aku rasakan, karenanya. “Aku mohon keluar sekarang juga. Sudah cukup kau membuatku kesal.”

Arraseo.” Aku dapat mendengarnya bersuara pelan dan lirih. Aku melihatnya menurunkan tangannya yang tadi memegang pipi kirinya. Dan, hal itu membuatku dapat melihat dengan jelas pipi kirinya yang memerah, karenaku. Aku pun yakin bahwa pipinya itu terasa nyeri, karena tiga tamparanku tadi bukanlah tamparan lemah.

Bukannya melakukan apa yang aku suruh, justru mendekatiku. Dia mendekatkan wajahnya dengan wajahku. Aku kaget, namun aku tidak dapat berbuat apa-apa, karena aku tidak punya tenaga akibat belum makan dari kemarin.

“Aku akan keluar, tapi aku mohon makanlah makanan yang aku masakan untukmu. Aku tidak mau janinmu ini terancam akibat kau ini tidak menjaganya dengan baik.” HeeChul tidak menciumku, namun membisikan sebuah nasehat di salah satu kupingku. Mendengar nasehatnya itu membuatku menghela napasku berat.

Sedetik kemudian, HeeChul menarik wajahnya. Kini tangan kanannya berada di kepalaku. Perlahan, tangannya bergerak dan mengacak-acak lembut rambutku. “Kau adalah calon eomma. Kau harus menjaga anakmu dengan baik, karena kelak kau akan merawatnya hingga tumbuh menjadi namja tampan seperti KyuHyun atau yeoppo seperti eomma-nya. Seperti kau dan appa-nya.” Mendengar kalimatnya itu membuat kepalaku tertunduk dalam-dalam. Aku terus menundukan kepalaku bahkan hingga aku mendengar langkah kaki HeeChul menjauhiku dan keluar dari apartment-ku.

Klek. Tepat saat pintu apartment-ku tertutup dan terkunci, aku mengangkat kepalaku. Aku menggigit bibir bawahku, membuat rasa sakit di dalam diriku semakin lengkap. Entah apa yang ada di dalam pikiranku, kedua kaki ini melangkah keluar dari kamar, menuju meja makan.

Kaki ini berhenti tepat di depan meja makan. Aku menggelengkan kepalaku pelan, aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang. HeeChul telah membuat meja makan ini penuh dengan segala macam makanan yang bergizi. Mataku tertuju ke arah kertas yang ditindih oleh segelas susu putih. Aku mengambilnya dan membacanya. Seulas senyum terbuat di bibirku. Sebuah senyuman yang tidak pernah terbuat lagi, semenjak KyuHyun meninggal, serta keluarganya dan keluargaku tidak menerima keberadaanku lagi.

Gomawoyo, HeeChul oppa.”

Aku mendudukan diriku dibangku dan mulai menyantap makanan yang berada di atas meja makan ini.

‘Annyeong, HeeYun-ah
Mianhae, jeongmal mianhae. Aku tidak tau harus berapa kali aku mengucapkan kata maaf untukmu, karena aku sadari bahwa aku terlalu banyak melakukan kesalahan.
Pertama, aku berani masuk ke dalam kehidupanmu dan mungkin menurutmu mengganggu. Meski jujur saja aku merasa tidak mengganggumu sama sekali.
Kedua, aku dengan seenaknya mencari tau nama dan tempat tinggalmu.
Ketiga, aku dengan seenaknya saja berbicara informal denganmu. Padahal, kau sudah membentakku untuk berbicara formal. Mianhae, itu tidak akan pernah terwujud, karena entah kenapa mulut ini tidak dapat berbicara formal, jika denganmu.
Keempat, aku dengan seenaknya mempunyai kunci apartment-mu. Kau mau tau aku mendapatkannya darimana, eoh? Aku yakin kau tidak tau dan ingin tau, eoh? Aku mendapatkannya dari pemilik apartment ini, untung saja dia ahjumma genit yang terpesona dengan ketampananku. Mungkin jika dia adalah ahjussi, sudah banyak uang yang aku keluarkan untuk memiliki kunci apartment-mu ini.
Kelimat, aku sudah dengan seenaknya mengetahui seluruh kisah gelapmu. Jujur, aku mengetahuinya dari buku diary-mu yang tidak sengaja aku temukan. Aku mohon, aku ingin kau terus hidup dengan semangat. Aku yakin akan ada sesuatu yang baru, jika kau ingin terus hidup dengan semangatmu. Aku yakin itu. Jebbal. Tersenyumlah, setidaknya untukku, orang yang mencintaimu dan untuk calon anakmu yang berada dalam kandunganmu.
Keenam, aku sudah mencintaimu. Mianhae. Jika kau menyuruhku untuk menghilangkan rasa ini, aku tidak akan pernah menghilangkannya. Karena, aku tulus mencintaimu. Aku akan menerimanya, menerima anakmu, meski bukan darah dagingku.
Tetap hidup dan bersemangat, HeeYun-ah.
Saranghaeyo
Besok aku akan kesini lagi, selamat menikmati makanannya. Mian, kalau kau tidak suka. Tapi, aku dengar semua makanan ini baik untuk orang sepertimu^^

----

Author POV

Waktu terus berjalan tanpa sekali pun menoleh ke belakang, maka manfaatkanlah waktu yang ada.’

HeeChul tau kalimat itu benar oleh sebab itu dia memanfaatkan waktu selama mungkin untuk berada di dekat HeeYun, meski secara tidak langsung HeeYun menolak kehadirannya. HeeChul memang tau bahwa kehadirannya itu mengganggu waktu pribadi HeeYun, namun HeeChul mengabaikannya. Dia tidak mau mempedulikan itu semua. Di dalam pikirannya hanya ada bagaimana cara membuat HeeYun bangkit. Dan, dia hanya mengharapkan bonus dari kerja kerasnya itu adalah HeeYun mencintainya, meski HeeChul tidak terlalu mengharapkan bonus itu.

Benar kata pepatah yang mengatakan ‘sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.’ Mungkin pepatah itulah yang HeeChul jadikan pedoman dalam membuat HeeYun bangkit dan mencoba mencintainya. Meski HeeYun menolak kehadiran HeeChul, tapi tidak dapat HeeYun pungkiri bahwa dirinya mulai merasa nyaman dan rasa cinta itu mulai tumbuh di hatinya.

HeeYun pun mulai meyakinkan dirinya bahwa dirinya mencintai HeeChul. Dia jatuh cinta kepada HeeChul, karena diri HeeChul yang mencintainya dengan tulus, menerimanya apa adanya, meski dirinya tengah mengandung yang bukan darah dagingnya, melainkan darah daging mantan kekasih HeeYun yang sudah tenang di dunia barunya. Memang sedikit demi sedikit HeeYun mulai melupakan KyuHyun dan ia pun mulai menjaga janinnya itu.

----

HeeYun POV

“Hah.” Aku menghela napasku lega. Entah kenapa, kini kondisi fisikku lebih mudah merasa lelah, bahkan hanya karena mencuci piring sekali pun.

Aku duduk di sofa yang berada di ruang tengah. Aku memejamkan kedua mataku lembut, sepertinya aku ingin beristirahat sekarang ini.

Klek. Aku mendengar pintu apartment-ku terbuka tanpa ada seorang pun bersuara, namun aku mendengar suara langkah kaki yang tidak asing untukku. Aku tidak peduli dengan orang yang seenaknya masuk ke dalam apartment-ku ini, karena aku tau dia tidak mempunyai niat jahat. Aku tetap menutup kedua mataku lembut berusaha untuk terbang ke dunia mimpi.

Beberapa detik kemudian, aku kembali terjaga meski dengan kedua mataku yang tetap terpejam. Hanya beberapa detik aku terbang ke dunia mimpi dan kembali ke dunia nyata, karena merasakan bahwa tubuhku diangkat oleh seseorang. Sepertinya orang itu menggendongku, seorang namja yang aku akui mulai aku cintai ini. Aku tau bahwa ini adalah dia dari ciri khasnya ini. Aroma badannya yang dapat aku cirikan, bau parfum yang selalu dia pakai.

Dalam tiga menit, aku merasakan tubuhku sudah terbaring diatas kasurku ini. Dan, aku masih tetap memejamkan kedua mataku. Aku merasakan namja ini menelusuri lekuk wajahku dengan salah satu dari sepuluh jari tangannya. Mulai dari keningku yang tidak tertutupi poniku yang sudah ia singkirkan, menuju hidungku, pipiku, daguku, dan berhenti di bibirku yang tertutup rapat.

“Bolehkah aku menciummu, eoh?”. Aku mendengarnya bersuara. Aku tidak tau dia bertanya padaku atau bertanya pada dirinya sendiri. Aku tetap memutuskan untuk tetap berpura-pura tidur.

“Aku benar-benar ingin menciummu.” Kembali aku mendengar suaranya. Aku pun masih bingun ia berbicara denganku atau dengan dirinya sendiri. “Mungkin dengan ciumanku, kau bisa bangkit atau mungkin mencintaiku.”

Setelah ia bersuara, aku sedikit terkejut. Karena, aku merasakan napasnya mulai menyapa wajahku, tapi aku tetap enggan membuka kedua mataku. Aku merasakan bahwa jarak wajahku dan wajahnya sudah mulai menipis.

Chup. Aku merasakan bibirnya itu mendarat di salah satu kelopak mataku yang tertutup. Setelah merasakan wajahnya menjauh, aku membuka kedua mataku perlahan. Aku mendudukan diriku di atas kasurku ini. Aku menoleh ke arah namja bernama lengkap Kim HeeChul itu. Dan, aku mendapatkan dirinya sedang tersenyum lebar melihatku. Mengerti arti dari senyum lebar itu, aku pun mengerucutkan bibirku dan memalingkan wajahku darinya. Aku tau bahwa dia sedang mengerjaiku.

Mianhae.” Aku mendengarnya bersuara penuh dengan nada penyesalan. Hal itu membuatku meliriknya dari ujung mataku, terlihat dia tersenyum lembut. Sbuah senyuman yang selalu ia berikan kepadaku setiap hari. “Mian, aku telah mengerjaimu. Aku hanya gemas melihatmu berpura-pura seperti itu, kau perlu tau bahwa acting-mu itu sangatlah buruk.”

Tetap dengan wajah kelaku, aku pun menengok ke arahnya. Dan, dia tetap menunjukan senyum lembutnya. Aku hendak memukul pundaknya, karena kesal dengan ucapannya barusan. Namun, keinginanku itu tidak dapat terlaksanakan, karena HeeChul menahan tanganku di udara.

Glek. Aku menelan ludahku susah payah saat menyadari tatapan HeeChul tepat ke arah kedua mataku dan arti dari tatapan itu adalah sebuah keseriusan. Dia menatapku serius dan sebuah kata ‘cinta’ terbaca dari kedua matanya yang menatapku itu.

“Wa…wae…waeyo?” tanyaku dengan gugup.

Senyum itu kembali terbentuk dan membuatku sedikit tersipu melihatnya. HeeChul mencium punggung tanganku yang masih ia pegang itu. Kemudian, kembali,ia menatapku dengan tatapan yang sama. Namun, kali ini terbaca satu kali lainnya, yaitu sebuah kedamaian. “Saranghaeyo, HeeYun-ah. Saranghamnida.”

Saranghaeyo. Aku mencintaimu apa adanya. Aku tidak mengharapkan kau membalas cintaku. Aku hanya berharap kau bangkit dari ketepurukanmu meski itu bukan untukku, setidaknya bangkitlah untuk dirimu, cita-citamu dan yang terpentinglah adalah untuk calon anakmu. Jebbalyo.” Aku mendengar sebuah rangkaian kata itu terlontar dari mulut seorang Kim HeeChul. Rangkaian kata yang menurutku romantis dan tulus itu membuatku tersenyum sipul.

Chup. Aku mencium salah satu pipinya. Kemudian, aku menjauhkan wajahku, melihat wajahnya yang memerah malu dan menatap matanya yang tidak percaya dengan apa yang aku lakukan tadi. “ Nadoo saranghaeyo.”

Beberapa detik, HeeChul terlihat terdiam tidak percaya. Namun, setelah itu, dia tersenyum dengan sebuah senyuman lembut yang aku sukai. Dia mengacak-acak rambutku pelan.

Gomawo, karena oppa tidak pernah bosan untuk membuatku bangkit. Gomawo, karena oppa sudah menyelamatkanku. Gomawo, karena oppa sudah mencintaiku dengan tulus dan menerimaku apa adanya” paparku panjang lebar yang membuatnya menghentikan aktifitasnya mengacak-acak rambutku.

Kemudian HeeChul menarikku ke dalam pelukannya. Aku dapat mencium parfumnya yang khas dan kehangatan yang sangat aku rindukan dari seorang namja.

“Kau tidak perlu berterimakasih kepadaku, justru akulah yang harusnya berterimakasih kepadamu. Karena, kau telah mau aku ganggu. Karena, kau telah membuatku merasakan apa itu cinta tulus. Dan, yang terpenting adalah karena kau mau bangkit untuk anakmu dan diriku.”

Hening. Tidak ada yang berbicara lagi. Dan, aku pun tidak mempunyai niatan untuk membuka pembicaraan, hingga HeeChul melepaskan pelukan ini saat ia merasakan HPnya bergetar. Dia melangkah sedikit menjauhiku. Tidak berapa lama, dia kembali mendekatiku dengan sebuah senyum yang memancarkan kesenangan hatinya.

Waeyo, oppa?” tanyaku.

Kajja, kau bersiap-siaplah. Kau akan bertemu dengan eomma-ku” jawab HeeChul yang membuatku terkejut. “Tenang saja, eomma tidak akan jahat kepadamu. Beliau adalah wanita yang baik.”

tbc...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar