Genre : Friendship, Love, Family, Romance (maybe)
Main Cast : Cho RiHyun (OC), All Members Of EXO
Support Cast : Lee HyunBi (OC),
All Members Of SuperJunior
Author : RistaMania
Length : Multychapter (4.033 words)
Rating : PG-15 (?)
Disclaimer : All casts in this ff are belong to God, but this
story (ff) is mine
--The
Begining--
RiHyun
POV
“Tapi,
abeoji, aku kuliah di sini” sahutku
yang mungkin bukan hanya dapat didengar oleh orang yang kini sedang bertelepon
denganku, tapi juga orang-orang yang berada di sekitarku. Terbukti dari
beberapa mahasiswa yang melewatiku, mereka langsung menoleh ke arahku,
menatapku heran, tidak mengerti dengan apa yang aku ucapkan, karena aku
menggunakan bahasa Korea. Namun, tatapan mereka itu tidak berlangsung lama,
karena aku langsung memelototi mereka semua.
Kini
aku memang berada di taman kampus, lebih tepatnya aku sedang duduk di bangku
panjang yang berada di bawah pohon rindang. Aku tidak mempedulikan sekitarku.
Aku terus bertelepon dengan orang Korea ini dengan suara keras. Aku tidak
peduli ada yang akan mendengarnya, karena mereka tidak akan mengerti sebab aku
menggunakan bahasa Korea. Jika pun ada yang mengerti, aku tetap tidak peduli.
“Jangan
berbohong!”.
“Yack,
abeoji!”. Sekali lagi, aku
mengeraskan suaraku, membuat beberapa mahasiswa yang melewatiku memandangku
sebentar, lalu mempercepat langkah mereka setelah aku pelototi. “Untuk apa aku
berbohong? Asal abeoji tahu sekarang
aku berada di kampus. Perlu bukti? Akan aku panggilkan hoobae-ku untuk memberitahukanmu di mana aku sekarang, eoh? Mau?”.
“Abeoji percaya kau berada di kampus.
Namun, kau perlu tahu bahwa eomma-mu
sudah memberitahuku bahwa tiga bulan yang lalu kau itu sudah lulus.” Glek. Aku
menelan ludahku susah payah saat mendengar jawaban dari abeoji barusan. “Kau tidak perlu berbohong lagi, RiHyun-ah. Abeoji
tahu kau selalu pergi ke kampus, karena semua temanmu masih kuliah, tidak
sepertimu. Kau pergi ke China bukan dua bulan yang lalu? Kau di sana selama
setengah bulan bukan? Abeoji tahu
semua tentangmu, meski kita berbeda negara. Kau mau tahu siapa yang
memberitahukan abeoji, eoh? Eomma-mu,
dialah yang memberitahu abeoji.
Sudahlah, lebih baik kau turuti keinginan abeoji.
Kau datang kemari dan lakukan apa yang abeoji
suruh. Kau tidak akan menyesal. Abeoji
janji!”.
“Arraseo, arraseo. Aku memang berbohong. Mian.”
Tahu bahwa tidak dapat mengelak lagi, aku pun hanya dapat meminta maaf. Meski,
permintaan maafku itu lebih terdengar mencari ribut. “Aku akan ke sana tiga
hari lagi.”
“Tidak
ada tiga hari, dua hari atau besok. Sekarang juga kau berangkat. Pulanglah dan
kau akan menemukan paket berisi tiket pesawat hari ini.”
Kedua
mataku membelalak mendengar ucapannya itu. Namun, sedetik kemudian, aku kembali
berteriak. “Arraseo, arraseo, aku akan berangkat malam ini
juga. Abeoji puas, eoh? Sudahlah, pulsaku habis. Bye!”. Tanpa permisi, aku langsung
menyelesaikan hubungan telepon ini.
Aku
mendengus kesal mengingat percakapan itu. Aku menyimpan iPhone-ku ke dalam tas selempangku ini. Aku melipat kedua tanganku
dan mempoutkan bibirku. Aku sangat kesal dengan pria yang aku panggil ‘abeoji’ itu.
“YACK,
ABEOJI TUA, ABEOJI BAU TANAH, ABEOJI
RESE???!!! KAU TIDAK PUNYA OTAK, KAU SIALAN!” umpatku menumpahkan segala
kekesalanku.
“Weits,
jaga omonganmu, Rista!”.
Kedua
mataku langsung membelalak mendengar sebuah suara tidak asing untukku itu
berbicara denganku dalam bahasa Indonesia. Sontak, aku melirik ke sumber suara.
Aku langsung tersenyum lebar-yang terlihat bodoh-yang berhasil membuat
perempuan itu mengangkat kedua alisnya. Kemudian, aku pun menyandarkan
punggungku di bangku panjang ini dan tersenyum sipul. Lalu, ia pun duduk di
sampingku.
“Baru
kali ini aku mendengar kau memanggil appa-mu
seperti itu? Abeoji? Tumben sekali”
tanyanya yang aku jawab dengan senyuman bodohku ini.
Aku
langsung merangkul perempuan yang menjadi alasan aku selalu pergi ke kampus.
Merangkul perempuan yang lebih muda dariku yang memiliki nama panggilan Emi
ini. “Aku lapar! Temani aku ke kantin!”.
Ia
mendengus kesal mengetahui aku yang mengalihkan pembicaraan. “Arraseo, eonni. Aku juga tidak punya jadwal kuliah lagi hari ini. Ayo, kita
ke café biasa!”.
----
SuHo
POV
“Eeerrrnggghhh.”
Aku merenggangkan badanku yang terasa kaku akibat terlalu lama duduk di sofa
ini. Entah sudah berapa lama, aku menghabiskan waktu untuk menyelesaikan novel
yang kini sudah aku simpan. Aku mengerjapkan kedua mataku yang terasa memanas
akibat tidak berkedip beberapa menit terakhir. Dan, sekali lagi, aku
merenggangkan badanku ini seraya memejamkan kedua mataku rapat-rapat.
“SUHO
HYUNG!!!”.
Brugh.
“YACK!”.
Tiba-tiba,
aku mendengar teriakan SeHun. Dan, tiba-tiba juga, magnae itu menubruk tubuhku yang masih duduk di sofa ini. Dia
memelukku dan membuatku berteriak, memprotes tingkahnya itu.
“Yack,
apa yang kau lakukan, Oh SeHun?”. Aku mendorong kepala SeHun, agar menjauhiku.
SeHun
hanya cengengesan melihatku yang kesal dengan tingkahnya itu. Lalu, namja itu mengambil tempat duduk di
sampingku.
“Waeyo? Kenapa kau kelihatan senang
sekali?”.
“Malam
ini EXO-M akan terbang ke sini, hyung”
jawabnya yang membuatku mengeryitkan keningku.
“Aku
baru mendengarnya? Kau tahu dari mana, eoh?
Kenapa aku tidak tahu?” tanyaku memastikan berita yang SeHun berikan itu benar.
“Tadi
aku diberitahu LuHan hyung” jawabnya.
Kemudian, salah satu jarinya itu menunjuk ke arahku. “Dan, hyung adalah member
terakhir yang aku beritahu.”
Aku
merasa melupakan sesuatu saat mendengar penjelasannya itu. Dan, hal itu
membuatku berusaha untuk mengingat hal yang aku lupakan itu, membiarkan SeHun
berceloteh ria sendiri tanpa aku tanggapi.
Tiga
menit kemudian, aku langsung menjetikan jariku saat mengingat hal itu. “SeHun
beritahu yang lain kita kalau kita dipanggil SooMan seonsaengnim. Beliau menyuruh kita untuk datang ke gedung SME
besok.”
“Untuk
apa? Apakah mau membicarakan tentang manager
baru kita, eoh?” ujar SeHun yang
membuatku memutar otakku lagi.
Aku
menggelengkan kepalaku. “Tadi aku bertanya ke manager hyung tentang dia meminta cuti, tapi dia bilang dia tidak
meminta cuti. Itu hanya gossip saja,
katanya.” SeHun terlihat kaget mendengar apa yang aku ucapkan tadi. “Manager hyung bilang pertemuan besok
menyangkut masalah manager juga,
SeHunnie.” SeHun pun manggut-manggut mendengar penjelasan tambahanku itu.
“Aku
harap jika memang ada manager baru
itu yeoja. Lumayan cuci mata, hyung.” PLAK. Aku langsung melemparkan
bantal yang tadi aku pegang ke arah Kai yang tadi lewat di depanku dan
berbicara seenaknya.
“YACK,
HYUNG, KAU JAHAT!” teriaknya.
“Jaga
bicaramu, Kim JongIn” ceramahku yang membuatnya mempoutkan bibirnya.
----
Author
POV
“Oh,
iya, RiHyun-ah.” Emi memanggil RiHyun
yang duduk di hadapannya itu, membuat acara makan siang mereka berdua terhenti
sesaat. RiHyun melihat Emi mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Kemudian,
memberikan barang yang ternyata secarik kertas itu kepada RiHyun. RiHyun pun
membacanya.
“Aku
akan pergi ke Korea Selatan, Mama dan Papaku menjanjikannya. Tapi, jika aku
sudah lulus” cerita Emi. RiHyun yang selesai membaca itu pun menatap Emi. Dia
memberikan kembali secarik kertas yang berisikan perjanjian antara Emi dan
orang tuanya itu. “Yah, lumayanlah, yang penting tetap ke Korea. Dan, mungkin
saja, saat aku ke Korea, aku akan bertemu dengan EXO.” Emi mengakhiri ceritanya
dengan kekehan kecil. Berbeda dengan RiHyun yang justru menatapnya tajam.
Emi
terus bercerita panjang lebar mengenai bayangannya itu. Bayangan jika ia memang
ke Korea Selatan. Suatu bayangan yang tidak akan lepas dari kata EXO. Dan, Emi
tidak sadar bahwa temannya itu tidak tertarik dengan ceritanya. Tanpa ia
sadari, RiHyun berharap bahwa hal itu tidak akan terjadi. Dengan begitu,
rahasia yang selama ini ia sembunyikan tidak akan terbongkar. Rahasainya
tentang eomma, appa, abeoji, pekerjaan
ketiga orang tuanya itu dan hubungannya dengan abeoji-nya itu.
----
RiHyun
POV
“Hah.”
Aku menghela napasku berat seraya melempar badanku ke atas tempat tidurku. Aku
merenggangkan tubuhku yang entah kenapa terasa kaku ini. Aku memejamkan kedua
mataku. Aku ingin sekali waktu berhenti. Berhenti. Tidak berjalan maju atau pun
mundur. Diam di tempat.
Aku
membuka kedua mataku. Menatap langit-langit kamarku, sebuah senyum sipul
terbentuk di bibirku. Lalu, aku bangkit dan berjalan menuju balkon kamarku. Aku
melihat dengan seksama langit senja ini. Langit yang tidak bisa aku lihat esok
hari. Karena, aku sudah tidak di sini lagi. Karena, aku sudah berada di Korea
Selatan. Aku tahu bahwa aku akan menetap di sana dan entah kapan aku akan
kembali ke sini. Aku tidak tahu berapa lama aku akan menetap di sana.
Aku
memejamkan kedua mataku lembut. Menikmati semilir angin yang menerpa wajahku.
Aku merasakan kedua mataku memanas. Dan, itu membuatku berharap agar semilir
angin dapat menghilangkan rasa panas ini. Namun, percuma, beberapa mutiara
halus itu berhasil menerobos kedua mataku yang masih terpejam ini. Aku
menggigit bibir bawahku, menahan isak tangisku.
“Hehe.”
Aku terkekeh pelan menyadari bahwa mood-ku
langsung berubah drastis. Menyadari bahwa kejadian itu mulai memenuhi otakku.
Menyadari bahwa aku mulai merutuki kejadian itu lagi. Aku merasakan sesak yang
menyerangku tiba-tiba itu menghilang, membuatku membuka kedua mataku dengan
perlahan.
“Hah.”
Aku menghela napasku. Aku menyesal telah membuka kedua mataku ini, karena sesak
kembali menyerangku. Membuatku mau tidak mau harus bernapas lewat mulut. Aku
tersenyum miris saat aku menyadari bahwa aku tidak dapat memikirkan hal lain,
selain kejadian itu. Kejadian di masa laluku. Aku pun mendongakan kepalaku,
pasrah. Aku tidak bisa mengelak dari pikiranku ini. Membuatku mau tidak mau
kembali bernostalgia.
“Hah.”
Kembali, aku merasakannya. Pusing menyerang kepalaku. Airmata tidak berhenti
membuat sungai di kedua pipiku. Sesak di dada yang membuatku harus bernapas
lewat mulut. Tubuh lemas yang membuatku berpegangan dengan pagar di depanku
ini. Itu semualah yang pasti akan terjadi kepadaku secara tiba-tiba, saat
kejadian itu memenuhi otakku.
--FlashBack :ON--
RiHyun
POV
Hanya
satu yang dapat aku lihat. Hanya satu yang dapat aku rasakan. Hanya satu yang
dapat aku dengar. Hitam. Dingin. Lagu berjudul 'Bring Me To Live'.
Aku
bernapas dengan mulutku. Namun, napasku itu terputus-putus. Keringat sudah
membasahi seluruh tubuhku yang hanya memakai white shirt dan black
hotpants. Aku tidak tahu. Aku tidak ingat. Entah apa yang terjadi hingga
mantel pink, black skirt, black shocks dan boots-ku tidak lagi aku pakai. Semuanya terjadi begitu saja hingga
aku duduk di pojok ruangan ini. Duduk tanpa alas dengan tangan dan kaki terikat
kuat. Duduk sendiri dengan earphone-entah
milik siapa-terpasang cantik di kedua kupingku, memutar lagu itu. Sebuah lagu
yang membuat suasana yang aku rasakan ini menjadi sangat lengkap. Sendiri,
takut, gelap, dingin dan lagu yang terdengar sedikit menakutkan itu.
Aku
berusaha untuk mempertajam indra penglihatanku saat melihat pintu gudang ini
terbuka. Seseorang masuk ke dalam, melangkah mendekatiku. “Nu...Nu...Gu...Nuguya?”.
Tanpa sadar, aku berbicara dalam bahasa Korea, membuat langkah orang yang baru
masuk itu berhenti. Seorang perempuan dengan gelas kaca di tangan kanannya dan
botol wine di tangan kirinya.
“Cih,
dasar!”. Aku menjadi ketakutan saat mendengar suaranya itu. Sebuah suara yang
sangat dingin dan penuh dendam di dalamnya. Dan, ketakutanku ini semakin
menjadi saat perempuan itu melangkah mendekatiku. Lalu, berhenti tepat di depanku.
“KAU TERLALU SOMBONG, RISTA! CHO RIHYUN! KAU SEENAKNYA SAJA MENGAMBIL SEMUANYA
DARIKU! Menjadi idola di sekolahku, padahal kau bukanlah murid di sekolahku.
Menjadi pilihan pria tua itu. Dan, kau, kau mengambil kedua sahabatku. Kau
mengambil mereka dari sisiku. Kau mengirim mereka ke neraka sana. Kau membuat
mereka memihakmu. Kau membuatku membunuh mereka. BRENGSEK KAU, CHO RIHYUN!”.
PRANG.
PRANG.
“AAAAAAA.....????!!!!”.
--FlashBack : OFF--
“Hah.”
Aku menghela napasku saat kejadian itu terulang begitu saja di dalam
imajinasiku. Kejadian di mana teman lamaku itu menculikku, membentakku dalam
keadaan mabuk, memecahkan gelas dan botol wine
itu, membuatku kehilangan indra penglihatanku. Perlahan, tangan kananku
naik-memegang salah satu ujung mataku. Aku tersenyum miris. Kini aku memang
dapat melihat, karena aku mendapatkan pendonor mata. Seorang pendonor mata yang
adalah sahabat terdekatku. Seorang pendonor mata yang berkat keikhlasannnya itu
membuatku dijaga ketat oleh appa, eomma dan abeoji-ku.
Aneh?
Mungkin. Aku memiliki tiga orang tua. Eomma
tidak selingkuh dari appa. Abeoji bukanlah orang tua kandungku,
pria itu menyuruhku memanggilnya abeoji dan
aku menurutinya. Aku bertemu dengan abeoji,
karena aku iseng mengirimkan naskah berisi FF-ku di mana cast-nya adalah idols di
bawah naungannya itu. SMEntertaiment. Memang pria yang aku maksud adalah Lee
SooMan. Dia sosok abeoji sekaligus boss-ku. Karena, setelah pria itu
membaca FF-ku, dia selalu meminta seluruh karya tulisku itu. Kemudian, dia menjadikannya
buku, tapi bukan untuk diterbitkan. Aku tidak tahu dikemanakan karyaku itu.
----
Author
POV
“Hah.”
RiHyun menghela napasnya pelan. Kemudian, ia mengambil kacamata dari dalam tas
selempang kecilnya yang ia sampirkan di pundaknya itu. Setelah memakai kacamata
hitam itu, yeoja itu mengedarkan
pandangannya.
Kini
yeoja keturunan Indonesia-Korea itu
berada di salah satu bandara yang dimiliki oleh ibukota Korea Selatan itu.
Setelah merasa puas melihat keadaan sekitar, RiHyun menarik kopernya yang
berwarna sapphire blue itu. RiHyun
terlihat asyik melenggang dengan kedua kuping tertutup earphone-nya, terlihat jelas bahwa ia tidak mempedulikan
sekitarnya. Ia terus melenggang di bandara yang lumayan sepi itu, karena ini
baru jam 3 pagi.
Brugh.
Brugh.
Tanpa
disadari oleh RiHyun ada seseorang dari arah berlawanan yang berlari
terburu-buru. Dan, dua insan itu tanpa sengaja saling bertabrakan. Kini mereka
berdua-RiHyun dengan seorang namja yang
terlihat jelas bahwa dia bukanlah orang Korea-jatuh tersungkur dengan posisi
saling berhadapan. Tanpa mereka sadari, mereka melakukan hal yang sama secara
serentak. Merintih sakit, berdiri bersamaan hingga membersihkan pakaian mereka
yang sedikit kotor itu pun bersamaan.
“Yack,
apa kau tidak punya mata, eoh?”. RiHyun
bersuara dengan nada suara tinggi, terdengar sekali kalau yeoja itu tengah marah. Ia mengalungkan earphone-nya yang masih memutar lagu itu.
“Aku
tidak sengaja, aku terburu-buru” jawab namja
itu yang masih sibuk membersihkan pakaiannya yang memang lebih kotor dari
pakaian RiHyun. Namja berwajah imut
itu tidak mengubriskan RiHyun yang sudah menatapnya tajam.
“Yack,
kau pikir, ka...u...”. Kalimat RiHyun menggantung begitu saja. Ia tidak
melanjutkan perkataannya saat namja di
depannya itu mengangkat kepalanya, memperlihatkan wajah imut dan baby face-nya kepada RiHyun.
Namja yang adalah seorang idol itu membuat RiHyun menahan amarahnya. Namun, namja itu salah mengartikan ekspresi
RiHyun itu. Idol itu justru
mengartikan ekspresi itu sebagai ekspresi terkejut salah satu fans-nya yang tidak menyangka bahwa
dapat bertemu dengannya di sini, jam segini. Oleh sebab itu, namja itu menunjukan sebuah senyuman
ramah yang terlihat manis itu. Namun, senyuman itu membuat RiHyun muak yang
tanpa idol itu sadar. RiHyun pun
mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, menahan amarahnya.
“Tolong,
jangan beritahu siapa-siapa bahwa aku ada di sini ya!”. Idol itu bersuara dengan ramahnya, dan itu semakin membuat RiHyun
kesal.
RiHyun
tidak bersuara sama sekali. Dia diam, membungkam mulutnya, karena amarah bukan
karena terkejut. Idol itu pun tidak
bersuara. Namun, dia tetap tersenyum ramah kepada RiHyun berusaha membujuk yeoja itu untuk melakukan apa yang ia
minta tadi.
“LuHan Hyung.”
Suasana
hening terus menyelimuti mereka berdua hingga beberapa namja berlari mendekati idol yang
mereka panggil LuHan itu. Mereka yang berjumlah 5 orang itu segera berdiri di
samping kanan-kiri namja keturunan
China bernama lengkap Xi LuHan itu.
“Hyung, apa dia mengenalimu?” bisik
seorang namja yang jelas adalah orang
China itu yang tepat berdiri di samping LuHan.
LuHan
menengok ke arah namja tinggi yang
bernama lengkap Huang ZiTao itu. Kemudian, ia menganggukan kepalanya seraya
bersuara. “Tentu saja, kalau tidak, kenapa dia terkejut seperti itu melihatku?
Melihat kita? Aku pikir dia adalah fans
kita”. Lalu, mereka berenam sama-sama menatap RiHyun yang tidak bersuara sama
sekali itu.
“Agashi, bisakah kau merahasiakan
kedatangan kita ke Korea Selatan ini?” tanya seorang namja paling tinggi di antara mereka berenam. Seorang namja yang biasa dipanggil Kris itu
menatap RiHyun penuh harap.
Tiba-tiba
RiHyun menyeringai, membuat enam namja di
depannya itu bertanya-tanya. “Apa untungnya aku merahasiakannya, eoh?”. Pertanyaan RiHyun itu membuat
keenam namja itu saling menatap satu
sama lain. “Apa yang dapat kalian berikan kepadaku?”. RiHyun kembali bersuara
dengan kedua tangannya terlipat di dadanya.
“Kami
akan memberikanmu tanda tangan kami. Dan, kau pun boleh memeluk dan berfoto
dengan kami.” Kali ini yang menjawab adalah seorang namja keturunan China yang berponi panjang itu. Namja yang terkenal dengan nama Lay itu
membuat RiHyun menatapnya tajam dengan sebuah kekehan kecil.
“Cih,
aku tidak perlu tanda tangan, foto atau pun pelukan kalian” ujar RiHyun yang
mulai mengambil kopernya lagi. Kemudian, dia menatap keenam namja itu satu per satu dengan sebuah
tatapan tajam. “Jangan berpikir bahwa semua orang adalah fans kalian hanya karena kalian sudah debut.”
Keenam
namja itu menatap RiHyun tidak
percaya. Yeoja yang mereka pikir akan
senang dengan tawaran mereka barusan itu justru menolaknya mentah-mentah.
“Wait!”. Kris mencegat RiHyun yang
berjalan melewati mereka. Ia memegang salah satu tangan RiHyun yang tidak
menarik koper itu.
Namun,
RiHyun langsung menepisnya kasar. Kemudian, ia memutar tubuhnya untuk kembali
menghadap keenam namja yang
membuatnya kesal itu. “Jangan seenaknya saja menyentuh orang! Apalagi jika orang
itu baru bertemu dengan kalian. Jangan berpikiran bahwa hanya karena kalian
sudah debut, kalian dapat seenaknya melakukan apa pun.”
“Apa
kau tahu siapa kami?” tanya Kris.
“Cih.”
RiHyun memalingkan wajahnya yang ditatap oleh Kris itu. Yeoja itu memalingkannya bukan karena takut, tapi karena tatapan
Kris yang tidak ia mengerti. “Kalian masih muda tapi sudah pikun, eoh?”. RiHyun melipat tangannya kembali.
Lalu, ia menatap enam namja itu atau
lebih tepatnya lima namja, karena ia
masih tidak mau menatap Kris yang masih menatapnya dengan tatapan aneh itu. “Kalian
tadi dengar sendiri bahwa aku bilang kalian itu baru debut, secara tidak
langsung aku bilang bahwa aku mengenal kalian.” Setelah mengucapkannya, RiHyun
menatap Kris. Menatap sosok namja tinggi
yang menjadi leader dari sub-group boyband itu. Menatap sosok leader
itu dengan tatapan menantang. “Meski, terpaksa.” Mendengar dua kata
terakhir yang diucapkan oleh RiHyun itu membuat keenam namja itu terkejut.
“Jadi,
kau antis kami?”. Ragu. Salah satu namja yang
dari tadi tidak bersuara itu akhirnya bersuara. Seorang namja yang adalah orang Korea Selatan yang memiliki nama panggung
XiuMin. Namja itu bertanya ragu
kepada RiHyun.
Hening.
Tidak ada yang bersuara. Keenam namja itu
diam menunggu jawaban RiHyun, sementara RiHyun diam memperhatikan ekspresi
mereka. Namun, tiba-tiba, RiHyun menyeringai, membuat kelima namja itu menerka-nerka arti di balik
seringaian itu.
“Bukan
itu maksud dari pertanyaanku tadi, agashi.”
Hanya satu namja yang tidak menebak
arti dari seringaian itu, sang leader.
Justru Kris bersuara yang mengakibatkan dirinya menjadi pusat perhatian. Namun,
ia tidak mempedulikan tatapan member lainnya.
Ia hanya menatap RiHyun yang juga menatapnya. “Maksudku adalah jika kau tidak
mengenali kami, anggap pertemuan kita ini tidak pernah terjadi. Namun, jika kau
mengenali kami, tolong rahasiakan pertemuan kita ini. Jangan beritahu kepada
siapa pun. Meski, itu teman, sahabat, keluarga atau pun kekasihmu.” Terlihat
kelima namja yang lain mengiyakan
penjelasan Kris itu. Namun, RiHyun terkekeh pelan dengan sebuah seringaian
kecil di wajahnya.
“Aku
tidak mungkin menyebarkan pertemuan yang tidak aku inginkan ini ke publik,
karena bagaimana pun juga kalian termasuk tanggung jawabku” jawab RiHyun yang
justru membuat keenam namja itu
menatapnya penuh tanya. “Ada sesuatu yang aku tahu, tapi kalian tidak.” Setelah
mengucapkannya, RiHyun melangkah menjauhi boyband
itu.
----
LuHan
POV
“Hyung, kenapa sarapannya tidak dimakan?”.
Aku
menggelengkan kepalaku saat mendengar sebuah suara, tersadar dari lamunanku.
Kemudian, menengok ke sumber suara. Aku melihat D.O. menatapku aneh. Aku pun
melihat ke arah piringku, tersadar bahwa sarapanku belum aku sentuh sedikit
pun.
“Ne, hyung
makan!”. Aku pun langsung memakan sarapan ini.
“Hyung, ada masalah? Dari tadi hyung terus melamun” tanya D.O. yang
membuatku meliriknya lewat ujung mataku.
Aku
terdiam-tidak menjawab-dan tetap menyantap sarapanku ini. D.O. pun terdiam,
seperinya dia ingin tau jawabanku itu. Tidak lama, aku mendengar suara langkah
kaki. Aku pun menengok ke pintu dapur. Aku melihat XiuMin melangkah masuk,
berjalan ke arah refrigerator.
“LuHan hyung,
jawab pertanyaanku!” rengek D.O. saat sadar aku mengacuhkannya. Aku pun
menengok ke arahnya dan tersenyum lebar yang menurutku terlihat bodoh.
“Memang
ada apa, D.O.?”. Aku mendengar XiuMin bersuara. Aku hanya diam menyantap
makananku. Aku tidak ada urusan dengan namja
paling tua di boyband-ku itu.
“Aku
bertanya ke LuHan hyung kenapa dari
tadi dia melamun terus. Aku bertanya apa hyung
ada masalah, tapi tidak dijawab” jelas D.O. yang dapat terdengar dari nada
suaranya itu bahwa dia kesal denganku, karena tidak memberikan jawaban. Aku pun
hanya dapat terkekeh dalam hati dan berusaha untuk menghabiskan sarapan ini
tanpa bersuara.
“Yeoja yang di bandara tadi itu, eoh?”. Aku mendengar XiuMin melontarkan
pertanyaan kepadaku saat aku menaruh piring kotor di wastafel dapur. Aku menoleh kearahnya sedikit, kemudian mengangguk.
“Sebenarnya aku juga terus memikirkan yeoja
itu” aku XiuMin saat aku berjalan mendekatinya, mengambil gelas yang ia pegang
dan menegak habis isinya.
“Apa
yang kalian bicarakan, XiuMin hyung,
LuHan hyung?” tanya D.O. Aku menoleh
ke arahnya, dan sekali lagi aku menunjukan senyum lebarku itu yang berhasil
membuat D.O. mendengus kesal.
“Tadi
di bandara kita ketemu dengan seorang yeoja,
D.O.” jawab XiuMin yang sepertinya kasihan melihat D.O. yang aku kerjai itu. “Ada
pertanyaan lagi?”.
“Memang
yeoja itu kenapa, hyung?” tanya D.O.
“Susah
dijelaskan.” Kali ini akulah yang menjawab. Aku menatap D.O. penuh arti yang
aku sendiri tidak dapat mengartikannya. “Dia yeoja berkoper sapphire blue. Yeoja yang menolak tanda tangan, foto, sentuhan atau pun pelukan
kita. Padahal, dia mengetahui siapa kita.”
“Aigoo, daebak, hyung!” puji D.O.
yang membuatku menatapnya aneh.
“Apanya
yang daebak, D.O.?” tanyaku meminta
pennjelasan atas pujiannya tadi. “Nan
mollayo.” Aku mendengus kesal mendengar jawaban salah satu lead vocal EXO itu saat ia memberikan
jawaban yang sama sekali tidak masuk di akal.
----
Author
POV
“Apa
tidak bisa jika bukan aku, eoh?”
tanya RiHyun.
Kini
yeoja itu sedang berada di sebuah
ruangan. Ia berdiri di depan sebuah meja di mana lelaki yang selalu ia panggil abeoji itu duduk di baliknya. Lelaki
yang tidak lain adalah Lee SooMan itu mendongakan kepalanya. Terlihat jelas
dari raut wajahnya bahwa ia bosan mendengar pertanyaan RiHyun yang selalu sama
itu.
“Tidak
bisa, RiHyun. Kalau pun bisa aku tidak akan menyuruhmu ke sini.” Meskipun sudah
merasa kesal, tetapi SooMan tetap berusaha untuk tidak memarahi RiHyun.
RiHyun
hanya mendengus kesal mendengar jawaban SooMan itu. Kemudian, yeoja itu berjalan mendekati sofa merah
yang berada di dalam ruangan SooMan itu. Ia membanting tubuhnya di atas sofa
empuk itu. Lalu, mengeluarkan iPhone
dari dalam tas lempangnya itu dan langsung terlihat sibuk dengan gadget-nya itu. SooMan tersenyum sipul
melihat tingkah anak angkatnya itu. Meski bukanlah anak angkat asli, tetapi
lelaki paruh baya itu sudah menganggap RiHyun sebagai anaknya semenjak ia
membaca FF yang dikirim oleh yeoja
keturunan Indonesia-Korea itu.
SooMan
membenarkan posisi tubuhnya, agar duduk tegap di bangkunya. “Aku akan
memberikan ruang latihan untukmu, bagaimana?”. Sontak semua kegiatan RiHyun
berhenti saat mendengar tawaran dari abeoji-nya
itu. RiHyun melirik ke arah abeoji-nya
lewat ujung matanya. Dan, hal itu membuat SooMan tersenyum melihat respon
RiHyun yang menunjukan bahwa yeoja
itu tidak akan menolak tawarannya itu.
“Apa
ini suapan agar aku menyetujui keinginan abeoji,
eoh?” tanya RiHyun yang kini beranjak
dari tempat duduknya dan kembali ke tempatnya berdiri beberapa menit yang lalu.
RiHyun melipat kedua tangannya itu, menatap lekat ke arah abeoji-nya itu.
“Ani, aku akan tetap memberikanmu gaji
seperti manager lainnya” jawab SooMan
yang membuat RiHyun menyeringai kecil. “Dan, anggap saja ruang latihan itu
hadiah dariku.”
“Jinja? Kau memberikanku hadiah, eoh? Setauku pria bernama Lee SooMan,
pemilik SM Entertainment adalah orang
paling pelit di Korea Selatan, or maybe
in the world too.” RiHyun bersuara dengan santai yang membuat SooMan
tersenyum kecil.
“Dan,
sebagai rasa terimakasihku karena kau telah datang kemari. Karena, meskipun kau
menolak, kau akan tetap menjalankan keinginanku, Cho RiHyun. Kalau tidak, untuk
apa kau kemari, eoh?” ujar SooMan
yang membuat RiHyun mendengus kesal.
TokTokTok.
“Nuguseyo?”. Baik RiHyun atau pun SooMan,
mereka berdua sama-sama menengok ke arah pintu yang diketuk tiga kali tadi.
“Seonsaengnim ini kami, EXO.” Terlihat
jelas bahwa RiHyun terkejut mendengar suara itu dan hal itu disadari oleh
SooMan. Pria paruh baya itu langsung tersenyum sipul kembali.
“Come in!”. RiHyun langsung memelototi
pria paruh baya itu saat mendengar suara SooMan itu. Terbaca jelas bahwa RiHyun
bertanya maksud dari kata-kata SooMan itu lewat tatapan mata. Namun, SooMan
yang mengerti dengan arti dari tatapan itu, justru mengacuhkannya. Ia
berpura-pura tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh anak angkatnya itu. “Bersiaplah
kau akan segera bertemu dengan anak asuhmu kelak.” RiHyun menelan ludahnya
susah payah saat mendengar ujaran SooMan barusan.
Klek.
“Seonsaengnim, kami datang!”.
Tidak
ada yang tau atau pun sadar bahwa kini RiHyun sangat tegang mendengar suara
itu. Dia berusaha mengatur napasnya, agar lebih tenang. Namun, percuma dia
melakukan itu, karena tidak akan ada yang menyadari kalau dirinya tengah tegang
yang disebabkan oleh wajah dan aura cueknya yang memang tidak bisa hapus.
“SooMan
seonsaengnim, kau sedang bertemu
dengan seseorang?” tanya salah satu dari dua belas namja yang memiliki nama panggung XiuMin itu.
“Lebih
baik nanti kita datang lagi saja, seonsaengnim.
Kami tidak ingin mengganggu pertemuan seonsaengnim
dengan yeoja itu.” Kali ini salah
satu dari dua leader-lah yang
bersuara. Leader-SuHo-itu berdiri
tepat di samping leader lainnya yang
memiliki nama panggung Kris.
“Tidak
perlu, karena dia juga ada hubungannya dengan aku menyuruh kalian kemari di
hari free kalian” jawab SooMan yang
membuat semua members EXO memutar
otaknya. “Berbaliklah dan perkenalkan dirimu kepada mereka semua!”.
“Haruskah?”
tanya RiHyun yang membuat semua member
EXO terkejut mendengar nada suaranya yang terkesan menentang itu. Dan, tambahan
untuk member EXO-M, mereka menyadari
bahwa suara itu tidak asing di kuping mereka
“Joeseonghamnida, agasshi, apa kita pernah bertemu? Suaramu terdengar tidak asing
untukku.” Kris mengutarakan rasa penasarannya itu yang di-iya-kan oleh member EXO-M lainnya.
RiHyun
menundukan kepalanya mendengar pertanyaan yang diutarakan oleh namja China yang usianya lebih tua
darinya itu. RiHyun menyeringai kecil, namun seringaian itu langsung lenyap saat
ia mengangkat kepalanya. Sekilas, ia menatap SooMan lekat, lalu ia membalikan
badannya perlahan.
“Jinja? Aku rasa kau salah orang” jawab
RiHyun.
“Kau…”.
Semua member EXO-M terkejut melihat yeoja yang ada dihadapannya itu adalah yeoja yang mereka temui waktu lalu.
tbc…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar