Selasa, 16 Oktober 2012

'Cause, I'm GengFans Chapter 1 ~The Begining~

Title : ‘Cause, I’m GengFans
Genre : Friendship, Love, Family, Romance (maybe)
Main Cast : Cho RiHyun (OC), All Members Of EXO
Support Cast  : Lee HyunBi (OC), All Members Of SuperJunior
Author : RistaMania
Length : Multychapter (4.033 words)
Rating : PG-15 (?)
Disclaimer : All casts in this ff are belong to God, but this story (ff) is mine

--The Begining--

RiHyun POV

“Tapi, abeoji, aku kuliah di sini” sahutku yang mungkin bukan hanya dapat didengar oleh orang yang kini sedang bertelepon denganku, tapi juga orang-orang yang berada di sekitarku. Terbukti dari beberapa mahasiswa yang melewatiku, mereka langsung menoleh ke arahku, menatapku heran, tidak mengerti dengan apa yang aku ucapkan, karena aku menggunakan bahasa Korea. Namun, tatapan mereka itu tidak berlangsung lama, karena aku langsung memelototi mereka semua.

Kini aku memang berada di taman kampus, lebih tepatnya aku sedang duduk di bangku panjang yang berada di bawah pohon rindang. Aku tidak mempedulikan sekitarku. Aku terus bertelepon dengan orang Korea ini dengan suara keras. Aku tidak peduli ada yang akan mendengarnya, karena mereka tidak akan mengerti sebab aku menggunakan bahasa Korea. Jika pun ada yang mengerti, aku tetap tidak peduli.

“Jangan berbohong!”.

“Yack, abeoji!”. Sekali lagi, aku mengeraskan suaraku, membuat beberapa mahasiswa yang melewatiku memandangku sebentar, lalu mempercepat langkah mereka setelah aku pelototi. “Untuk apa aku berbohong? Asal abeoji tahu sekarang aku berada di kampus. Perlu bukti? Akan aku panggilkan hoobae-ku untuk memberitahukanmu di mana aku sekarang, eoh? Mau?”.

Abeoji percaya kau berada di kampus. Namun, kau perlu tahu bahwa eomma-mu sudah memberitahuku bahwa tiga bulan yang lalu kau itu sudah lulus.” Glek. Aku menelan ludahku susah payah saat mendengar jawaban dari abeoji barusan. “Kau tidak perlu berbohong lagi, RiHyun-ah. Abeoji tahu kau selalu pergi ke kampus, karena semua temanmu masih kuliah, tidak sepertimu. Kau pergi ke China bukan dua bulan yang lalu? Kau di sana selama setengah bulan bukan? Abeoji tahu semua tentangmu, meski kita berbeda negara. Kau mau tahu siapa yang memberitahukan abeoji, eoh? Eomma-mu, dialah yang memberitahu abeoji. Sudahlah, lebih baik kau turuti keinginan abeoji. Kau datang kemari dan lakukan apa yang abeoji suruh. Kau tidak akan menyesal. Abeoji janji!”.

Arraseo, arraseo. Aku memang berbohong. Mian.” Tahu bahwa tidak dapat mengelak lagi, aku pun hanya dapat meminta maaf. Meski, permintaan maafku itu lebih terdengar mencari ribut. “Aku akan ke sana tiga hari lagi.”

“Tidak ada tiga hari, dua hari atau besok. Sekarang juga kau berangkat. Pulanglah dan kau akan menemukan paket berisi tiket pesawat hari ini.”

Kedua mataku membelalak mendengar ucapannya itu. Namun, sedetik kemudian, aku kembali berteriak. “Arraseo, arraseo, aku akan berangkat malam ini juga. Abeoji puas, eoh? Sudahlah, pulsaku habis. Bye!”. Tanpa permisi, aku langsung menyelesaikan hubungan telepon  ini.

Aku mendengus kesal mengingat percakapan itu. Aku menyimpan iPhone-ku ke dalam tas selempangku ini. Aku melipat kedua tanganku dan mempoutkan bibirku. Aku sangat kesal dengan pria yang aku panggil ‘abeoji’ itu.

“YACK, ABEOJI TUA, ABEOJI BAU TANAH, ABEOJI RESE???!!! KAU TIDAK PUNYA OTAK, KAU SIALAN!” umpatku menumpahkan segala kekesalanku.

“Weits, jaga omonganmu, Rista!”.

Kedua mataku langsung membelalak mendengar sebuah suara tidak asing untukku itu berbicara denganku dalam bahasa Indonesia. Sontak, aku melirik ke sumber suara. Aku langsung tersenyum lebar-yang terlihat bodoh-yang berhasil membuat perempuan itu mengangkat kedua alisnya. Kemudian, aku pun menyandarkan punggungku di bangku panjang ini dan tersenyum sipul. Lalu, ia pun duduk di sampingku.

“Baru kali ini aku mendengar kau memanggil appa-mu seperti itu? Abeoji? Tumben sekali” tanyanya yang aku jawab dengan senyuman bodohku ini.

Aku langsung merangkul perempuan yang menjadi alasan aku selalu pergi ke kampus. Merangkul perempuan yang lebih muda dariku yang memiliki nama panggilan Emi ini. “Aku lapar! Temani aku ke kantin!”.

Ia mendengus kesal mengetahui aku yang mengalihkan pembicaraan. “Arraseo, eonni. Aku juga tidak punya jadwal kuliah lagi hari ini. Ayo, kita ke café biasa!”.

----

SuHo POV

“Eeerrrnggghhh.” Aku merenggangkan badanku yang terasa kaku akibat terlalu lama duduk di sofa ini. Entah sudah berapa lama, aku menghabiskan waktu untuk menyelesaikan novel yang kini sudah aku simpan. Aku mengerjapkan kedua mataku yang terasa memanas akibat tidak berkedip beberapa menit terakhir. Dan, sekali lagi, aku merenggangkan badanku ini seraya memejamkan kedua mataku rapat-rapat.

“SUHO HYUNG!!!”.
Brugh.
“YACK!”.

Tiba-tiba, aku mendengar teriakan SeHun. Dan, tiba-tiba juga, magnae itu menubruk tubuhku yang masih duduk di sofa ini. Dia memelukku dan membuatku berteriak, memprotes tingkahnya itu.

“Yack, apa yang kau lakukan, Oh SeHun?”. Aku mendorong kepala SeHun, agar menjauhiku.

SeHun hanya cengengesan melihatku yang kesal dengan tingkahnya itu. Lalu, namja itu mengambil tempat duduk di sampingku.

Waeyo? Kenapa kau kelihatan senang sekali?”.

“Malam ini EXO-M akan terbang ke sini, hyung” jawabnya yang membuatku mengeryitkan keningku.

“Aku baru mendengarnya? Kau tahu dari mana, eoh? Kenapa aku tidak tahu?” tanyaku memastikan berita yang SeHun berikan itu benar.

“Tadi aku diberitahu LuHan hyung” jawabnya. Kemudian, salah satu jarinya itu menunjuk ke arahku. “Dan, hyung adalah member terakhir yang aku beritahu.”

Aku merasa melupakan sesuatu saat mendengar penjelasannya itu. Dan, hal itu membuatku berusaha untuk mengingat hal yang aku lupakan itu, membiarkan SeHun berceloteh ria sendiri tanpa aku tanggapi.

Tiga menit kemudian, aku langsung menjetikan jariku saat mengingat hal itu. “SeHun beritahu yang lain kita kalau kita dipanggil SooMan seonsaengnim. Beliau menyuruh kita untuk datang ke gedung SME besok.”

“Untuk apa? Apakah mau membicarakan tentang manager baru kita, eoh?” ujar SeHun yang membuatku memutar otakku lagi.

Aku menggelengkan kepalaku. “Tadi aku bertanya ke manager hyung tentang dia meminta cuti, tapi dia bilang dia tidak meminta cuti. Itu hanya gossip saja, katanya.” SeHun terlihat kaget mendengar apa yang aku ucapkan tadi. “Manager hyung bilang pertemuan besok menyangkut masalah manager juga, SeHunnie.” SeHun pun manggut-manggut mendengar penjelasan tambahanku itu.

“Aku harap jika memang ada manager baru itu yeoja. Lumayan cuci mata, hyung.” PLAK. Aku langsung melemparkan bantal yang tadi aku pegang ke arah Kai yang tadi lewat di depanku dan berbicara seenaknya.

“YACK, HYUNG, KAU JAHAT!” teriaknya.

“Jaga bicaramu, Kim JongIn” ceramahku yang membuatnya mempoutkan bibirnya.

----

Author POV

“Oh, iya, RiHyun-ah.” Emi memanggil RiHyun yang duduk di hadapannya itu, membuat acara makan siang mereka berdua terhenti sesaat. RiHyun melihat Emi mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Kemudian, memberikan barang yang ternyata secarik kertas itu kepada RiHyun. RiHyun pun membacanya.

“Aku akan pergi ke Korea Selatan, Mama dan Papaku menjanjikannya. Tapi, jika aku sudah lulus” cerita Emi. RiHyun yang selesai membaca itu pun menatap Emi. Dia memberikan kembali secarik kertas yang berisikan perjanjian antara Emi dan orang tuanya itu. “Yah, lumayanlah, yang penting tetap ke Korea. Dan, mungkin saja, saat aku ke Korea, aku akan bertemu dengan EXO.” Emi mengakhiri ceritanya dengan kekehan kecil. Berbeda dengan RiHyun yang justru menatapnya tajam.

Emi terus bercerita panjang lebar mengenai bayangannya itu. Bayangan jika ia memang ke Korea Selatan. Suatu bayangan yang tidak akan lepas dari kata EXO. Dan, Emi tidak sadar bahwa temannya itu tidak tertarik dengan ceritanya. Tanpa ia sadari, RiHyun berharap bahwa hal itu tidak akan terjadi. Dengan begitu, rahasia yang selama ini ia sembunyikan tidak akan terbongkar. Rahasainya tentang eomma, appa, abeoji, pekerjaan ketiga orang tuanya itu dan hubungannya dengan abeoji-nya itu.

----

RiHyun POV

“Hah.” Aku menghela napasku berat seraya melempar badanku ke atas tempat tidurku. Aku merenggangkan tubuhku yang entah kenapa terasa kaku ini. Aku memejamkan kedua mataku. Aku ingin sekali waktu berhenti. Berhenti. Tidak berjalan maju atau pun mundur. Diam di tempat.

Aku membuka kedua mataku. Menatap langit-langit kamarku, sebuah senyum sipul terbentuk di bibirku. Lalu, aku bangkit dan berjalan menuju balkon kamarku. Aku melihat dengan seksama langit senja ini. Langit yang tidak bisa aku lihat esok hari. Karena, aku sudah tidak di sini lagi. Karena, aku sudah berada di Korea Selatan. Aku tahu bahwa aku akan menetap di sana dan entah kapan aku akan kembali ke sini. Aku tidak tahu berapa lama aku akan menetap di sana.

Aku memejamkan kedua mataku lembut. Menikmati semilir angin yang menerpa wajahku. Aku merasakan kedua mataku memanas. Dan, itu membuatku berharap agar semilir angin dapat menghilangkan rasa panas ini. Namun, percuma, beberapa mutiara halus itu berhasil menerobos kedua mataku yang masih terpejam ini. Aku menggigit bibir bawahku, menahan isak tangisku.

“Hehe.” Aku terkekeh pelan menyadari bahwa mood-ku langsung berubah drastis. Menyadari bahwa kejadian itu mulai memenuhi otakku. Menyadari bahwa aku mulai merutuki kejadian itu lagi. Aku merasakan sesak yang menyerangku tiba-tiba itu menghilang, membuatku membuka kedua mataku dengan perlahan.

“Hah.” Aku menghela napasku. Aku menyesal telah membuka kedua mataku ini, karena sesak kembali menyerangku. Membuatku mau tidak mau harus bernapas lewat mulut. Aku tersenyum miris saat aku menyadari bahwa aku tidak dapat memikirkan hal lain, selain kejadian itu. Kejadian di masa laluku. Aku pun mendongakan kepalaku, pasrah. Aku tidak bisa mengelak dari pikiranku ini. Membuatku mau tidak mau kembali bernostalgia.

“Hah.” Kembali, aku merasakannya. Pusing menyerang kepalaku. Airmata tidak berhenti membuat sungai di kedua pipiku. Sesak di dada yang membuatku harus bernapas lewat mulut. Tubuh lemas yang membuatku berpegangan dengan pagar di depanku ini. Itu semualah yang pasti akan terjadi kepadaku secara tiba-tiba, saat kejadian itu memenuhi otakku.

--FlashBack :ON--
RiHyun POV

Hanya satu yang dapat aku lihat. Hanya satu yang dapat aku rasakan. Hanya satu yang dapat aku dengar. Hitam. Dingin. Lagu berjudul 'Bring Me To Live'.

Aku bernapas dengan mulutku. Namun, napasku itu terputus-putus. Keringat sudah membasahi seluruh tubuhku yang hanya memakai white shirt dan black hotpants. Aku tidak tahu. Aku tidak ingat. Entah apa yang terjadi hingga mantel pink, black skirt, black shocks dan boots-ku tidak lagi aku pakai. Semuanya terjadi begitu saja hingga aku duduk di pojok ruangan ini. Duduk tanpa alas dengan tangan dan kaki terikat kuat. Duduk sendiri dengan earphone-entah milik siapa-terpasang cantik di kedua kupingku, memutar lagu itu. Sebuah lagu yang membuat suasana yang aku rasakan ini menjadi sangat lengkap. Sendiri, takut, gelap, dingin dan lagu yang terdengar sedikit menakutkan itu.

Aku berusaha untuk mempertajam indra penglihatanku saat melihat pintu gudang ini terbuka. Seseorang masuk ke dalam, melangkah mendekatiku. “Nu...Nu...Gu...Nuguya?”. Tanpa sadar, aku berbicara dalam bahasa Korea, membuat langkah orang yang baru masuk itu berhenti. Seorang perempuan dengan gelas kaca di tangan kanannya dan botol wine di tangan kirinya.

“Cih, dasar!”. Aku menjadi ketakutan saat mendengar suaranya itu. Sebuah suara yang sangat dingin dan penuh dendam di dalamnya. Dan, ketakutanku ini semakin menjadi saat perempuan itu melangkah mendekatiku. Lalu, berhenti tepat di depanku. “KAU TERLALU SOMBONG, RISTA! CHO RIHYUN! KAU SEENAKNYA SAJA MENGAMBIL SEMUANYA DARIKU! Menjadi idola di sekolahku, padahal kau bukanlah murid di sekolahku. Menjadi pilihan pria tua itu. Dan, kau, kau mengambil kedua sahabatku. Kau mengambil mereka dari sisiku. Kau mengirim mereka ke neraka sana. Kau membuat mereka memihakmu. Kau membuatku membunuh mereka. BRENGSEK KAU, CHO RIHYUN!”.

PRANG. PRANG.
“AAAAAAA.....????!!!!”.

--FlashBack : OFF--

“Hah.” Aku menghela napasku saat kejadian itu terulang begitu saja di dalam imajinasiku. Kejadian di mana teman lamaku itu menculikku, membentakku dalam keadaan mabuk, memecahkan gelas dan botol wine itu, membuatku kehilangan indra penglihatanku. Perlahan, tangan kananku naik-memegang salah satu ujung mataku. Aku tersenyum miris. Kini aku memang dapat melihat, karena aku mendapatkan pendonor mata. Seorang pendonor mata yang adalah sahabat terdekatku. Seorang pendonor mata yang berkat keikhlasannnya itu membuatku dijaga ketat oleh appa, eomma dan abeoji-ku.

Aneh? Mungkin. Aku memiliki tiga orang tua. Eomma tidak selingkuh dari appa. Abeoji bukanlah orang tua kandungku, pria itu menyuruhku memanggilnya abeoji dan aku menurutinya. Aku bertemu dengan abeoji, karena aku iseng mengirimkan naskah berisi FF-ku di mana cast-nya adalah idols di bawah naungannya itu. SMEntertaiment. Memang pria yang aku maksud adalah Lee SooMan. Dia sosok abeoji sekaligus boss-ku. Karena, setelah pria itu membaca FF-ku, dia selalu meminta seluruh karya tulisku itu. Kemudian, dia menjadikannya buku, tapi bukan untuk diterbitkan. Aku tidak tahu dikemanakan karyaku itu.

----

Author POV

“Hah.” RiHyun menghela napasnya pelan. Kemudian, ia mengambil kacamata dari dalam tas selempang kecilnya yang ia sampirkan di pundaknya itu. Setelah memakai kacamata hitam itu, yeoja itu mengedarkan pandangannya.

Kini yeoja keturunan Indonesia-Korea itu berada di salah satu bandara yang dimiliki oleh ibukota Korea Selatan itu. Setelah merasa puas melihat keadaan sekitar, RiHyun menarik kopernya yang berwarna sapphire blue itu. RiHyun terlihat asyik melenggang dengan kedua kuping tertutup earphone-nya, terlihat jelas bahwa ia tidak mempedulikan sekitarnya. Ia terus melenggang di bandara yang lumayan sepi itu, karena ini baru jam 3 pagi.

Brugh. Brugh.

Tanpa disadari oleh RiHyun ada seseorang dari arah berlawanan yang berlari terburu-buru. Dan, dua insan itu tanpa sengaja saling bertabrakan. Kini mereka berdua-RiHyun dengan seorang namja yang terlihat jelas bahwa dia bukanlah orang Korea-jatuh tersungkur dengan posisi saling berhadapan. Tanpa mereka sadari, mereka melakukan hal yang sama secara serentak. Merintih sakit, berdiri bersamaan hingga membersihkan pakaian mereka yang sedikit kotor itu pun bersamaan.

“Yack, apa kau tidak punya mata, eoh?”. RiHyun bersuara dengan nada suara tinggi, terdengar sekali kalau yeoja itu tengah marah. Ia mengalungkan earphone-nya yang masih memutar lagu itu.

“Aku tidak sengaja, aku terburu-buru” jawab namja itu yang masih sibuk membersihkan pakaiannya yang memang lebih kotor dari pakaian RiHyun. Namja berwajah imut itu tidak mengubriskan RiHyun yang sudah menatapnya tajam.

“Yack, kau pikir, ka...u...”. Kalimat RiHyun menggantung begitu saja. Ia tidak melanjutkan perkataannya saat namja di depannya itu mengangkat kepalanya, memperlihatkan wajah imut dan baby face-nya kepada RiHyun.

Namja yang adalah seorang idol itu membuat RiHyun menahan amarahnya. Namun, namja itu salah mengartikan ekspresi RiHyun itu. Idol itu justru mengartikan ekspresi itu sebagai ekspresi terkejut salah satu fans-nya yang tidak menyangka bahwa dapat bertemu dengannya di sini, jam segini. Oleh sebab itu, namja itu menunjukan sebuah senyuman ramah yang terlihat manis itu. Namun, senyuman itu membuat RiHyun muak yang tanpa idol itu sadar. RiHyun pun mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, menahan amarahnya.

“Tolong, jangan beritahu siapa-siapa bahwa aku ada di sini ya!”. Idol itu bersuara dengan ramahnya, dan itu semakin membuat RiHyun kesal.

RiHyun tidak bersuara sama sekali. Dia diam, membungkam mulutnya, karena amarah bukan karena terkejut. Idol itu pun tidak bersuara. Namun, dia tetap tersenyum ramah kepada RiHyun berusaha membujuk yeoja itu untuk melakukan apa yang ia minta tadi.

“LuHan Hyung.”

Suasana hening terus menyelimuti mereka berdua hingga beberapa namja berlari mendekati idol yang mereka panggil LuHan itu. Mereka yang berjumlah 5 orang itu segera berdiri di samping kanan-kiri namja keturunan China bernama lengkap Xi LuHan itu.

Hyung, apa dia mengenalimu?” bisik seorang namja yang jelas adalah orang China itu yang tepat berdiri di samping LuHan.

LuHan menengok ke arah namja tinggi yang bernama lengkap Huang ZiTao itu. Kemudian, ia menganggukan kepalanya seraya bersuara. “Tentu saja, kalau tidak, kenapa dia terkejut seperti itu melihatku? Melihat kita? Aku pikir dia adalah fans kita”. Lalu, mereka berenam sama-sama menatap RiHyun yang tidak bersuara sama sekali itu.

Agashi, bisakah kau merahasiakan kedatangan kita ke Korea Selatan ini?” tanya seorang namja paling tinggi di antara mereka berenam. Seorang namja yang biasa dipanggil Kris itu menatap RiHyun penuh harap.

Tiba-tiba RiHyun menyeringai, membuat enam namja di depannya itu bertanya-tanya. “Apa untungnya aku merahasiakannya, eoh?”. Pertanyaan RiHyun itu membuat keenam namja itu saling menatap satu sama lain. “Apa yang dapat kalian berikan kepadaku?”. RiHyun kembali bersuara dengan kedua tangannya terlipat di dadanya.

“Kami akan memberikanmu tanda tangan kami. Dan, kau pun boleh memeluk dan berfoto dengan kami.” Kali ini yang menjawab adalah seorang namja keturunan China yang berponi panjang itu. Namja yang terkenal dengan nama Lay itu membuat RiHyun menatapnya tajam dengan sebuah kekehan kecil.

“Cih, aku tidak perlu tanda tangan, foto atau pun pelukan kalian” ujar RiHyun yang mulai mengambil kopernya lagi. Kemudian, dia menatap keenam namja itu satu per satu dengan sebuah tatapan tajam. “Jangan berpikir bahwa semua orang adalah fans kalian hanya karena kalian sudah debut.”

Keenam namja itu menatap RiHyun tidak percaya. Yeoja yang mereka pikir akan senang dengan tawaran mereka barusan itu justru menolaknya mentah-mentah.

Wait!”. Kris mencegat RiHyun yang berjalan melewati mereka. Ia memegang salah satu tangan RiHyun yang tidak menarik koper itu.

Namun, RiHyun langsung menepisnya kasar. Kemudian, ia memutar tubuhnya untuk kembali menghadap keenam namja yang membuatnya kesal itu. “Jangan seenaknya saja menyentuh orang! Apalagi jika orang itu baru bertemu dengan kalian. Jangan berpikiran bahwa hanya karena kalian sudah debut, kalian dapat seenaknya melakukan apa pun.”

“Apa kau tahu siapa kami?” tanya Kris.

“Cih.” RiHyun memalingkan wajahnya yang ditatap oleh Kris itu. Yeoja itu memalingkannya bukan karena takut, tapi karena tatapan Kris yang tidak ia mengerti. “Kalian masih muda tapi sudah pikun, eoh?”. RiHyun melipat tangannya kembali. Lalu, ia menatap enam namja itu atau lebih tepatnya lima namja, karena ia masih tidak mau menatap Kris yang masih menatapnya dengan tatapan aneh itu. “Kalian tadi dengar sendiri bahwa aku bilang kalian itu baru debut, secara tidak langsung aku bilang bahwa aku mengenal kalian.” Setelah mengucapkannya, RiHyun menatap Kris. Menatap sosok namja tinggi yang menjadi leader dari sub-group boyband itu. Menatap sosok leader itu dengan tatapan menantang. “Meski, terpaksa.” Mendengar dua kata terakhir yang diucapkan oleh RiHyun itu membuat keenam namja itu terkejut.

“Jadi, kau antis kami?”. Ragu. Salah satu namja yang dari tadi tidak bersuara itu akhirnya bersuara. Seorang namja yang adalah orang Korea Selatan yang memiliki nama panggung XiuMin. Namja itu bertanya ragu kepada RiHyun.

Hening. Tidak ada yang bersuara. Keenam namja itu diam menunggu jawaban RiHyun, sementara RiHyun diam memperhatikan ekspresi mereka. Namun, tiba-tiba, RiHyun menyeringai, membuat kelima namja itu menerka-nerka arti di balik seringaian itu.

“Bukan itu maksud dari pertanyaanku tadi, agashi.” Hanya satu namja yang tidak menebak arti dari seringaian itu, sang leader. Justru Kris bersuara yang mengakibatkan dirinya menjadi pusat perhatian. Namun, ia tidak mempedulikan tatapan member lainnya. Ia hanya menatap RiHyun yang juga menatapnya. “Maksudku adalah jika kau tidak mengenali kami, anggap pertemuan kita ini tidak pernah terjadi. Namun, jika kau mengenali kami, tolong rahasiakan pertemuan kita ini. Jangan beritahu kepada siapa pun. Meski, itu teman, sahabat, keluarga atau pun kekasihmu.” Terlihat kelima namja yang lain mengiyakan penjelasan Kris itu. Namun, RiHyun terkekeh pelan dengan sebuah seringaian kecil di wajahnya.

“Aku tidak mungkin menyebarkan pertemuan yang tidak aku inginkan ini ke publik, karena bagaimana pun juga kalian termasuk tanggung jawabku” jawab RiHyun yang justru membuat keenam namja itu menatapnya penuh tanya. “Ada sesuatu yang aku tahu, tapi kalian tidak.” Setelah mengucapkannya, RiHyun melangkah menjauhi boyband itu.

----

LuHan POV

Hyung, kenapa sarapannya tidak dimakan?”.

Aku menggelengkan kepalaku saat mendengar sebuah suara, tersadar dari lamunanku. Kemudian, menengok ke sumber suara. Aku melihat D.O. menatapku aneh. Aku pun melihat ke arah piringku, tersadar bahwa sarapanku belum aku sentuh sedikit pun.

Ne, hyung makan!”. Aku pun langsung memakan sarapan ini.

Hyung, ada masalah? Dari tadi hyung terus melamun” tanya D.O. yang membuatku meliriknya lewat ujung mataku.

Aku terdiam-tidak menjawab-dan tetap menyantap sarapanku ini. D.O. pun terdiam, seperinya dia ingin tau jawabanku itu. Tidak lama, aku mendengar suara langkah kaki. Aku pun menengok ke pintu dapur. Aku melihat XiuMin melangkah masuk, berjalan ke arah refrigerator.

 “LuHan hyung, jawab pertanyaanku!” rengek D.O. saat sadar aku mengacuhkannya. Aku pun menengok ke arahnya dan tersenyum lebar yang menurutku terlihat bodoh.

“Memang ada apa, D.O.?”. Aku mendengar XiuMin bersuara. Aku hanya diam menyantap makananku. Aku tidak ada urusan dengan namja paling tua di boyband-ku itu.

“Aku bertanya ke LuHan hyung kenapa dari tadi dia melamun terus. Aku bertanya apa hyung ada masalah, tapi tidak dijawab” jelas D.O. yang dapat terdengar dari nada suaranya itu bahwa dia kesal denganku, karena tidak memberikan jawaban. Aku pun hanya dapat terkekeh dalam hati dan berusaha untuk menghabiskan sarapan ini tanpa bersuara.

Yeoja yang di bandara tadi itu, eoh?”. Aku mendengar XiuMin melontarkan pertanyaan kepadaku saat aku menaruh piring kotor di wastafel dapur. Aku menoleh kearahnya sedikit, kemudian mengangguk. “Sebenarnya aku juga terus memikirkan yeoja itu” aku XiuMin saat aku berjalan mendekatinya, mengambil gelas yang ia pegang dan menegak habis isinya.

“Apa yang kalian bicarakan, XiuMin hyung, LuHan hyung?” tanya D.O. Aku menoleh ke arahnya, dan sekali lagi aku menunjukan senyum lebarku itu yang berhasil membuat D.O. mendengus kesal.

“Tadi di bandara kita ketemu dengan seorang yeoja, D.O.” jawab XiuMin yang sepertinya kasihan melihat D.O. yang aku kerjai itu. “Ada pertanyaan lagi?”.

“Memang yeoja itu kenapa, hyung?” tanya D.O.

“Susah dijelaskan.” Kali ini akulah yang menjawab. Aku menatap D.O. penuh arti yang aku sendiri tidak dapat mengartikannya. “Dia yeoja berkoper sapphire blue. Yeoja yang menolak tanda tangan, foto, sentuhan atau pun pelukan kita. Padahal, dia mengetahui siapa kita.”

Aigoo, daebak, hyung!” puji D.O. yang membuatku menatapnya aneh.

“Apanya yang daebak, D.O.?” tanyaku meminta pennjelasan atas pujiannya tadi. “Nan mollayo.” Aku mendengus kesal mendengar jawaban salah satu lead vocal EXO itu saat ia memberikan jawaban yang sama sekali tidak masuk di akal.

----

Author POV

“Apa tidak bisa jika bukan aku, eoh?” tanya RiHyun.

Kini yeoja itu sedang berada di sebuah ruangan. Ia berdiri di depan sebuah meja di mana lelaki yang selalu ia panggil abeoji itu duduk di baliknya. Lelaki yang tidak lain adalah Lee SooMan itu mendongakan kepalanya. Terlihat jelas dari raut wajahnya bahwa ia bosan mendengar pertanyaan RiHyun yang selalu sama itu.

“Tidak bisa, RiHyun. Kalau pun bisa aku tidak akan menyuruhmu ke sini.” Meskipun sudah merasa kesal, tetapi SooMan tetap berusaha untuk tidak memarahi RiHyun.

RiHyun hanya mendengus kesal mendengar jawaban SooMan itu. Kemudian, yeoja itu berjalan mendekati sofa merah yang berada di dalam ruangan SooMan itu. Ia membanting tubuhnya di atas sofa empuk itu. Lalu, mengeluarkan iPhone dari dalam tas lempangnya itu dan langsung terlihat sibuk dengan gadget-nya itu. SooMan tersenyum sipul melihat tingkah anak angkatnya itu. Meski bukanlah anak angkat asli, tetapi lelaki paruh baya itu sudah menganggap RiHyun sebagai anaknya semenjak ia membaca FF yang dikirim oleh yeoja keturunan Indonesia-Korea itu.

SooMan membenarkan posisi tubuhnya, agar duduk tegap di bangkunya. “Aku akan memberikan ruang latihan untukmu, bagaimana?”. Sontak semua kegiatan RiHyun berhenti saat mendengar tawaran dari abeoji-nya itu. RiHyun melirik ke arah abeoji-nya lewat ujung matanya. Dan, hal itu membuat SooMan tersenyum melihat respon RiHyun yang menunjukan bahwa yeoja itu tidak akan menolak tawarannya itu.

“Apa ini suapan agar aku menyetujui keinginan abeoji, eoh?” tanya RiHyun yang kini beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke tempatnya berdiri beberapa menit yang lalu. RiHyun melipat kedua tangannya itu, menatap lekat ke arah abeoji-nya itu.

Ani, aku akan tetap memberikanmu gaji seperti manager lainnya” jawab SooMan yang membuat RiHyun menyeringai kecil. “Dan, anggap saja ruang latihan itu hadiah dariku.”

Jinja? Kau memberikanku hadiah, eoh? Setauku pria bernama Lee SooMan, pemilik SM Entertainment adalah orang paling pelit di Korea Selatan, or maybe in the world too.” RiHyun bersuara dengan santai yang membuat SooMan tersenyum kecil.

“Dan, sebagai rasa terimakasihku karena kau telah datang kemari. Karena, meskipun kau menolak, kau akan tetap menjalankan keinginanku, Cho RiHyun. Kalau tidak, untuk apa kau kemari, eoh?” ujar SooMan yang membuat RiHyun mendengus kesal.

TokTokTok.

Nuguseyo?”. Baik RiHyun atau pun SooMan, mereka berdua sama-sama menengok ke arah pintu yang diketuk tiga kali tadi.

Seonsaengnim ini kami, EXO.” Terlihat jelas bahwa RiHyun terkejut mendengar suara itu dan hal itu disadari oleh SooMan. Pria paruh baya itu langsung tersenyum sipul kembali.

Come in!”. RiHyun langsung memelototi pria paruh baya itu saat mendengar suara SooMan itu. Terbaca jelas bahwa RiHyun bertanya maksud dari kata-kata SooMan itu lewat tatapan mata. Namun, SooMan yang mengerti dengan arti dari tatapan itu, justru mengacuhkannya. Ia berpura-pura tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh anak angkatnya itu. “Bersiaplah kau akan segera bertemu dengan anak asuhmu kelak.” RiHyun menelan ludahnya susah payah saat mendengar ujaran SooMan barusan.

Klek.

Seonsaengnim, kami datang!”.

Tidak ada yang tau atau pun sadar bahwa kini RiHyun sangat tegang mendengar suara itu. Dia berusaha mengatur napasnya, agar lebih tenang. Namun, percuma dia melakukan itu, karena tidak akan ada yang menyadari kalau dirinya tengah tegang yang disebabkan oleh wajah dan aura cueknya yang memang tidak bisa hapus.

“SooMan seonsaengnim, kau sedang bertemu dengan seseorang?” tanya salah satu dari dua belas namja yang memiliki nama panggung XiuMin itu.

“Lebih baik nanti kita datang lagi saja, seonsaengnim. Kami tidak ingin mengganggu pertemuan seonsaengnim dengan yeoja itu.” Kali ini salah satu dari dua leader-lah yang bersuara. Leader-SuHo-itu berdiri tepat di samping leader lainnya yang memiliki nama panggung Kris.

“Tidak perlu, karena dia juga ada hubungannya dengan aku menyuruh kalian kemari di hari free kalian” jawab SooMan yang membuat semua members EXO memutar otaknya. “Berbaliklah dan perkenalkan dirimu kepada mereka semua!”.

“Haruskah?” tanya RiHyun yang membuat semua member EXO terkejut mendengar nada suaranya yang terkesan menentang itu. Dan, tambahan untuk member EXO-M, mereka menyadari bahwa suara itu tidak asing di kuping mereka

Joeseonghamnida, agasshi, apa kita pernah bertemu? Suaramu terdengar tidak asing untukku.” Kris mengutarakan rasa penasarannya itu yang di-iya-kan oleh member EXO-M lainnya.

RiHyun menundukan kepalanya mendengar pertanyaan yang diutarakan oleh namja China yang usianya lebih tua darinya itu. RiHyun menyeringai kecil, namun seringaian itu langsung lenyap saat ia mengangkat kepalanya. Sekilas, ia menatap SooMan lekat, lalu ia membalikan badannya perlahan.

Jinja? Aku rasa kau salah orang” jawab RiHyun.

“Kau…”. Semua member EXO-M terkejut melihat yeoja yang ada dihadapannya itu adalah yeoja yang mereka temui waktu lalu.

tbc…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar