Selasa, 16 Oktober 2012

Nae Oppa, Nae Sarang


Title : Nae Oppa, Nae Sarang
Genre : Family, Love, Friendship, Romance (maybe)
Main Cast : Oh SeHun EXO, Cho KyuHyun, Cho/Kim HeeNa (OC)
Support Cast : Tan HanGeng, Cho RiHyun (OC), Oh HyeMin (OC), Cho HyunJoo (OC)
Author : RistaMania
Length : OneShot (5.312 words)
Rating : PG-15 (?)
Disclaimer : All casts in this ff are belong to God, but this story (ff) is mine

----

Jadi saya bukan anak kandungnya, dokter?’.

‘Ne, hasilnya seperti itu. Anda bukanlah anak biologis dari wanita yang data-datanya anda bawa.’

Aku sudah menduganya.’

----

SeHun POV

Annyeong, Na-ya” sapaku yang sudah berada di samping yeoja yang aku panggil Na-ya ini. Yeoja bernama lengkap Kim HeeNa itu pun menengok ke arahku dengan tatapan acuh tidajk acuh, tapi imut untukku.

Mworago?” tanyanya saat aku sudah duduk di bangku yang berada di sampingnya yang masih kosong itu. Aku menunjukan senyumku yang biasanya dapat meluluhkan hati seorang yeoja, namun itu pengecualian untuk yeoja di hadapanku ini. “Can I sit beside you?”.

“Terserah” jawabnya tidak peduli. Aku hanya dapat mengerucutkan bibirku mendengar responnya itu.

Annyeong haseyo, joneun Oh SeHun imnida. Aku adalah seorang siswa kelas 12 di Star High School. Aku termasuk namja popular di sekolah ini, karena dapat aku klaim bahwa yeojadeul mengidam-idamkanku. Aku tidak narsis, it’s real. Namun, itu sebuah pengecualian untuk yeoja satu ini. Yeoja manis bermata sipit yang kini menjadi teman sebangkuku. Yeoja bermarga Kim itu sama sekali tidak terpesona denganku. Otakku yang pintar tidak menarik perhatiannya, sikapku yang baik hati, perhatian nan romantis tidak membuatnya peduli kepadaku, keahlianku dalam dance yang biasanya membuat yeojadeul berteriak histeris tidak dapat membuatnya histeris dan membuatnya menjadikanku idolanya, bahkan rupaku yang seperti Romeo ini tidak dapat membuatnya melirikku sedikit pun. Jujur, aku mencintai yeoja sepertinya, karena itu sebuah tantangan untukku. Aku sangat menyukai tantangan. So, jangan salahkan aku, jika itu juga berarti aku menjadi musuh dari salah satu seonsaengnim di sekolah ini. Bahkan, membenci seonsaengnim-ku itu.

----

Author POV

Suasana kelas HeeNa dan SeHun menjadi sunyi, setelah beberapa menit bel sekolah berbunyi akibat sang seonsaengnim telah berdiri di depan kelas. Seluruh murid membungkam mulut mereka, bukan karena sang seonsaengnim termasuk dalam daftar killer seonsaengnim yang dibuat anak-anak Star High School, melainkan karena sang seonsaengnim termasuk dalam daftar pujaan yeojadeul sekolah tersebut. Hampir seluruh murid menatap seonsaengnim berjenis kelamin namja tersebut yang menjadi wali kelas itu.

Namun, tidak ada yang tahu bahwa seonsaengnim bernama lengkap Cho KyuHyun itu menatap sengit ke arah salah satu muridnya yang kini menjadi teman sebangku dari yeoja yang dicintainya itu. Tatapan sengit KyuHyun itu disadari oleh namja tersebut yang justru dibalas dengan tatapan meremehkan, seolah mengklaim bahwa yeoja yang duduk bersamanya itu sudah menjadi miliknya seorang. Bahkan, nada suara KyuHyun saat memanggil nama namja tersebut pun terdengar berbeda, namun sayang tidak ada yang menyadarinya.

----

HeeNa POV

Istirahat sudah dimulai beberapa menit lalu dan kini aku berada di koridor sekolah, melangkah entah kemana pun kakiku ingin dengan kedua kuping yang aku tutup dengan earphone-ku yang tengah mengalunkan lagu-lagu kesukaanku.

“KYA…mmpphh???!!!”. Aku berteriak kaget, namun teriakanku terhenti oleh bengkapan sebuah tangan yang kuat. Aku ditarik ke sebuah ruangan yang gelap, pintu ruangan tersebut sudah tertutup rapat, dan orang ini masih setia membungkam mulutku.

Beberapa menit kemudian, orang ini menjauhkan tangannya yang membengkap mulutku itu. Aku langsung membalikan badanku.

KLIK. Aku mengerjap-ngerjapkan kedua mataku saat lampu ruangan ini menyala, membiasakan kedua mataku dengan cahaya tiba-tiba ini. Kedua mataku melebar saat melihat siapa pelaku tersebut.

BUGH. “AW…???!!!”. Aku menendang tulang kering pelaku yang ternyata adalah seorang namja yang memiliki nama lengkap Oh SeHun ini. SeHun pun langsung berjongkok memegangi tulang keringnya yang sudah dapat aku pastikan terasa sangat sakit itu, sebab aku menendangnya dengan kuat.

Aku mengerucutkan bibirku dengan novel yang aku letakan di dadaku ini seraya melihat namja yang dipuja-puja yeoja ini. Dia terus merintih kesakitan tanpa henti, namun aku tidak merasa kasihan sama sekali dengannya. Itu adalah salahnya sendiri, why he did it to me?

“Kau kejam, Na-ya” protesnya, setelah beberapa menit. Kini dia sudah berdiri tegap di depanku.

“Itu salahmu, kau pantas menerimanya, SeHun-ah” jawabku tidak peduli seraya memalingkan wajahku darinya. Aku membungkam mulutku, kata-kata yang hendak aku katakan tiba-tiba menghilang saat menerima respon dari SeHun yang diluar dugaanku. Dia mengacak-acak lembut rambutku penuh kasih yang membuatku menghela napasku berat. “Hah.”

Aku menoleh ke arahnya yang membuat SeHun menjauhkan tangannya dari rambutku. “Apa maumu, eoh?” Mendengar pertanyaanku itu, SeHun langsung tersenyum lebar menunjukan deretan gigi putihnya. “Hanya ingin bersamamu.”

“Cih, dasar.” Aku menggeleng-gelengkan kepalaku pelan saat mendengar jawabannya itu. “Aku tidak punya waktu untuk itu, aku harus segera ke ruangan Cho seonsaengnim. Beliau memanggilku.” SeHun mengerucutkan bibirnya mendengar penolakanku barusan. Aku langsung melangkah meninggalkannya sendiri tanpa menunggu sepatah kata pun darinya.

----

Author POV

Gelap. Itulah yang dapat dilihat oleh kedua mata indah HeeNa. Dia memeluk dirinya sendiri seraya kedua matanya mencari sepercik cahaya di dalam kegelapan yang kini menyelimuti dirinya itu. Kini yeoja itu berada di dalam sebuah café yang entah kenapa tiba-tiba seperti sebuah tempat mengerikan. HeeNa mengambil iPhone-nya dari dalam tas lempang yang ia bawa. Ia membaca kembali pesan yang beberapa jam lalu ia terima.
Datanglah ke café biasa jam 6. Aku tidak menerima kata terlambat.’ HeeNa mengerucutkan bibirnya saat mengetahui bahwa dirinya memang terlihat bodoh melakukan isi dari pesan yang dikirimkan oleh namja yang dicintainya itu.

Klik. Baru saja HeeNa hendak membalikan badannya, hendak ingin pulang, saat tiba-tiba lampu café ini menyala dengan sendirinya dan lantunan lagu romantis mengalun di ruangan café yang mulai terang benerang ini. HeeNa membalikan tubuhnya kembali dan kedua matanya langsung terbelalak melihat pemandangan yang kini berada di hadapannya.

Sebuah ruangan café  yang sudah disulap menjadi sebuah tempat yang sangat romantis. Berbagai rangkaian bunga yang cantik terpajang di seluruh penjuru café tersebut dengan kata ‘I Love You’ dalam berbagai bahasa di tengah-tengah rangkaian tersebut. Entah berapa jumlah kelopak bunga mawar merah cantik membuat jalan untuknya yang berakhir di sebuah panggung kecil. Kedua mata HeeNa yang sipit itu menemukan sosok namja yang tidak asing untuknya sedang berjongkok memunggunginya sibuk menyalakan lilin-lilin kecil. HeeNa pun melangkahkan kedua kakinya menuju tempat namja itu dengan mata liarnya yang membaca kata-kata ‘Saranghaeyo’ dalam berbagai bahasa tersebut. Langkah HeeNa berhenti saat namja yang ia cintai itu sudah berdiri tegap di hadapannya.

Wa ai lu. Aishiteru. Wo ai ni. Inaru Taka. Volim Te. Ke a go rata. Techihhila. Mo ni fe. Mahal kita. Te amo. Bahibak. Te dua. Saranghaeyo.”

HeeNa terkekeh pelan saat mendengar namja di hadapannya ini membaca kata-kata cinta kepadanya dengan berbagai bahasa. Mulai dari bahasa Hok kian, Jepang, Mandarin, Pangansinan, Serbian, Setswana, Sioux, Yoruba, Tagalog, Latin, Lebanese, Albanian dan diakhiri dengan bahasa Korea.

Do you like it?”. Namja bernama lengkap Cho KyuHyun itu melontarkan pertanyaannya yang membuat kekehan HeeNa berhenti. Mereka berdua kini saling menatap dengan tatapan lembut dan senyum khas mereka masing-masing yang bisa membuat orang di hadapannya jatuh hati.

HeeNa mengangguk manis menjawab pertanyaan KyuHyun barusan. “Ne, I like it.” Sebuah senyuman yang terbentuk di bibir KyuHyun makin melebar saat mendengar jawaban HeeNa barusan.

Plok. Plok. Plok. KyuHyun bertepuk tangan tiga kali yang dengan ajaib lampu langsung mati seketika dan lagu yang sedari tadi bermain itu berhenti. Suasana di antara mereka berdua menjadi sangat romantis ditambah dengan KyuHyun yang kini berlutut di hadapan HeeNa layaknya seorang pangeran di cerita dongeng-dongeng kepada sang putri.

“Mungkin kau sudah mendengar gossip yang beredar di sekolah, di mana aku selalu mengistimewakanmu, karena aku mencintaimu. Aku tidak mengelak terhadapa gossip itu, aku hanya membiarkannya. Karena, aku sendiri tau bahwa itu memang benar. ‘Cause, I really love you. Would you be my girlfriend?”.

----

HeeNa POV

Gomapta, oppa” ucapku seraya menoleh ke sampingku di mana namjachingu-ku berada di belakang kemudi. Aku memang menerima KyuHyun menjadi namjachingu-ku, karena aku pun mencintainya. Bahkan, sebelum kami resmi menjadi sepasang kekasih pun, liburan kemarin kami pergi ke pulau Jeju bersama. Apakah kita nekat? Maybe.

Salah satu tangan KyuHyun mengacak-acak rambutku yang memang sedari tadi aku biarkan terurai itu. Aku mengerucutkan bibirku, karena tingkah KyuHyun itu. Dan, justru itu membuat KyuHyun terkekeh.

Cup. Kedua mataku terbelalak saat KyuHyun mengecup bibirku cepat. “Sudah cepat sana masuk. Aku tidak mau kau besok telat.”

Aku tersenyum lebar mendengar ucapan KyuHyun barusan. Aku pun keluar dari mobilnya. Aku masih menatap mobil itu hingga kedua mataku tidak dapat melihatnya.

“Na-ya.” Aku sontak kaget mendengar sebuah suara memanggilku dari belakang. Aku membalikan badanku dan mendapatkan sosok SeHun berdiri tepat di depanku. Aku hendak tersenyum kepadanya, namun aku urungkan itu saat melihat SeHun menatapku dengan ekspresi yang tidak biasa. Dia seperti sangat marah kepadaku. Dia berdiri dengan kedua tangan terlipat di dadanya.

“Apa yang kau lakukan dengan Cho seonsaengnim, eoh? Ini sudah malam” ujar SeHun dengan nada yang membuatku muak.

“Apa urusanmu?”. Bukannya menjawab pertanyaannya, justru aku balik bertanya kepadanya.

“Cih, jangan bilang kau berpacaran dengan Cho seonsaengnim” ujar SeHun yang semakin membuatku muak.

Ne, kini KyuHyun oppa adalah namjachingu-ku” bentakku yang tidak dapat menahan emosiku lagi. Aku sangat muak dengannya. Dia terus bersikap seperti itu kepadaku, dia seperti menjagaku dari namja mana pun yang mendekatiku. Dan, yang paling membuatku muak adalah dia seolah ingin sekali menjauhkanku dari KyuHyun. Padahal, dia sendiri tahu kalau aku mencintai KyuHyun. “Kau tidak berhak melarangku berpacaran dengan siapa pun, termasuk KyuHyun oppa.” Aku langsung masuk ke dalam rumahku ini tanpa mempedulikan respon dari SeHun.

----

KyuHyun POV

Annyeong, Cho seonsaengnim.” Aku mengadahkan kepalaku saat mendengar seseorang memanggilku. Aku tersenyum sipul, mendapati seorang namja sudah berada di depanku. Sementara namja bernama lengkap Oh SeHun itu, dia hanya menatapku dengan tatapan yang sepertinya menyimpan emosi di dalamnya.

“Kau memanggilku, eoh? Waeyo?” tanyanya yang membuatku tersenyum sinis kepadanya yang berbicara tidak sopan kepada seonsaengnim-nya sendiri. Terlebih, aku ini adalah wali kelasnya. Dia benar-benar lancang berbicara seperti itu kepadaku.

Aku tidak menjawab apa-apa, hingga aku memutuskan berdiri dari tempatku duduk. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru kantor ini, dan bersyukur karena tidak ada yang memperhatikan kami. Aku langsung menatap namja ini dengan kedua tanganku berada di dalam kantong celanaku.

“Aku ingin berbicara denganmu, tapi tidak di sini” ujarku. “Apa kau ada waktu? Hari ini Jung seonsaengnim tidak akan mengajar kalian dan kalian akan pulang lebih cepat. Itu dikhususkan untuk kelasku, beritahu kepada semua murid kelasku dan segera ke mobilku. Aku ingin bicara denganmu di luar sekolah.” SeHun mengangkat kedua alisnya mendengar penjelasanku barusan. Mungkin terdengar aneh, namun inilah kenyataannya.

----

HeeNa POV

Aku mendudukan diriku di bangku panjang yang berada di taman ini. Kini aku memang berada di taman sendirian, meski sekolah masih berlangsung. Jangan kira aku membolos, ini adalah sebuah keistimewaan yang diberikan oleh KyuHyun yang menjadi wali kelasku, seperti itulah yang dijelaskan oleh SeHun tadi di kelas. Aku tidak curiga dengan keistimewaan itu, justru aku senang, karena dengan begitu aku dapat memanfaatkan waktuku untuk mencari keluargaku. Aku memang seorang anak angkat dan ‘Kim’ bukanlah marga asliku seperti yang diketahui semua orang yang kenal aku.

“Hah.” Aku menghela napasku pelan. Rencananya tadi aku meminta KyuHyun untuk menemaniku, tapi dia menolaknya dengan lembut lewat pesan yang beberapa menit lalu ia kirimkan.

Aku menatap nanar ke secarik kertas yang berada di tangan kananku ini. Secarik kertas di mana tertulis sebuah alamat rumah. Di mana orang tua kandungku tinggal. Memang aku baru menyadari bahwa aku adalah anak angkat, setelah aku mengeceknya ke dokter beberapa bulan lalu. Beliau menyatakan bahwa aku bukanlah anak kandung dari orang tua yang selama ini merawatku.

Flash Back : On-Author POV-

HeeNa menatap kesal ke arah pria dan wanita paruh baya yang kini duduk di depannya itu. Mereka berdua menundukan kepala mereka, karena kini kesalahan mereka telah terungkap oleh HeeNa.

“Lalu, di mana orang tua kandungku sekarang?” tanya HeeNa yang tidak dapat menahan nada kesal di dalamnya.

Pria paruh baya yang selama ini dipanggil ‘appa’ oleh HeeNa itu mengangkat kepalanya, menatap lembut HeeNa. “Tidak bisakah kau melupakan mereka?”.

HeeNa memalingkan kepalanya. Mungkin tingkahnya itu sudah lewat dari batas kata sopan, HeeNa sendiri menyadarinya. Namun, dia sudah sangat kesal sebab kedua orang tua angkatnya ini terus menerus membujuknya untuk tidak mencari orang tua kandungnya. “Apa alasannya?”. Tidak mau menjawab dengan jawaban yang sama berulang kali, akhirnya HeeNa pun menanyakan apa alasan mereka berdua mencegah dirinya mencari sebuah kenyataan yang berarti untuk dirinya itu.

“Karena, kami tidak ingin kehilanganmu” jawab wanita paruh baya yang selama ini dipanggil ‘eomma’ oleh HeeNa. HeeNa menengok ke arah eomma angkatnya itu. Bagaimana pun HeeNa juga seorang yeoja, dia pasti akan merasa tidak enak hati telah bersikap dingin kepada eomma dan appa angkatnya itu, namun kebohongan bahwa mereka bukan orang tua kandung HeeNa-lah yang membuat HeeNa bersikap seperti ini.

“Apa kalian menculikku?” tanya HeeNa terus terang yang membuat kedua orang tua angkatnya tersenyum tipis.

“Mungkin bisa dibilang seperti itu, kami membawamu pergi saat kau ditinggal oleh kedua orang tuamu di dalam mobil di mana pintunya terbuka” jawab appa angkatnya yang membuat HeeNa mengeryitkan keningnya. Appa angkatnya itu menengok ke arah istrinya yang tidak dapat menyembunyikan kesedihannya itu, beliau menatap nanar istrinya itu. Kemudian, beliau menatap ke arah anak angkatnya itu, berniat memberikan penjelasan lebih lanjut, sebelum anak angkatnya ini salah paham. “Kami tidak dapat mempunyai seorang anak, karena rahim eomma-mu terpaksa diangkat.”

Kedua mata HeeNa terbelalak mendengar penjelasan lebih lanjut dari appa angkatnya itu. Ia melirik ke arah eomma angkatnya yang sudah mulai terisak itu, hati kecilnya bergetar. Dia mengerti bagaimana perasaan eomma-nya itu, bagaimana pun juga dia dan eomma angkatnya itu adalah seorang perempuan, tentu mereka dapat saling mengerti apalagi dalam masalah seperti ini. Kemudian, HeeNa menundukan kepalanya. Dia menggelengkan kepalanya pelan. “Namun, itu bukanlah alasan yang pantas untuk menghalangiku bertemu dan berkumpul dengan keluarga kandungku?”.

Mianhae, jeongmal mianhae” ucap eomma angkatnya yang terdengar parau itu yang membuat HeeNa ingin ikut menangis bersama beliau.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun HeeNa berdiri dari tempat duduknya, menunduk sebentar, kemudian berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Flash Back : Off-Author POV-

“Hah.” Aku menghela napasku berat mengingat saat di mana aku bersikap dingin kepada orang tua angkatku. Mereka sangat menyayangiku, bahkan merekalah yang memberikanku alamat rumah keluarga kandungku yang tertulis di secarik kertas ini.

Aku mengangkat kepalaku. Aku menatap langit yang bersinar terang itu. Bagaimana pun juga aku menjadi merasa sangat bersalah kepada eomma angkatku, beliau telah kehilangan sesuatu yang berharga bagi seorang perempuan. Aku mengerti bagaimana perasaannya, karena itu adalah sebuah musibah yang sangat besar bagi kami, kaum perempuan. Namun, aku ingin bertemu dan berkumpul bersama keluarga kandungku. Aku sadar bahwa aku egois. Namun, aku berjanji tidak akan melupakan jasa mereka berdua, dan akan melakukan apa pun agar mereka senang.

----

SeHun POV

Kini aku berada di sebuah café bersama seonsaengnim yang sangat aku benci. Aku melihatnya yang menyuprut cappuccino-nya itu. Menyadari bahwa aku menatapnya, seonsaengnim itu balas menatapku.

“Kau tidak perlu memanggilku seonsaengnim di luar sekolah, kau bisa memanggilku dengan sebutan hyung” ucapnya yang membuatku tersenyum sinis.

“Cih, kau pikir aku senang memanggilmu seonsaengnim selama ini” ujarku.

“Bisakah kau bersikap sedikit sopan kepada orang yang lebih tua darimu, OH SEHUN” ucap namja bermarga Cho ini dengan penekanan saat menyebut nama panjangku.

Aku menyandarkan punggung di tempatku duduk ini. Aku melipat kedua tanganku di dada. Aku menatapnya sengit yang dibalas dengan tatapan sengit juga oleh namja di depanku ini. “Shireo! Lebih baik kau segera memberitahukanku sesuatu yang kau ingin bicarakan denganku, karena aku tidak mempunyai banyak waktu, KYUHYUN HYUNG.” Aku membalasnya dengan menekankan pada namanya itu serta panggilan ‘hyung’. Hal itu membuat KyuHyun terkekeh pelan.

Arraseo, aku hanya ingin membertahumu sesuatu” ujar KyuHyun yang melipat kedua tangannya di atas meja yang memisahkan jarak kita berdua ini. “Aku tau bahwa kau mencintai HeeNa.”

Aku tersenyum sinis mendengar pengakuannya itu. “Tidak perlu kau beritahu aku pun sudah mengetahuinya.”

KyuHyun tersenyum lembut kepadaku yang membuatku muak. “Aku ingin kau tidak mencintainya lagi. Dia sudah menjadi milikku sekarang.”

----

HeeNa POV

“Hah.” Aku menghela napasku berat. Aku kembali menatap nanar ke arah genggaman tanganku ini, di mana secarik kertas itu berada. Kemarin, aku sama sekali tidak mengunjungi rumah orang tua kandungku, karena alasan batinku yang belum siap. Lagi pula, aku pun masih ingin membahagiakan orang tua angkatku, sebelum aku tinggal bersama orang tua kandungku.

Kini aku sudah berada di kelas, dan suasana kelas masih sangat sepi. Baru aku yang datang. Aku menaruh kertas itu di dalam tasku, kemudian menatap ke arah iPhone-ku. Aku mengambilnya, karena ada sebuah pesan masuk. Aku membaca pesan yang dikirimkan oleh KyuHyun itu.

Kau sudah berada di kelas? Ckckck, betapa rajinnya nae yeojachingu. Kau sudah sarapan? Kalau belum ayo kita sarapan bersama di kantin.’ Aku tersenyum manis membacanya, kemudian aku pun segera membalasnya dan menuju ke kantin menemui nae namjachingu.

----

SeHun POV

“Mau kemana dia?” gumamku saat melihat HeeNa keluar dari kelas, entah menuju kemana.

Sebenarnya aku tertarik untuk mengikutinya, namun kakiku menyuruhku masuk ke dalam kelas. Aku menaruh tasku di bangku samping HeeNa. Aku mengeluarkan PSP-ku dan mulai memainkannya. Entah dasar apa, aku melirik ke arah tas HeeNa yang tergeletak begitu saja di atas meja. Dan, sepertinya beberapa setan sudah merasuki diriku yang membuat aku menggapai tas HeeNa. Aku sangat ingin mengetahui tentang HeeNa. Aku mencari-cari apa pun yang menurutku menarik, namun tidak ada yang menarik dari isi tas HeeNa. Yang ada hanya buku-buku pelajarannya, kotak pensil dan sebuah novel. Hendak menaruh kembali tas HeeNa, aku menyadari sesuatu terjatuh. Aku mengambilnya yang ternyata adalah secarik kertas. Aku membaca tulisan yang ada di sana, yang aku yakini adalah sebuah alamat rumah. Aku membalikan kertas itu yang ternyata di baliknya juga terdapat beberapa tulisan yang aku yakini HeeNa-lah yang menulisnya. Kedua mataku melebar saat membacanya. ‘My Real Family’s Addres’. Alamat rumah tadi bukanlah alamat rumah HeeNa yang sekarang, aku sudah beberapa kali bertemu dengan HeeNa, bahkan bertemu dengan orang tuanya. ‘Apa maksud dari kata-kata itu? Jadi HeeNa anak angkat?’.

Belum sempat pertanyaan itu terjawab, teman-temanku sudah mulai berdatangan yang membuatku secara sadar memasukan secarik kertas itu ke dalam kantong celanaku. Aku tau ini berarti aku mencuri, but I don’t care. Aku ingin mengetahui kehidupan HeeNa yang sebenarnya, kehidupan yeoja yang akan aku cintai selamanya. Dan, sudah aku putuskan, pulang sekolah ini, aku akan mengunjungi rumah ini.

----

KyuHyun POV

Annyeong haseyo, Cho seonsaengnim.” Sebuah senyuman langsung terbentuk di bibirku saat mendengar suara yang tidak asing untukku itu berbicara formal kepadaku, bahkan aku pun terkekeh pelan mendengar suara namja itu berbicara formal kepadaku. Aku pun segera menengok ke sumber suara, yang membuatku harus melihat namja bermarga Oh itu. Namja ini menatapku dengan tatapan malas yang membuatku tidak boleh membuang waktu sedetik pun, jika tidak mau membuat namaku tercemar hanya karena terlibat adu bentak dengan salah satu muridku. Terlebih, namja di hadapanku ini adalah murid di mana wali kelasnya adalah aku.

“Ada apa lagi, eoh?” tanyanya yang mulai berbicara tidak sopan denganku yang membuatku menaikan salah satu alisku. “Aku tidak punya waktu untuk berurusan denganmu.”

Aku tersenyum sinis mendengar kalimat terakhirnya itu. Aku mengangkat salah satu tanganku, meletakannya di atas kepala namja bernama SeHun ini dan mengacak-acak rambutnya pelan yang membuat SeHun menatapku semakin tajam. “Santailah sedikit, Oh SeHun!”
Memang tidak ada balasan sama sekali dari SeHun, aku pun langsung membereskan barang-barangku. Meski aku tidak melihat ke arah SeHun sekarang ini, namun aku tau bahwa dia meresponku tanpa suara. Aku tau bahwa namja keras kepala ini pasti mengumpatku dalam hati dan mengerucutkan bibirnya kesal kepadaku, karena aku telah memperlakukannya seperti anak kecil. Aku tidak peduli, mau dia sebenci apa pun terhadapku, aku justru senang membuatnya kesal seperti ini.

Kajja! Ikut aku!” ujarku yang mengambil langkah terlebih dahulu dari padanya.

“YACK!”. Suaranya itu membuatku menghentikan langkah dan melihat ke sekitarku.
“Hah.” Aku hanya dapat menghela napasku berat. Seandainya sekolah ini sudah sepi, aku pastikan SeHun pulang dengan wajah babak belur.

Aku pun berusaha mengontrol diriku sendiri. Kemudian, aku pun membalikan badanku dan memamerkan senyumku yang lemah lembut kepada namja yang berlari menyusulku itu. Beberapa detik kemudian, SeHun sudah berdiri tepat di depanku yang membuatku bertanya kepadanya lewat bahasa mata.

“Pulang sekolah, eoh?” tanyanya yang aku mengerti maksudnya itu. Aku menganggukan kepalaku pelan sebagai jawabannya.

Shireo! aku ada acara yang lebih penting dari pada harus bersamamu.” Kembali aku menghela napasku berat saat mendengar penjelasannya yang terdengar tidak enak di kedua kupingku ini.

Dengan terpaksa, aku pun merangkul namja ini kuat-kuat dan membawanya menuju mobilku yang terparkir manis di parkiran sekolah ini. SeHun memberikan berontakan atas rangkulanku ini, namun aku tidak mempedulikannya. Namun, berontakannya tidak kunjung berhenti hingga akhirnya berhenti saat aku melepaskan rangkulanku saat kami berdua tepat berada di samping mobilku.

“Cepat, masuk!” ujarku membukakan pintu mobilku untuknya. Tidakkah aku baik membukakannya pintu layaknya seorang pelayan kepada tuannya? “Aku tidak menerima penolakan apa pun darimu.”

“Tapi, aku akan memberikanmu sebuah penolakan” jawabnya dengan kasar. “Terserah kau mau menerimanya atau tidak. I don’t care.”

Aku menatap namja ini heran. Jika memang dia tidak mau ikut denganku, kenapa dia masih berdiri di depanku. Aku pun tersenyum penuh makna. “Jika kau masih berada di hadapanku dalam hitungan tiga detik, maka kau tetap ikut denganku. Cancel semua jadwalmu hari ini, tuan sibuk.” Aku terkekeh melihat SeHun yang terdiam kaget dengan ucapan tiba-tibaku yang cepat itu.

Hana, dul, set.” Baru saja SeHun sadar dan hendak bergerak, namun semua itu telat. Aku langsung menarik kasar salah satu tangannya, memaksa namja itu masuk ke dalam mobilku dan menutup pintunya. Dengan segera, aku pun ikut masuk ke dalam mobil tersebut.

“YACK, APA-APAAN KAU INI???!!!” protes SeHun tepat saat aku menyalakan mesin mobil ini. Aku meliriknya tanpa ada minat untuk menjawab protesannya itu. Tanpa mempedulikan SeHun yang terus menerus memberikan protes kepadaku, aku pun melajukan mobilku menuju rumahku dengan kecepatan penuh. “YACK, KAU INGIN MEMBUNUHKU, EOH???!!! PELANKAN KECEPATANNYA!!!”.

Dengan kasar, aku menginjak rem yang membuat SeHun sedikit terdorong ke depan. Aku menatap kesal ke arah SeHun yang masih saja menatapku itu. PLAK. Aku memberikan muridku ini sebuah jitakan yang sepertinya keras sebab dia merintih kesakitan setelah menerimanya.

“Aku juga tidak akan pernah mau membawamu bersamaku, aku lebih memilih bersama HeeNa dari pada denganmu. Apa kau tau bahwa sekolah akan mengadakan lomba antar kelas yang mengharuskanku memantau kalian, dan mengharuskanku berdiskusi dengan namja sepertimu, eoh?”. Mendengar penjelasanku barusan itu membuat SeHun terdiam dengan mulut terbuka. “Cih, kalau tidak tau apa-apa, diam saja!”.

Tidak ada jawaban, dan itu cukup membuat aku sedikit tenang, tanpa merasa bersalah, karena aku telah menjelaskan hal itu dengan nada membentak. Aku pun mulai mengendarai mobil ini kembali menuju rumahku atau lebih tepatnya menuju rumah orang tuaku, karena sampai sekarang aku masih tinggal bersama mereka, meski sebenarnya aku sudah memiliki rumah sendiri. Namun, mereka masih memintaku untuk tinggal bersama mereka.

“Hey, ayo, masuk! Tidak perlu sungkan” ujarku menyadarkan SeHun yang sedari tadi melamun.

Kini kami sudah sampai di rumah orang tuaku dan sejak mobilku masih berada di luar pagar, SeHun mulai melamun. Entalah, tapi sepertinya dia terkejut mengetahui rumah ini adalah rumahku. SeHun masih berdiri di tempatnya, namun kini kepalanya menengok ke arahku.

“Apa ini rumahmu, hyung?” tanyanya.

Aku menggelengkan kepalaku pelan. “Ini rumah orang tuaku. Aku disuruh tetap tinggal di sini bersama mereka. Hari ini saja kita berdiskusi di sini, nanti-nanti kita berdiskusinya di rumahku.”

----

Author POV

Kamar bercat dinding biru muda itu ini terlihat berbeda dari biasanya. Biasanya kamar itu terlihat rapih dan bersih, kini kamar itu terlihat sangat berantakan, tidak beda jauh dengan keadaan kapal yang karam beratus-ratus tahun silam.

“Dimana? Dimana?” gumam sang pemilik kamar yang adalah yeoja bernama HeeNa.

Klek. Pintu kamar itu terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya yang tidak lain dan tidak bukan adalah eomma angkatnya HeeNa. Beliau terdiam melihat anak angkatnya yang sibuk mencari sesuatu, sehingga tidak menyadari keberadaannya.

“HeeNa” panggil beliau, setelah sepuluh menit berdiam diri membiarkan HeeNa tidak menyadari keberadaanya. Mendengar panggilan eomma angkatnya itu, membuat HeeNa menghentikan semua pekerjaannya, kecuali bernapas. HeeNa membalikan badannya. Ia menatap ke arah eomma angkatnya itu dengan keringat mengucur-membasahi tubuhnya. “Waeyo?”.

“Harusnya eomma-lah yang bertanya seperti itu” jawab wanita paruh baya itu seraya melangkah mendekati HeeNa. Beliau menghentikan langkahnya saat jarak antara keduanya hanya tinggal selangkah kaki orang dewasa. “Ada apa denganmu? Kenapa kamarmu menjadi berantakan seperti ini? Kenapa kau berkeringat seperti itu? Kau terlihat seperti orang kehilangan tiket surga, Na-ya.”

“Alamatnya, eomma…” jawab HeeNa pelan. HeeNa menundukan kepalanya. “Aku menghilangkan alamatnya.”

“Bisakah eomma meminta sesuatu kepadamu, Na-ya?” tanya beliau yang membuat HeeNa mengangkat kepalanya. HeeNa menganggukan kepalanya mantap. Bukankah ini yang dia tunggu-tunggu. Dia ingin membahagiakan kedua orang tua angkat, sebelum dia memilih tinggal bersama keluarga kandungnya. “Bisakah kau berdandan malam ini? Dan, menuruti kemauan appa dan eomma? Eomma berjanji, setelah ini eomma dan appa tidak akan meminta apa pun darimu. Kami berdua pun akan mempertemukanmu dengan orang tua kandungmu.”

“Memang ada apa? Apa keinginan appa dan eomma?” tanya HeeNa merasa ada yang tidak beres di dalam pertanyaan eomma angkatnya itu.

“Kami menjodohkanmu dengan namja pilihan kami. Kami ingin kau menikah dengannya. Kita akan bertemu dengan keluarganya malam ini. Tenang saja, kau tidak akan merasa canggung dengannya. Kau mengenal namja ini. Dan, eomma melihat kau berhubungan baik dengannya. Namanya Oh SeHun.”

----

HeeNa POV

Istirahat sudah dimulai beberapa menit lalu dan kini aku berada di koridor sekolah. Entah kemana aku melangkah, aku hanya menuruti kakiku ini. Aku melangkah dengan kedua kuping yang aku tutup dengan earphone-ku yang tengah mengalunkan lagu-lagu kasar dengan keras.

“KYA…mmpphh???!!!”. Aku berteriak kaget, namun teriakanku terhenti oleh bengkapan sebuah tangan yang kuat. Aku ditarik ke sebuah ruangan yang gelap, pintu ruangan tersebut sudah tertutup rapat, dan orang ini masih setia membungkam mulutku.

Beberapa menit kemudian, orang ini menjauhkan tangannya yang membengkap mulutku itu. Aku langsung membalikan badanku. KLIK. Aku mengerjap-ngerjapkan kedua mataku saat lampu ruangan ini menyala, membiasakan kedua mataku dengan cahaya tiba-tiba tersebut. Kedua mataku melebar saat melihat siapa pelaku tersebut.

BUGH. “AW…???!!!”.
Aku menendang tulaang kering pelaku yang ternyata adalah seorang namja yang telah membuatku tidak tidur semalaman, terbukti dari kedua kantung mata di wajahku ini. Aku mengerucutkan bibirku seraya menatap namja bernama SeHun ini yang berjongkok memegangi tulang keringnya yang sudah dapat aku pastikan terasa sangat sakit itu, sebab aku tadi menendangnya dengan kuat.

Aku terus mendengar rintihan kesakitannya itu tanpa henti, namun aku tidak merasa kasihan sama sekali. Aku sudah terlalu kesal terhadapnya. Sudah dua kali dia memperlakukanku seperti ini, belum lagi ditambah dengan kejadian tadi malam yang benar-benar sukses membuatku tidak tidur semalaman. Bukan untuk menangis, tapi untuk menghilangkan kekesalanku, dengan sekali lagi memberantakan kamarku.

“Kau kejam, Na-ya” protesnya, setelah beberapa menit. Kini dia sudah berdiri tegap di depanku.

I don’t care” jawabku ketus yang sukses membuat SeHun membelalakan kedua matanya. Namja ini menatapku tidak percaya, dan aku balas menatapnya kesal.

“Apa salahku?” tanyanya.

“Banyak” jawabku singkat dan ketus yang membuat SeHun kembali menatapku tidak percaya.

Aku tidak peduli dengan responnya lagi. Aku mulai mengambil langkah meninggalkannya. Namun, langkahku terhenti oleh SeHun yang menggenggam salah satu tanganku. Ia menarikku dan memaksaku untuk kembali berdiri menghadapnya. Dia mendorongku pelan untuk berdiri menyandar di dinding ruangan ini. Dia mengunciku dengan kedua tangannya yang berada di kedua sisiku. Aku membungkam mulutku saat menyadari tatapan SeHun yang tidak biasa itu.

“Kau mau kemana?” tanya SeHun yang membuatku susah payah menelan ludahku sendiri, karena nada bicaranya. Nada bicaranya sangat dingin itu membuatku terdiam, terpaku ketakutan. “Jangan bilang kau mau menemui seonsaengnim sialan bermarga Cho itu.”

PLAK. Kedua mataku benar-benar terasa panas sekarang ini. Aku menatap SeHun kesal. Namja di hadapanku ini menatapku tidak percaya seraya memegang salah satu pipinya yang baru aku tampar itu. SeHun benar-benar sudah keteraluan.

“KAU TIDAK BERHAK BERKATA SEPERTI ITU TENTANG KYUHYUN OPPA! DIA TETAPLAH SEONSAENGNIM-MU, KAU HARUS MENGHORMATINYA! DAN, KAU TIDAK PUNYA HAK UNTUK MENANYAKAN APA-APA TENTANGKU” bentakku. Aku benar-benar sudah tidak suka dengan sikap SeHun ini. “Cih, kau jangan lupakan kejadian tadi malam. Kau sudah sah…”.

“APA? MENJADI TUNANGANMU, HAH?”. Aku memotong ucapan SeHun kembali dengan sebuah bentakan. “AKU MENERIMANYA HANYA KARENA EOMMA DAN APPA-KU YANG MEMINTANYA. ITU KEINGINAN MEREKA, TAPI ITU BUKAN KEINGINANKU. AKU TIDAK AKAN PERNAH MENYETUJUINYA DENGAN ALASAN AKU MENCINTAIMU. AKU HANYA AKAN PERNAH MENYETUJUINYA DENGAN ALASAN ITU ADALAH KEINGINAN ORANG TUAKU. CINTAIKU DAN HATIKU HANYA MILIK KYUHYUN OPPA. AKU MENCINTAINYA, SANGAT MENCINTAINYA.”

PLAK. Kedua mataku membelalak. Salah satu pipiku terasa sangat perih dan panas. Aku menoleh ke arah SeHun.

“Kau tidak boleh mencintainya” ujar SeHun dingin, ketus, tajam, semuanya bercampur aduk.

“Cih, apa hakmu? Sudah aku bilang aku hanya mencintai KyuHyun oppa” jawabku.

PLAK. Sekali lagi namja di hadapanku ini menamparku di tempat yang sama membuatku merasakan perih dan panas yang semakin menjadi.

Aku meraskan sesuatu menyentuh keningku, kemudian terjatuh ringan di salah satu tanganku. Aku membelalakan kedua mataku melihat apa itu. Aku langsung menatap namja ini tidak percaya. Namja yang ternyata adalah seorang pencuri ini.

“Jadi kau pencuri yang mengambil benda berhargaku ini?” ujarku tajam tidak percaya.

“Ya, aku mencurinya dan aku sudah mengetahui semuanya. Semua tentang keluarga angkatmu, keluarga aslimu” jelasnya yang membuatku sangat muak.

Hendak aku memberinya sebuah tamparan, namun dicegah olehnya yang menggenggam tanganku itu dengan erat. “Apa kau akan mencintai KyuHyun hyung, jika ternyata dia adalah oppa-mu, eoh? Jika ternyata margamu bukanlah Kim, tapi Cho?”. Aku menggelengkan kepalaku pelan. Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang dia katakan. Dia sudah sangat keteraluan.

----

SeHun POV

“Aku tidak percaya dengan semua omong kosongmu, SeHun. Aku akan tetap mencintai KyuHyun oppa apa pun yang terjadi.”

PLAK. Tiga kali sudah aku menampar yeoja yang aku cintai ini. Sudah tiga kali aku menampar calon tunangan, sekaligus calon istriku ini. Aku menatap yeoja ini tidak percaya, begitu pun juga yeoja ini. Memang aku yang meminta eomma dan appa-ku untuk menjodohkanku dengan HeeNa. Dan, itu terlaksana dengan lancar hingga tadi malam kedua keluarga saling berkenalan dan memberikan sebuah kejutan besar kepada HeeNa yang terlihat cantik dengan gaun sederhana berwarna biru muda itu. Meski aku tau bahwa HeeNa mencintai KyuHyun, tapi entah kenapa dia menyetujui perjodohan itu. Dan, jika aku boleh menebak itu karena ahjumma dan ahjussi berjanji akan mempertemukan HeeNa dengan keluarga kandungnya. Keluarga kandung yang aku berani taruhan akan membuat HeeNa terkejut.

“Sudah puas kau mempermainkanku, SeHun?” ujarnya dingin yang membuat hatiku sakit. Aku mencintainya,  sangat mencintainya. “Sudah puas kau mempermainkanku, OH SEHUN? KAU SUDAH SEENAKNYA SAJA MEMINTA KEPADA ORANG TUAMU UNTUK MENJODOHKAN KITA BERDUA. KAU SUDAH SEENAKNYA SAJA MENYATAKAN BAHWA CINTAKU DAN KYUHYUN OPPA ITU ADALAH CINTA TERLARANG. KAU BENAR-BENAR KETERLALUAN, OH SEHUN.”

Diam. Hanya itu yang dapat aku lakukan, membiarkan yeoja yang aku cintai kembali membentakku. Dia melangkahkan kedua kakinya keluar dari ruangan ini. Aku hanya dapat menatapnya nanar. Sungguh, aku ingin mengeluarkannya dari jalan setan seperti ini.

Lamunanku buyar saat iPhone-ku bergetar. Aku menatapnya, membaca pesan masuk tersebut. Aku terkekeh renyah membacanya. Sebuah pesan dari yeoja bernama lengkap Cho HeeNa. Sebuah pesan yang menuju ke arah permohonan.

Jika kau memang mencintaiku, maka biarkan aku bahagia. Yang aku tau, seseorang akan merelakan orang yang dicintainya pergi, asalkan orang yang mereka cintai itu bahagia. Sekali lagi, aku katakan bahwa aku menerimamu menjadi calon bahkan mungkin menjadi suamiku kelak. Tapi, hatiku hanya untuk seorang KyuHyun. Aku mencintainya, sangat mencintainya. Tidak peduli bahwa kita berdua dalam lingkaran setan.’

----

Author POV

Appa.” Seorang anak perempuan berumur 7 tahun mendatangi SeHun yang tengah duduk di sofa seraya membaca buku di tangannya. Menyadari anaknya sudah berada di dekatnya, SeHun pun menggendong buah hatinya itu. Ia pangku anak kecil itu. Kemudian, ia peluk erat-erat. “Appa, tadi di sekolah teman-teman HyeMin membanggakan eomma mereka. HyeMin iri.”

Mendengar cerita HyeMin yang entah untuk keberapa kalinya, itu membuat SeHun semakin mengeratkan pelukannya. “HyeMin tidak perlu iri. Bukankah HyeMin memiliki appa yang sangat tampan ini? Bukankah teman-teman HyeMin menyukai appa? Banggakan saja appa? Arraseo?”. HyeMin yang mendengar jawaban appa-nya itu pun mengangguk kecil.

Memang kini SeHun memiliki anak perempuan, buah cintanya dengan HeeNa. Yeoja yang sampai saat ini masih ia cintai. Sosok yeoja yang telah menikah dengannya, memberikannya anak perempuan cantik dan meninggalkan anak tidajk berdosa ini saat berumur 3 tahun, pergi bersama cintanya yang juga adalah oppa-nya. Nekat, mungkin. Namun, SeHun tidak dapat berbuat apa-apa. SeHun sudah bersumpah akan melakukan apa pun untuk yeoja yang ia cintai itu, meski harus dicap sebagai ‘namja aneh’ oleh keluarganya, meski harus membiarkan dua orang itu melakukan dosa.

KyuHyun pun tidak berbeda dengan HeeNa. Dia telah menikah dengan wanita bernama RiHyun, memberikannya anak lelaki bernama Cho HyunJoo dan pergi bersama HeeNa saat HyunJoo berumur 4 tahun. RiHyun sangat terpuruk saat mengetahui yang sebenarnya, setelah mendengar penjelasan secara rinci dari SeHun. Namun, kini RiHyun hidup bahagia bersama HanGeng yang menjadi suaminya kini, membesarkan HyunJoo berdua.

Berbeda dengan SeHun. Dia memilih sendirian, memilih sendiri membesarkan HyeMin. Membesarkan HyeMin tanpa kasih sayang seorang eomma yang seharusnya ia dapatkan itu. Membesarkan HyeMin susah payah, agar yeoja yang ia cintai itu hidup bahagia dengan KyuHyun di luar negeri sana.

The End...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar