Title : Nae Oppa, Nae Sarang
Genre : Family, Love, Friendship, Romance (maybe)
Main Cast : Oh SeHun EXO, Cho KyuHyun, Cho/Kim HeeNa (OC)
Support Cast : Tan HanGeng, Cho RiHyun (OC), Oh HyeMin (OC), Cho
HyunJoo (OC)
Author : RistaMania
Length : OneShot (5.312 words)
Rating : PG-15 (?)
Disclaimer : All casts in this ff are belong to God, but this
story (ff) is mine
----
‘Jadi
saya bukan anak kandungnya, dokter?’.
‘Ne,
hasilnya seperti itu. Anda bukanlah anak biologis dari wanita yang data-datanya
anda bawa.’
‘Aku
sudah menduganya.’
----
SeHun
POV
“Annyeong, Na-ya” sapaku yang sudah berada di samping yeoja yang aku panggil Na-ya
ini. Yeoja bernama lengkap Kim HeeNa
itu pun menengok ke arahku dengan tatapan acuh tidajk acuh, tapi imut untukku.
“Mworago?” tanyanya saat aku sudah duduk
di bangku yang berada di sampingnya yang masih kosong itu. Aku menunjukan
senyumku yang biasanya dapat meluluhkan hati seorang yeoja, namun itu pengecualian untuk yeoja di hadapanku ini. “Can
I sit beside you?”.
“Terserah”
jawabnya tidak peduli. Aku hanya dapat mengerucutkan bibirku mendengar
responnya itu.
Annyeong haseyo, joneun
Oh SeHun imnida. Aku adalah
seorang siswa kelas 12 di Star High
School. Aku termasuk namja
popular di sekolah ini, karena dapat aku klaim bahwa yeojadeul mengidam-idamkanku. Aku tidak narsis, it’s real. Namun, itu sebuah
pengecualian untuk yeoja satu ini. Yeoja manis bermata sipit yang kini
menjadi teman sebangkuku. Yeoja
bermarga Kim itu sama sekali tidak terpesona denganku. Otakku yang pintar tidak
menarik perhatiannya, sikapku yang baik hati, perhatian nan romantis tidak membuatnya peduli kepadaku, keahlianku dalam dance yang biasanya membuat yeojadeul berteriak histeris tidak dapat
membuatnya histeris dan membuatnya menjadikanku idolanya, bahkan rupaku yang
seperti Romeo ini tidak dapat membuatnya melirikku sedikit pun. Jujur, aku
mencintai yeoja sepertinya, karena
itu sebuah tantangan untukku. Aku sangat menyukai tantangan. So, jangan salahkan aku, jika itu juga
berarti aku menjadi musuh dari salah satu seonsaengnim
di sekolah ini. Bahkan, membenci seonsaengnim-ku
itu.
----
Author
POV
Suasana
kelas HeeNa dan SeHun menjadi sunyi, setelah beberapa menit bel sekolah
berbunyi akibat sang seonsaengnim
telah berdiri di depan kelas. Seluruh murid membungkam mulut mereka, bukan
karena sang seonsaengnim termasuk
dalam daftar killer seonsaengnim yang
dibuat anak-anak Star High School,
melainkan karena sang seonsaengnim
termasuk dalam daftar pujaan yeojadeul
sekolah tersebut. Hampir seluruh murid menatap seonsaengnim berjenis kelamin namja
tersebut yang menjadi wali kelas itu.
Namun,
tidak ada yang tahu bahwa seonsaengnim bernama
lengkap Cho KyuHyun itu menatap sengit ke arah salah satu muridnya yang kini
menjadi teman sebangku dari yeoja
yang dicintainya itu. Tatapan sengit KyuHyun itu disadari oleh namja tersebut yang justru dibalas
dengan tatapan meremehkan, seolah mengklaim bahwa yeoja yang duduk bersamanya itu sudah menjadi miliknya seorang.
Bahkan, nada suara KyuHyun saat memanggil nama namja tersebut pun terdengar berbeda, namun sayang tidak ada yang
menyadarinya.
----
HeeNa
POV
Istirahat
sudah dimulai beberapa menit lalu dan kini aku berada di koridor sekolah,
melangkah entah kemana pun kakiku ingin dengan kedua kuping yang aku tutup
dengan earphone-ku yang tengah
mengalunkan lagu-lagu kesukaanku.
“KYA…mmpphh???!!!”.
Aku berteriak kaget, namun teriakanku terhenti oleh bengkapan sebuah tangan
yang kuat. Aku ditarik ke sebuah ruangan yang gelap, pintu ruangan tersebut
sudah tertutup rapat, dan orang ini masih setia membungkam mulutku.
Beberapa
menit kemudian, orang ini menjauhkan tangannya yang membengkap mulutku itu. Aku
langsung membalikan badanku.
KLIK.
Aku mengerjap-ngerjapkan kedua mataku saat lampu ruangan ini menyala, membiasakan
kedua mataku dengan cahaya tiba-tiba ini. Kedua mataku melebar saat melihat
siapa pelaku tersebut.
BUGH.
“AW…???!!!”. Aku menendang tulang kering pelaku yang ternyata adalah seorang namja yang memiliki nama lengkap Oh
SeHun ini. SeHun pun langsung berjongkok memegangi tulang keringnya yang sudah
dapat aku pastikan terasa sangat sakit itu, sebab aku menendangnya dengan kuat.
Aku
mengerucutkan bibirku dengan novel yang aku letakan di dadaku ini seraya
melihat namja yang dipuja-puja yeoja ini. Dia terus merintih kesakitan
tanpa henti, namun aku tidak merasa kasihan sama sekali dengannya. Itu adalah
salahnya sendiri, why he did it to me?
“Kau
kejam, Na-ya” protesnya, setelah
beberapa menit. Kini dia sudah berdiri tegap di depanku.
“Itu
salahmu, kau pantas menerimanya, SeHun-ah”
jawabku tidak peduli seraya memalingkan wajahku darinya. Aku membungkam
mulutku, kata-kata yang hendak aku katakan tiba-tiba menghilang saat menerima
respon dari SeHun yang diluar dugaanku. Dia mengacak-acak lembut rambutku penuh
kasih yang membuatku menghela napasku berat. “Hah.”
Aku
menoleh ke arahnya yang membuat SeHun menjauhkan tangannya dari rambutku. “Apa
maumu, eoh?” Mendengar pertanyaanku
itu, SeHun langsung tersenyum lebar menunjukan deretan gigi putihnya. “Hanya
ingin bersamamu.”
“Cih,
dasar.” Aku menggeleng-gelengkan kepalaku pelan saat mendengar jawabannya itu. “Aku
tidak punya waktu untuk itu, aku harus segera ke ruangan Cho seonsaengnim. Beliau memanggilku.” SeHun
mengerucutkan bibirnya mendengar penolakanku barusan. Aku langsung melangkah
meninggalkannya sendiri tanpa menunggu sepatah kata pun darinya.
----
Author
POV
Gelap.
Itulah yang dapat dilihat oleh kedua mata indah HeeNa. Dia memeluk dirinya
sendiri seraya kedua matanya mencari sepercik cahaya di dalam kegelapan yang
kini menyelimuti dirinya itu. Kini yeoja
itu berada di dalam sebuah café yang
entah kenapa tiba-tiba seperti sebuah tempat mengerikan. HeeNa mengambil
iPhone-nya dari dalam tas lempang yang ia bawa. Ia membaca kembali pesan yang
beberapa jam lalu ia terima.
‘Datanglah ke café biasa jam 6. Aku tidak menerima kata terlambat.’ HeeNa
mengerucutkan bibirnya saat mengetahui bahwa dirinya memang terlihat bodoh
melakukan isi dari pesan yang dikirimkan oleh namja yang dicintainya itu.
Klik.
Baru saja HeeNa hendak membalikan badannya, hendak ingin pulang, saat tiba-tiba
lampu café ini menyala dengan
sendirinya dan lantunan lagu romantis mengalun di ruangan café yang mulai terang benerang ini. HeeNa membalikan tubuhnya
kembali dan kedua matanya langsung terbelalak melihat pemandangan yang kini
berada di hadapannya.
Sebuah
ruangan café yang sudah disulap menjadi sebuah tempat yang
sangat romantis. Berbagai rangkaian bunga yang cantik terpajang di seluruh
penjuru café tersebut dengan kata ‘I Love You’ dalam berbagai bahasa di
tengah-tengah rangkaian tersebut. Entah berapa jumlah kelopak bunga mawar merah
cantik membuat jalan untuknya yang berakhir di sebuah panggung kecil. Kedua
mata HeeNa yang sipit itu menemukan sosok namja
yang tidak asing untuknya sedang berjongkok memunggunginya sibuk menyalakan
lilin-lilin kecil. HeeNa pun melangkahkan kedua kakinya menuju tempat namja itu dengan mata liarnya yang
membaca kata-kata ‘Saranghaeyo’ dalam
berbagai bahasa tersebut. Langkah HeeNa berhenti saat namja yang ia cintai itu sudah berdiri tegap di hadapannya.
“Wa ai lu. Aishiteru. Wo ai ni. Inaru Taka. Volim Te. Ke a go rata. Techihhila. Mo ni fe. Mahal kita. Te amo. Bahibak. Te dua. Saranghaeyo.”
HeeNa
terkekeh pelan saat mendengar namja
di hadapannya ini membaca kata-kata cinta kepadanya dengan berbagai bahasa.
Mulai dari bahasa Hok kian, Jepang, Mandarin, Pangansinan, Serbian, Setswana,
Sioux, Yoruba, Tagalog, Latin, Lebanese, Albanian dan diakhiri dengan bahasa
Korea.
“Do you like it?”. Namja bernama lengkap Cho KyuHyun itu melontarkan pertanyaannya
yang membuat kekehan HeeNa berhenti. Mereka berdua kini saling menatap dengan
tatapan lembut dan senyum khas mereka masing-masing yang bisa membuat orang di
hadapannya jatuh hati.
HeeNa
mengangguk manis menjawab pertanyaan KyuHyun barusan. “Ne, I like it.” Sebuah
senyuman yang terbentuk di bibir KyuHyun makin melebar saat mendengar jawaban
HeeNa barusan.
Plok.
Plok. Plok. KyuHyun bertepuk tangan tiga kali yang dengan ajaib lampu langsung
mati seketika dan lagu yang sedari tadi bermain itu berhenti. Suasana di antara
mereka berdua menjadi sangat romantis ditambah dengan KyuHyun yang kini
berlutut di hadapan HeeNa layaknya seorang pangeran di cerita dongeng-dongeng
kepada sang putri.
“Mungkin
kau sudah mendengar gossip yang
beredar di sekolah, di mana aku selalu mengistimewakanmu, karena aku
mencintaimu. Aku tidak mengelak terhadapa gossip
itu, aku hanya membiarkannya. Karena, aku sendiri tau bahwa itu memang benar. ‘Cause, I really love you. Would you
be my girlfriend?”.
----
HeeNa
POV
“Gomapta, oppa” ucapku seraya menoleh ke sampingku di mana namjachingu-ku berada di belakang
kemudi. Aku memang menerima KyuHyun menjadi namjachingu-ku,
karena aku pun mencintainya. Bahkan, sebelum kami resmi menjadi sepasang
kekasih pun, liburan kemarin kami pergi ke pulau Jeju bersama. Apakah kita
nekat? Maybe.
Salah
satu tangan KyuHyun mengacak-acak rambutku yang memang sedari tadi aku biarkan
terurai itu. Aku mengerucutkan bibirku, karena tingkah KyuHyun itu. Dan, justru
itu membuat KyuHyun terkekeh.
Cup.
Kedua mataku terbelalak saat KyuHyun mengecup bibirku cepat. “Sudah cepat sana
masuk. Aku tidak mau kau besok telat.”
Aku
tersenyum lebar mendengar ucapan KyuHyun barusan. Aku pun keluar dari mobilnya.
Aku masih menatap mobil itu hingga kedua mataku tidak dapat melihatnya.
“Na-ya.” Aku sontak kaget mendengar sebuah
suara memanggilku dari belakang. Aku membalikan badanku dan mendapatkan sosok
SeHun berdiri tepat di depanku. Aku hendak tersenyum kepadanya, namun aku
urungkan itu saat melihat SeHun menatapku dengan ekspresi yang tidak biasa. Dia
seperti sangat marah kepadaku. Dia berdiri dengan kedua tangan terlipat di
dadanya.
“Apa
yang kau lakukan dengan Cho seonsaengnim,
eoh? Ini sudah malam” ujar SeHun
dengan nada yang membuatku muak.
“Apa
urusanmu?”. Bukannya menjawab pertanyaannya, justru aku balik bertanya
kepadanya.
“Cih,
jangan bilang kau berpacaran dengan Cho seonsaengnim”
ujar SeHun yang semakin membuatku muak.
“Ne, kini KyuHyun oppa adalah namjachingu-ku”
bentakku yang tidak dapat menahan emosiku lagi. Aku sangat muak dengannya. Dia
terus bersikap seperti itu kepadaku, dia seperti menjagaku dari namja mana pun yang mendekatiku. Dan,
yang paling membuatku muak adalah dia seolah ingin sekali menjauhkanku dari
KyuHyun. Padahal, dia sendiri tahu kalau aku mencintai KyuHyun. “Kau tidak
berhak melarangku berpacaran dengan siapa pun, termasuk KyuHyun oppa.” Aku langsung masuk ke dalam
rumahku ini tanpa mempedulikan respon dari SeHun.
----
KyuHyun
POV
“Annyeong, Cho seonsaengnim.” Aku mengadahkan kepalaku saat mendengar seseorang
memanggilku. Aku tersenyum sipul, mendapati seorang namja sudah berada di depanku. Sementara namja bernama lengkap Oh SeHun itu, dia hanya menatapku dengan
tatapan yang sepertinya menyimpan emosi di dalamnya.
“Kau
memanggilku, eoh? Waeyo?” tanyanya yang membuatku
tersenyum sinis kepadanya yang berbicara tidak sopan kepada seonsaengnim-nya sendiri. Terlebih, aku
ini adalah wali kelasnya. Dia benar-benar lancang berbicara seperti itu
kepadaku.
Aku
tidak menjawab apa-apa, hingga aku memutuskan berdiri dari tempatku duduk. Aku
mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru kantor ini, dan bersyukur karena
tidak ada yang memperhatikan kami. Aku langsung menatap namja ini dengan kedua tanganku berada di dalam kantong celanaku.
“Aku
ingin berbicara denganmu, tapi tidak di sini” ujarku. “Apa kau ada waktu? Hari
ini Jung seonsaengnim tidak akan
mengajar kalian dan kalian akan pulang lebih cepat. Itu dikhususkan untuk
kelasku, beritahu kepada semua murid kelasku dan segera ke mobilku. Aku ingin
bicara denganmu di luar sekolah.” SeHun mengangkat kedua alisnya mendengar
penjelasanku barusan. Mungkin terdengar aneh, namun inilah kenyataannya.
----
HeeNa
POV
Aku
mendudukan diriku di bangku panjang yang berada di taman ini. Kini aku memang
berada di taman sendirian, meski sekolah masih berlangsung. Jangan kira aku
membolos, ini adalah sebuah keistimewaan yang diberikan oleh KyuHyun yang
menjadi wali kelasku, seperti itulah yang dijelaskan oleh SeHun tadi di kelas.
Aku tidak curiga dengan keistimewaan itu, justru aku senang, karena dengan
begitu aku dapat memanfaatkan waktuku untuk mencari keluargaku. Aku memang
seorang anak angkat dan ‘Kim’ bukanlah marga asliku seperti yang diketahui
semua orang yang kenal aku.
“Hah.”
Aku menghela napasku pelan. Rencananya tadi aku meminta KyuHyun untuk
menemaniku, tapi dia menolaknya dengan lembut lewat pesan yang beberapa menit
lalu ia kirimkan.
Aku
menatap nanar ke secarik kertas yang berada di tangan kananku ini. Secarik
kertas di mana tertulis sebuah alamat rumah. Di mana orang tua kandungku
tinggal. Memang aku baru menyadari bahwa aku adalah anak angkat, setelah aku
mengeceknya ke dokter beberapa bulan lalu. Beliau menyatakan bahwa aku bukanlah
anak kandung dari orang tua yang selama ini merawatku.
Flash Back :
On-Author POV-
HeeNa
menatap kesal ke arah pria dan wanita paruh baya yang kini duduk di depannya
itu. Mereka berdua menundukan kepala mereka, karena kini kesalahan mereka telah
terungkap oleh HeeNa.
“Lalu,
di mana orang tua kandungku sekarang?” tanya HeeNa yang tidak dapat menahan
nada kesal di dalamnya.
Pria
paruh baya yang selama ini dipanggil ‘appa’
oleh HeeNa itu mengangkat kepalanya, menatap lembut HeeNa. “Tidak bisakah kau
melupakan mereka?”.
HeeNa
memalingkan kepalanya. Mungkin tingkahnya itu sudah lewat dari batas kata
sopan, HeeNa sendiri menyadarinya. Namun, dia sudah sangat kesal sebab kedua
orang tua angkatnya ini terus menerus membujuknya untuk tidak mencari orang tua
kandungnya. “Apa alasannya?”. Tidak mau menjawab dengan jawaban yang sama
berulang kali, akhirnya HeeNa pun menanyakan apa alasan mereka berdua mencegah
dirinya mencari sebuah kenyataan yang berarti untuk dirinya itu.
“Karena,
kami tidak ingin kehilanganmu” jawab wanita paruh baya yang selama ini
dipanggil ‘eomma’ oleh HeeNa. HeeNa
menengok ke arah eomma angkatnya itu.
Bagaimana pun HeeNa juga seorang yeoja,
dia pasti akan merasa tidak enak hati telah bersikap dingin kepada eomma dan appa angkatnya itu, namun kebohongan bahwa mereka bukan orang tua
kandung HeeNa-lah yang membuat HeeNa bersikap seperti ini.
“Apa
kalian menculikku?” tanya HeeNa terus terang yang membuat kedua orang tua
angkatnya tersenyum tipis.
“Mungkin
bisa dibilang seperti itu, kami membawamu pergi saat kau ditinggal oleh kedua
orang tuamu di dalam mobil di mana pintunya terbuka” jawab appa angkatnya yang membuat HeeNa mengeryitkan keningnya. Appa angkatnya itu menengok ke arah
istrinya yang tidak dapat menyembunyikan kesedihannya itu, beliau menatap nanar
istrinya itu. Kemudian, beliau menatap ke arah anak angkatnya itu, berniat
memberikan penjelasan lebih lanjut, sebelum anak angkatnya ini salah paham. “Kami
tidak dapat mempunyai seorang anak, karena rahim eomma-mu terpaksa diangkat.”
Kedua
mata HeeNa terbelalak mendengar penjelasan lebih lanjut dari appa angkatnya itu. Ia melirik ke arah eomma angkatnya yang sudah mulai terisak
itu, hati kecilnya bergetar. Dia mengerti bagaimana perasaan eomma-nya itu, bagaimana pun juga dia
dan eomma angkatnya itu adalah
seorang perempuan, tentu mereka dapat saling mengerti apalagi dalam masalah
seperti ini. Kemudian, HeeNa menundukan kepalanya. Dia menggelengkan kepalanya
pelan. “Namun, itu bukanlah alasan yang pantas untuk menghalangiku bertemu dan
berkumpul dengan keluarga kandungku?”.
“Mianhae, jeongmal mianhae” ucap eomma
angkatnya yang terdengar parau itu yang membuat HeeNa ingin ikut menangis
bersama beliau.
Tanpa
mengucapkan sepatah kata pun HeeNa berdiri dari tempat duduknya, menunduk
sebentar, kemudian berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Flash Back :
Off-Author POV-
“Hah.”
Aku menghela napasku berat mengingat saat di mana aku bersikap dingin kepada
orang tua angkatku. Mereka sangat menyayangiku, bahkan merekalah yang
memberikanku alamat rumah keluarga kandungku yang tertulis di secarik kertas
ini.
Aku
mengangkat kepalaku. Aku menatap langit yang bersinar terang itu. Bagaimana pun
juga aku menjadi merasa sangat bersalah kepada eomma angkatku, beliau telah kehilangan sesuatu yang berharga bagi
seorang perempuan. Aku mengerti bagaimana perasaannya, karena itu adalah sebuah
musibah yang sangat besar bagi kami, kaum perempuan. Namun, aku ingin bertemu
dan berkumpul bersama keluarga kandungku. Aku sadar bahwa aku egois. Namun, aku
berjanji tidak akan melupakan jasa mereka berdua, dan akan melakukan apa pun
agar mereka senang.
----
SeHun
POV
Kini
aku berada di sebuah café bersama seonsaengnim yang sangat aku benci. Aku
melihatnya yang menyuprut cappuccino-nya
itu. Menyadari bahwa aku menatapnya, seonsaengnim
itu balas menatapku.
“Kau
tidak perlu memanggilku seonsaengnim
di luar sekolah, kau bisa memanggilku dengan sebutan hyung” ucapnya yang membuatku tersenyum sinis.
“Cih,
kau pikir aku senang memanggilmu seonsaengnim
selama ini” ujarku.
“Bisakah
kau bersikap sedikit sopan kepada orang yang lebih tua darimu, OH SEHUN” ucap namja bermarga Cho ini dengan penekanan
saat menyebut nama panjangku.
Aku
menyandarkan punggung di tempatku duduk ini. Aku melipat kedua tanganku di
dada. Aku menatapnya sengit yang dibalas dengan tatapan sengit juga oleh namja di depanku ini. “Shireo! Lebih baik kau segera
memberitahukanku sesuatu yang kau ingin bicarakan denganku, karena aku tidak
mempunyai banyak waktu, KYUHYUN HYUNG.” Aku membalasnya dengan menekankan pada
namanya itu serta panggilan ‘hyung’.
Hal itu membuat KyuHyun terkekeh pelan.
“Arraseo, aku hanya ingin membertahumu
sesuatu” ujar KyuHyun yang melipat kedua tangannya di atas meja yang memisahkan
jarak kita berdua ini. “Aku tau bahwa kau mencintai HeeNa.”
Aku
tersenyum sinis mendengar pengakuannya itu. “Tidak perlu kau beritahu aku pun
sudah mengetahuinya.”
KyuHyun
tersenyum lembut kepadaku yang membuatku muak. “Aku ingin kau tidak
mencintainya lagi. Dia sudah menjadi milikku sekarang.”
----
HeeNa
POV
“Hah.”
Aku menghela napasku berat. Aku kembali menatap nanar ke arah genggaman
tanganku ini, di mana secarik kertas itu berada. Kemarin, aku sama sekali tidak
mengunjungi rumah orang tua kandungku, karena alasan batinku yang belum siap.
Lagi pula, aku pun masih ingin membahagiakan orang tua angkatku, sebelum aku
tinggal bersama orang tua kandungku.
Kini
aku sudah berada di kelas, dan suasana kelas masih sangat sepi. Baru aku yang
datang. Aku menaruh kertas itu di dalam tasku, kemudian menatap ke arah
iPhone-ku. Aku mengambilnya, karena ada sebuah pesan masuk. Aku membaca pesan
yang dikirimkan oleh KyuHyun itu.
‘Kau sudah berada di kelas? Ckckck, betapa
rajinnya nae yeojachingu. Kau sudah
sarapan? Kalau belum ayo kita sarapan bersama di kantin.’ Aku tersenyum
manis membacanya, kemudian aku pun segera membalasnya dan menuju ke kantin
menemui nae namjachingu.
----
SeHun
POV
“Mau
kemana dia?” gumamku saat melihat HeeNa keluar dari kelas, entah menuju kemana.
Sebenarnya
aku tertarik untuk mengikutinya, namun kakiku menyuruhku masuk ke dalam kelas.
Aku menaruh tasku di bangku samping HeeNa. Aku mengeluarkan PSP-ku dan mulai
memainkannya. Entah dasar apa, aku melirik ke arah tas HeeNa yang tergeletak
begitu saja di atas meja. Dan, sepertinya beberapa setan sudah merasuki diriku
yang membuat aku menggapai tas HeeNa. Aku sangat ingin mengetahui tentang
HeeNa. Aku mencari-cari apa pun yang menurutku menarik, namun tidak ada yang
menarik dari isi tas HeeNa. Yang ada hanya buku-buku pelajarannya, kotak pensil
dan sebuah novel. Hendak menaruh kembali tas HeeNa, aku menyadari sesuatu
terjatuh. Aku mengambilnya yang ternyata adalah secarik kertas. Aku membaca
tulisan yang ada di sana, yang aku yakini adalah sebuah alamat rumah. Aku
membalikan kertas itu yang ternyata di baliknya juga terdapat beberapa tulisan
yang aku yakini HeeNa-lah yang menulisnya. Kedua mataku melebar saat
membacanya. ‘My Real Family’s Addres’.
Alamat rumah tadi bukanlah alamat rumah HeeNa yang sekarang, aku sudah beberapa
kali bertemu dengan HeeNa, bahkan bertemu dengan orang tuanya. ‘Apa maksud
dari kata-kata itu? Jadi HeeNa anak angkat?’.
Belum
sempat pertanyaan itu terjawab, teman-temanku sudah mulai berdatangan yang
membuatku secara sadar memasukan secarik kertas itu ke dalam kantong celanaku.
Aku tau ini berarti aku mencuri, but I
don’t care. Aku ingin mengetahui kehidupan HeeNa yang sebenarnya, kehidupan
yeoja yang akan aku cintai selamanya.
Dan, sudah aku putuskan, pulang sekolah ini, aku akan mengunjungi rumah ini.
----
KyuHyun
POV
“Annyeong haseyo, Cho seonsaengnim.” Sebuah senyuman langsung
terbentuk di bibirku saat mendengar suara yang tidak asing untukku itu
berbicara formal kepadaku, bahkan aku pun terkekeh pelan mendengar suara namja itu berbicara formal kepadaku. Aku
pun segera menengok ke sumber suara, yang membuatku harus melihat namja bermarga Oh itu. Namja ini menatapku dengan tatapan malas
yang membuatku tidak boleh membuang waktu sedetik pun, jika tidak mau membuat
namaku tercemar hanya karena terlibat adu bentak dengan salah satu muridku.
Terlebih, namja di hadapanku ini
adalah murid di mana wali kelasnya adalah aku.
“Ada
apa lagi, eoh?” tanyanya yang mulai
berbicara tidak sopan denganku yang membuatku menaikan salah satu alisku. “Aku
tidak punya waktu untuk berurusan denganmu.”
Aku
tersenyum sinis mendengar kalimat terakhirnya itu. Aku mengangkat salah satu
tanganku, meletakannya di atas kepala namja
bernama SeHun ini dan mengacak-acak rambutnya pelan yang membuat SeHun
menatapku semakin tajam. “Santailah sedikit, Oh SeHun!”
Memang
tidak ada balasan sama sekali dari SeHun, aku pun langsung membereskan
barang-barangku. Meski aku tidak melihat ke arah SeHun sekarang ini, namun aku
tau bahwa dia meresponku tanpa suara. Aku tau bahwa namja keras kepala ini pasti mengumpatku dalam hati dan
mengerucutkan bibirnya kesal kepadaku, karena aku telah memperlakukannya
seperti anak kecil. Aku tidak peduli, mau dia sebenci apa pun terhadapku, aku justru
senang membuatnya kesal seperti ini.
“Kajja! Ikut aku!” ujarku yang mengambil
langkah terlebih dahulu dari padanya.
“YACK!”.
Suaranya itu membuatku menghentikan langkah dan melihat ke sekitarku.
“Hah.”
Aku hanya dapat menghela napasku berat. Seandainya sekolah ini sudah sepi, aku
pastikan SeHun pulang dengan wajah babak belur.
Aku
pun berusaha mengontrol diriku sendiri. Kemudian, aku pun membalikan badanku
dan memamerkan senyumku yang lemah lembut kepada namja yang berlari menyusulku itu. Beberapa detik kemudian, SeHun
sudah berdiri tepat di depanku yang membuatku bertanya kepadanya lewat bahasa
mata.
“Pulang
sekolah, eoh?” tanyanya yang aku
mengerti maksudnya itu. Aku menganggukan kepalaku pelan sebagai jawabannya.
“Shireo! aku ada acara yang lebih penting
dari pada harus bersamamu.” Kembali aku menghela napasku berat saat mendengar
penjelasannya yang terdengar tidak enak di kedua kupingku ini.
Dengan
terpaksa, aku pun merangkul namja ini
kuat-kuat dan membawanya menuju mobilku yang terparkir manis di parkiran
sekolah ini. SeHun memberikan berontakan atas rangkulanku ini, namun aku tidak
mempedulikannya. Namun, berontakannya tidak kunjung berhenti hingga akhirnya
berhenti saat aku melepaskan rangkulanku saat kami berdua tepat berada di
samping mobilku.
“Cepat,
masuk!” ujarku membukakan pintu mobilku untuknya. Tidakkah aku baik
membukakannya pintu layaknya seorang pelayan kepada tuannya? “Aku tidak
menerima penolakan apa pun darimu.”
“Tapi,
aku akan memberikanmu sebuah penolakan” jawabnya dengan kasar. “Terserah kau
mau menerimanya atau tidak. I don’t care.”
Aku
menatap namja ini heran. Jika memang
dia tidak mau ikut denganku, kenapa dia masih berdiri di depanku. Aku pun
tersenyum penuh makna. “Jika kau masih berada di hadapanku dalam hitungan tiga
detik, maka kau tetap ikut denganku. Cancel
semua jadwalmu hari ini, tuan sibuk.” Aku terkekeh melihat SeHun yang terdiam
kaget dengan ucapan tiba-tibaku yang cepat itu.
“Hana, dul, set.” Baru saja
SeHun sadar dan hendak bergerak, namun semua itu telat. Aku langsung menarik
kasar salah satu tangannya, memaksa namja
itu masuk ke dalam mobilku dan menutup pintunya. Dengan segera, aku pun ikut
masuk ke dalam mobil tersebut.
“YACK,
APA-APAAN KAU INI???!!!” protes SeHun tepat saat aku menyalakan mesin mobil
ini. Aku meliriknya tanpa ada minat untuk menjawab protesannya itu. Tanpa
mempedulikan SeHun yang terus menerus memberikan protes kepadaku, aku pun
melajukan mobilku menuju rumahku dengan kecepatan penuh. “YACK, KAU INGIN
MEMBUNUHKU, EOH???!!! PELANKAN
KECEPATANNYA!!!”.
Dengan
kasar, aku menginjak rem yang membuat SeHun sedikit terdorong ke depan. Aku
menatap kesal ke arah SeHun yang masih saja menatapku itu. PLAK. Aku memberikan
muridku ini sebuah jitakan yang sepertinya keras sebab dia merintih kesakitan
setelah menerimanya.
“Aku
juga tidak akan pernah mau membawamu bersamaku, aku lebih memilih bersama HeeNa
dari pada denganmu. Apa kau tau bahwa sekolah akan mengadakan lomba antar kelas
yang mengharuskanku memantau kalian, dan mengharuskanku berdiskusi dengan namja sepertimu, eoh?”. Mendengar penjelasanku barusan itu membuat SeHun terdiam
dengan mulut terbuka. “Cih, kalau tidak tau apa-apa, diam saja!”.
Tidak
ada jawaban, dan itu cukup membuat aku sedikit tenang, tanpa merasa bersalah,
karena aku telah menjelaskan hal itu dengan nada membentak. Aku pun mulai
mengendarai mobil ini kembali menuju rumahku atau lebih tepatnya menuju rumah
orang tuaku, karena sampai sekarang aku masih tinggal bersama mereka, meski
sebenarnya aku sudah memiliki rumah sendiri. Namun, mereka masih memintaku
untuk tinggal bersama mereka.
“Hey,
ayo, masuk! Tidak perlu sungkan” ujarku menyadarkan SeHun yang sedari tadi
melamun.
Kini
kami sudah sampai di rumah orang tuaku dan sejak mobilku masih berada di luar
pagar, SeHun mulai melamun. Entalah, tapi sepertinya dia terkejut mengetahui
rumah ini adalah rumahku. SeHun masih berdiri di tempatnya, namun kini
kepalanya menengok ke arahku.
“Apa
ini rumahmu, hyung?” tanyanya.
Aku
menggelengkan kepalaku pelan. “Ini rumah orang tuaku. Aku disuruh tetap tinggal
di sini bersama mereka. Hari ini saja kita berdiskusi di sini, nanti-nanti kita
berdiskusinya di rumahku.”
----
Author
POV
Kamar
bercat dinding biru muda itu ini terlihat berbeda dari biasanya. Biasanya kamar
itu terlihat rapih dan bersih, kini kamar itu terlihat sangat berantakan, tidak
beda jauh dengan keadaan kapal yang karam beratus-ratus tahun silam.
“Dimana?
Dimana?” gumam sang pemilik kamar yang adalah yeoja bernama HeeNa.
Klek.
Pintu kamar itu terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya yang tidak lain
dan tidak bukan adalah eomma angkatnya
HeeNa. Beliau terdiam melihat anak angkatnya yang sibuk mencari sesuatu,
sehingga tidak menyadari keberadaannya.
“HeeNa”
panggil beliau, setelah sepuluh menit berdiam diri membiarkan HeeNa tidak
menyadari keberadaanya. Mendengar panggilan eomma
angkatnya itu, membuat HeeNa menghentikan semua pekerjaannya, kecuali
bernapas. HeeNa membalikan badannya. Ia menatap ke arah eomma angkatnya itu dengan keringat mengucur-membasahi tubuhnya. “Waeyo?”.
“Harusnya
eomma-lah yang bertanya seperti itu”
jawab wanita paruh baya itu seraya melangkah mendekati HeeNa. Beliau
menghentikan langkahnya saat jarak antara keduanya hanya tinggal selangkah kaki
orang dewasa. “Ada apa denganmu? Kenapa kamarmu menjadi berantakan seperti ini?
Kenapa kau berkeringat seperti itu? Kau terlihat seperti orang kehilangan tiket
surga, Na-ya.”
“Alamatnya,
eomma…” jawab HeeNa pelan. HeeNa
menundukan kepalanya. “Aku menghilangkan alamatnya.”
“Bisakah
eomma meminta sesuatu kepadamu, Na-ya?” tanya beliau yang membuat HeeNa
mengangkat kepalanya. HeeNa menganggukan kepalanya mantap. Bukankah ini yang
dia tunggu-tunggu. Dia ingin membahagiakan kedua orang tua angkat, sebelum dia
memilih tinggal bersama keluarga kandungnya. “Bisakah kau berdandan malam ini?
Dan, menuruti kemauan appa dan eomma? Eomma berjanji, setelah ini eomma
dan appa tidak akan meminta apa pun
darimu. Kami berdua pun akan mempertemukanmu dengan orang tua kandungmu.”
“Memang
ada apa? Apa keinginan appa dan eomma?” tanya HeeNa merasa ada yang
tidak beres di dalam pertanyaan eomma
angkatnya itu.
“Kami
menjodohkanmu dengan namja pilihan
kami. Kami ingin kau menikah dengannya. Kita akan bertemu dengan keluarganya
malam ini. Tenang saja, kau tidak akan merasa canggung dengannya. Kau mengenal namja ini. Dan, eomma melihat kau berhubungan baik dengannya. Namanya Oh SeHun.”
----
HeeNa
POV
Istirahat
sudah dimulai beberapa menit lalu dan kini aku berada di koridor sekolah. Entah
kemana aku melangkah, aku hanya menuruti kakiku ini. Aku melangkah dengan kedua
kuping yang aku tutup dengan earphone-ku
yang tengah mengalunkan lagu-lagu kasar dengan keras.
“KYA…mmpphh???!!!”.
Aku berteriak kaget, namun teriakanku terhenti oleh bengkapan sebuah tangan yang
kuat. Aku ditarik ke sebuah ruangan yang gelap, pintu ruangan tersebut sudah
tertutup rapat, dan orang ini masih setia membungkam mulutku.
Beberapa
menit kemudian, orang ini menjauhkan tangannya yang membengkap mulutku itu. Aku
langsung membalikan badanku. KLIK. Aku mengerjap-ngerjapkan kedua mataku saat
lampu ruangan ini menyala, membiasakan kedua mataku dengan cahaya tiba-tiba
tersebut. Kedua mataku melebar saat melihat siapa pelaku tersebut.
BUGH.
“AW…???!!!”.
Aku
menendang tulaang kering pelaku yang ternyata adalah seorang namja yang telah membuatku tidak tidur
semalaman, terbukti dari kedua kantung mata di wajahku ini. Aku mengerucutkan
bibirku seraya menatap namja bernama
SeHun ini yang berjongkok memegangi tulang keringnya yang sudah dapat aku pastikan
terasa sangat sakit itu, sebab aku tadi menendangnya dengan kuat.
Aku
terus mendengar rintihan kesakitannya itu tanpa henti, namun aku tidak merasa
kasihan sama sekali. Aku sudah terlalu kesal terhadapnya. Sudah dua kali dia
memperlakukanku seperti ini, belum lagi ditambah dengan kejadian tadi malam
yang benar-benar sukses membuatku tidak tidur semalaman. Bukan untuk menangis,
tapi untuk menghilangkan kekesalanku, dengan sekali lagi memberantakan kamarku.
“Kau
kejam, Na-ya” protesnya, setelah
beberapa menit. Kini dia sudah berdiri tegap di depanku.
“I don’t care” jawabku ketus yang sukses
membuat SeHun membelalakan kedua matanya. Namja
ini menatapku tidak percaya, dan aku balas menatapnya kesal.
“Apa
salahku?” tanyanya.
“Banyak”
jawabku singkat dan ketus yang membuat SeHun kembali menatapku tidak percaya.
Aku
tidak peduli dengan responnya lagi. Aku mulai mengambil langkah
meninggalkannya. Namun, langkahku terhenti oleh SeHun yang menggenggam salah
satu tanganku. Ia menarikku dan memaksaku untuk kembali berdiri menghadapnya.
Dia mendorongku pelan untuk berdiri menyandar di dinding ruangan ini. Dia
mengunciku dengan kedua tangannya yang berada di kedua sisiku. Aku membungkam
mulutku saat menyadari tatapan SeHun yang tidak biasa itu.
“Kau
mau kemana?” tanya SeHun yang membuatku susah payah menelan ludahku sendiri,
karena nada bicaranya. Nada bicaranya sangat dingin itu membuatku terdiam,
terpaku ketakutan. “Jangan bilang kau mau menemui seonsaengnim sialan bermarga Cho itu.”
PLAK.
Kedua mataku benar-benar terasa panas sekarang ini. Aku menatap SeHun kesal. Namja di hadapanku ini menatapku tidak
percaya seraya memegang salah satu pipinya yang baru aku tampar itu. SeHun
benar-benar sudah keteraluan.
“KAU
TIDAK BERHAK BERKATA SEPERTI ITU TENTANG KYUHYUN OPPA! DIA TETAPLAH SEONSAENGNIM-MU,
KAU HARUS MENGHORMATINYA! DAN, KAU TIDAK PUNYA HAK UNTUK MENANYAKAN APA-APA
TENTANGKU” bentakku. Aku benar-benar sudah tidak suka dengan sikap SeHun ini. “Cih,
kau jangan lupakan kejadian tadi malam. Kau sudah sah…”.
“APA?
MENJADI TUNANGANMU, HAH?”. Aku memotong ucapan SeHun kembali dengan sebuah
bentakan. “AKU MENERIMANYA HANYA KARENA EOMMA
DAN APPA-KU YANG MEMINTANYA. ITU
KEINGINAN MEREKA, TAPI ITU BUKAN KEINGINANKU. AKU TIDAK AKAN PERNAH
MENYETUJUINYA DENGAN ALASAN AKU MENCINTAIMU. AKU HANYA AKAN PERNAH
MENYETUJUINYA DENGAN ALASAN ITU ADALAH KEINGINAN ORANG TUAKU. CINTAIKU DAN
HATIKU HANYA MILIK KYUHYUN OPPA. AKU
MENCINTAINYA, SANGAT MENCINTAINYA.”
PLAK.
Kedua mataku membelalak. Salah satu pipiku terasa sangat perih dan panas. Aku
menoleh ke arah SeHun.
“Kau
tidak boleh mencintainya” ujar SeHun dingin, ketus, tajam, semuanya bercampur
aduk.
“Cih,
apa hakmu? Sudah aku bilang aku hanya mencintai KyuHyun oppa” jawabku.
PLAK.
Sekali lagi namja di hadapanku ini
menamparku di tempat yang sama membuatku merasakan perih dan panas yang semakin
menjadi.
Aku
meraskan sesuatu menyentuh keningku, kemudian terjatuh ringan di salah satu
tanganku. Aku membelalakan kedua mataku melihat apa itu. Aku langsung menatap namja ini tidak percaya. Namja yang ternyata adalah seorang
pencuri ini.
“Jadi
kau pencuri yang mengambil benda berhargaku ini?” ujarku tajam tidak percaya.
“Ya,
aku mencurinya dan aku sudah mengetahui semuanya. Semua tentang keluarga
angkatmu, keluarga aslimu” jelasnya yang membuatku sangat muak.
Hendak
aku memberinya sebuah tamparan, namun dicegah olehnya yang menggenggam tanganku
itu dengan erat. “Apa kau akan mencintai KyuHyun hyung, jika ternyata dia adalah oppa-mu,
eoh? Jika ternyata margamu bukanlah
Kim, tapi Cho?”. Aku menggelengkan kepalaku pelan. Aku benar-benar tidak
percaya dengan apa yang dia katakan. Dia sudah sangat keteraluan.
----
SeHun
POV
“Aku
tidak percaya dengan semua omong kosongmu, SeHun. Aku akan tetap mencintai
KyuHyun oppa apa pun yang terjadi.”
PLAK.
Tiga kali sudah aku menampar yeoja
yang aku cintai ini. Sudah tiga kali aku menampar calon tunangan, sekaligus
calon istriku ini. Aku menatap yeoja
ini tidak percaya, begitu pun juga yeoja
ini. Memang aku yang meminta eomma
dan appa-ku untuk menjodohkanku
dengan HeeNa. Dan, itu terlaksana dengan lancar hingga tadi malam kedua
keluarga saling berkenalan dan memberikan sebuah kejutan besar kepada HeeNa
yang terlihat cantik dengan gaun sederhana berwarna biru muda itu. Meski aku
tau bahwa HeeNa mencintai KyuHyun, tapi entah kenapa dia menyetujui perjodohan
itu. Dan, jika aku boleh menebak itu karena ahjumma
dan ahjussi berjanji akan
mempertemukan HeeNa dengan keluarga kandungnya. Keluarga kandung yang aku
berani taruhan akan membuat HeeNa terkejut.
“Sudah
puas kau mempermainkanku, SeHun?” ujarnya dingin yang membuat hatiku sakit. Aku
mencintainya, sangat mencintainya. “Sudah
puas kau mempermainkanku, OH SEHUN? KAU SUDAH SEENAKNYA SAJA MEMINTA KEPADA
ORANG TUAMU UNTUK MENJODOHKAN KITA BERDUA. KAU SUDAH SEENAKNYA SAJA MENYATAKAN
BAHWA CINTAKU DAN KYUHYUN OPPA ITU
ADALAH CINTA TERLARANG. KAU BENAR-BENAR KETERLALUAN, OH SEHUN.”
Diam.
Hanya itu yang dapat aku lakukan, membiarkan yeoja yang aku cintai kembali membentakku. Dia melangkahkan kedua
kakinya keluar dari ruangan ini. Aku hanya dapat menatapnya nanar. Sungguh, aku
ingin mengeluarkannya dari jalan setan seperti ini.
Lamunanku
buyar saat iPhone-ku bergetar. Aku menatapnya, membaca pesan masuk tersebut.
Aku terkekeh renyah membacanya. Sebuah pesan dari yeoja bernama lengkap Cho HeeNa. Sebuah pesan yang menuju ke arah
permohonan.
‘Jika kau memang mencintaiku, maka biarkan
aku bahagia. Yang aku tau, seseorang akan merelakan orang yang dicintainya
pergi, asalkan orang yang mereka cintai itu bahagia. Sekali lagi, aku katakan
bahwa aku menerimamu menjadi calon bahkan mungkin menjadi suamiku kelak. Tapi,
hatiku hanya untuk seorang KyuHyun. Aku mencintainya, sangat mencintainya.
Tidak peduli bahwa kita berdua dalam lingkaran setan.’
----
Author
POV
“Appa.” Seorang anak perempuan berumur 7
tahun mendatangi SeHun yang tengah duduk di sofa seraya membaca buku di
tangannya. Menyadari anaknya sudah berada di dekatnya, SeHun pun menggendong
buah hatinya itu. Ia pangku anak kecil itu. Kemudian, ia peluk erat-erat. “Appa, tadi di sekolah teman-teman HyeMin
membanggakan eomma mereka. HyeMin
iri.”
Mendengar
cerita HyeMin yang entah untuk keberapa kalinya, itu membuat SeHun semakin
mengeratkan pelukannya. “HyeMin tidak perlu iri. Bukankah HyeMin memiliki appa yang sangat tampan ini? Bukankah
teman-teman HyeMin menyukai appa?
Banggakan saja appa? Arraseo?”. HyeMin yang mendengar jawaban
appa-nya itu pun mengangguk kecil.
Memang
kini SeHun memiliki anak perempuan, buah cintanya dengan HeeNa. Yeoja yang sampai saat ini masih ia
cintai. Sosok yeoja yang telah
menikah dengannya, memberikannya anak perempuan cantik dan meninggalkan anak
tidajk berdosa ini saat berumur 3 tahun, pergi bersama cintanya yang juga
adalah oppa-nya. Nekat, mungkin.
Namun, SeHun tidak dapat berbuat apa-apa. SeHun sudah bersumpah akan melakukan
apa pun untuk yeoja yang ia cintai
itu, meski harus dicap sebagai ‘namja aneh’
oleh keluarganya, meski harus membiarkan dua orang itu melakukan dosa.
KyuHyun
pun tidak berbeda dengan HeeNa. Dia telah menikah dengan wanita bernama RiHyun,
memberikannya anak lelaki bernama Cho HyunJoo dan pergi bersama HeeNa saat
HyunJoo berumur 4 tahun. RiHyun sangat terpuruk saat mengetahui yang
sebenarnya, setelah mendengar penjelasan secara rinci dari SeHun. Namun, kini
RiHyun hidup bahagia bersama HanGeng yang menjadi suaminya kini, membesarkan
HyunJoo berdua.
Berbeda
dengan SeHun. Dia memilih sendirian, memilih sendiri membesarkan HyeMin.
Membesarkan HyeMin tanpa kasih sayang seorang eomma yang seharusnya ia dapatkan itu. Membesarkan HyeMin susah
payah, agar yeoja yang ia cintai itu
hidup bahagia dengan KyuHyun di luar negeri sana.
The
End...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar